KLUB MALAM

1586 Kata
Reza pergi ke club malam yang terkenal di daerahnya bersama sama dengan teman-temannya. Mereka semua membawa pasangan termasuk dengan Reza. Reza membawa Vanya kembarannya. Tapi tetap saja Reza akan mengawasi Vanya agar tidak meminum minuman yang di larang. “Za, gue ke kamar mandi dulu. Nggak usah lu ikutin” izin Vanya. Reza menganguk. Reza bolak-balik memperhatikan jamnya karena sudah setengah jam Vanya tidak kembali-kembali. Dia segera mencari kembarannya itu. Bisa di bunuh orangtuanya jika Vanya kenapa-kenapa dan tidak ditemukan dimanapun. Reza mencari ke toilet tapi tidak menemukan adiknya itu. Sampai akhirnya matanya menatap ke seorang perempuan yang tidak asing. Yah, kedai eskrim. Perempuan itu yang berada di kedai eskrim. Reza tersenyum. Tapi tak lama senyumnya hilang melihatnya perempuan itu sedang di godai oleh beberapa pria. Terlebih perempuan itu jelas sekali tidak nyaman dengan apa yang di pakainya. ***** Gisel malu sekali dengan apa yang dilakukannya tadi. Lihat saja semua itu salah Sean. Dia jadi di permalukan. Gisel berjanji tidak akan pernah menghubungi Sean lagi. Gisel mencoret-coret bukunya kesal. Dia memang berjanji tidak akan menghubungi Sean. Tapi Sean sendiri juga tidak menghubunginya selama 3 hari. Gisel sendiri sudah sengaja mencari Sean di kelasnya tapi dia tidak menemukan keberadaan laki-laki itu. Ia khawatir, dan mengingkari janjinya dan mulai mengirimkan pesan ke Sean. Tapi Sean tidak membalasnya. Akhirnya Gisel lebih memilih mengunjungi Sean di apartemennya. Gisel cukup sering bermain dan menginap di tempat ini. Sean sendiri yang memberikan kunci duplikat apartemnnya kepada Gisel. Gisel membuka pintu apartemen itu. Tangannya gemetar melihat pemandangan di depannya. Sean sedang berciuman dengan Mita. Bahkan laki-laki itu sedang tidak memakai bajunya. Gisel pernah dua kali melihat Sean berciuman dengan perempuan. Tapi untuk yang kali ini perasaannya sangat sakit. Mita melihat ke arah pintu. Ada Gisel disana. Gisel meneteskan airmatanya. “Sean.. Aku nggak suka ya lihat kamu sama Gisel.. Aku cemburu.” kata Mita manja. Sean memeluk Mita. Dia melihat Gisel dengan mengejek. Gisel tau sepertinya perempuan itu sedang berusaha menunjukan sesuatu. Dia tetap diam di tempatnya memperhatikannya. “Hon, dia cuma sahabat aku.“ “Tapi dia cantik, aku kan nggak mau kalau kamu nanti bakal suka sama dia. Kegoda sama dia.” Kini Mita melepaskan pelukannya dan merajuk kepada Sean. Sean tertawa mendengar perkataan Mita. “Jangankan ngegoda. Dia pake pakaian seksi aja nggak pernah.” “Kan siapa tau....” “No- No Honey, dia telanjang di depan aku aja aku nggak akan kegoda.” Ujar Sean. Gisel kesal dia menutup kasar pintu apartemen Sean. Sean terlonjak kaget. “Siapa??” “Oh... itu petugas kebersihan apartemen.” jawab Mita “Kok nggak sopan gitu sih. “ gerutu Sean. Gisel menghapus airmatanya kasar. Dia benci dengan Sean yang mengatakan hal seperti itu. Ini sudah kedua kalinya Sean mengatakan kalimat yang sangat di bencinya. Meskipun Sean bercanda tetap saja Gisel sakit hati apalagi serius seperti ini. Sean bilang jangankan menggoda pakaian seksi saja Gisel tidak pernah. Telanjang pun