Zia segera melepaskan rangkulan tangannya di leher Ardi saat sadar dengan ucapannya sendiri. Terlebih karena tatapan Ardi kini terlihat menantang. Ketegangan pria itu dalam sekejap mampu ia sembunyikan, berganti seringaian yang entah dalam arti apa. “Tunggu! Kenapa aku jadi agresif gini sih?” Zia mengomel pada dirinya sendiri. Ardi masih tidak jengah menatap Zia, membuat gadis itu risih dan segera ingin enyah dari pangkuan suaminya. Tapi kalau terang-terangan meminta lepas dari Ardi—yang sudah pasti sengaja mempertahankan posisi ini—pasti tetua yang ada di ruangan itu akan aneh melihat mereka. Melihat satu persatu keluarganha yang berkumpul di sana, Zia kembali teringat tentang penyakit Ayah. Mengingat hal itu membuat hati Zia perih, aor matanya tentu akan jatuh jika Zia tidak berusaha