Sean tidak akan tergoda. Oke.. Gisel akan membuat Sean menyukainya dan tergoda dengan dirinya. Tapi bagaimana caranya sejak kelas 2 SMA aja dia menyukai Sean. Tapi Sean tetap tidak peka dengan dirinya. Sean tidak pernah menganggapnya lebih dari teman. Gisel mengingat Irenee. Sahabatnya itu sering sekali berpakaian brand-brand yang seksi. Dia menghubunginya untuk meminta saran saran baju yang bagus. ***** Sean mencari Gisel karena sahabatnya itu sama sekali tidak memembalas pesan yang dikirimkannya. Sean hafal jam kuliah milik Gisel mangkanya dia mencari Gisel di kelasnya. “Hei, lihat Gisel nggak?“ “Di kantek ( kantin tehnik) dia sama kak Xavier. “ “Thanks.“ Sean menuju kantin tehnik mencari Gisel tapi dia tidak menemukan keberadaan gadis itu. Sean tetap meneruskan berjalannya sampai ia melihat Xavier sedang duduk dengan seorang perempuan. Dia datang mendekatinya. “Gisel.“ tebak Sean. Sean terpengarah melihat penampilan Gisel. Dia akui sahabatnya itu cantik. Dan... Kenapa dengan pakaian Gisel. Gisel sering memakai celana Jeans ke kampus. Tapi kali ini perempuan itu lebih memilih memakai kemeja lengan pendek ketat yang mempelihatkan lekuk tubuhnya dengan rok jins di atas lutut. Bahkan Gisel mewarnai rambutnya. jika itu perempuan lain. Sean tidak peduli tapi ini Gisel loh. Gisel. “Kamu ngapain pake baju kayak gini?“ tegur Sean. “Gapapa. Lagi pingin aja. Ngapain kesini?“ tanya Gisel judess. Sean duduk di samping Gisel. “Kenapa pesanku nggak di balas?” tanya Sean kali ini. “Suka-suka guelah mau bales apa nggak. “ “Dih.. Napa nih anak.“ “Makasih ya kak teraktirannya aku balik dulu.” Ucap Gisel setelah itu dia pergi meninggalkan Sean dan Xavier berdua. Gisel masih kesal dengan perkataan Sean. Sean beranjak dan mengikuti Gisel. “Lo marah sama gue?” “Nggak!!” “Dih, lo kenapa sih?” “Gue gapapa.” Sean menarik tangan Gisel agar gadis itu berhenti. “why?? Kamu marah karena aku tinggalin kamu di kedai eskrim ?” “Lo nggak jalan sama Mita? Sono ah ganggu aja.“ Gisel melepaskan tangannya dan berjalan lagi. Lo cemburu sama Mita??” tanya sean. Gisel berhenti. Dia menatap Sean garang. Setelah itu dia menginjak kaki Sean. “s**t!! Sakit! !” Gisel berlari menjauhi Sean. Sean tau Gisel sedang marah dengannya. Tapi dia tidak mengerti salahnya ada dimana. Seharusnya jika ia punya salah Gisel harus memberitahunya. Bagaimanapun mereka kan sudah bersahabat sejak lama. Okee... Jika Gisel memang tidak mau menemuinya. Sean akan membuat Gisel datang kepadanya. Gisel (Sel.. Pliss, Jemput gue. Gue di Sky.) Sean tersenyum. Dia tahu gadis itu akan datang menjemputnya. Gisel pov.. Aku membuka pesan dari Sean dan membaca pesan itu. Bangke Sel.. Pliss, Jemput gue. Gue di sky. Yah bangke.. Kuberikan nama itu untuknya. Sebelumnya aku memberikan nama Laut di kontakku. Nama Sean memiliki arti laut. Mangkanya aku memberikan nama Laut di kontakku untuk Sean. Aku masih ingat sekali. Waktu itu Sean mengatakan padaku kenapa dia menyukai pantai. Karena namanya memiliki arti laut. Aku memenarik rambutku kesal. Sky. Aku tau tempat itu adalah nama klub malam yang terkenal di kota ini. Sean pasti mabuk. Terus kenapa harus menghubungiku?? Kenapa tidak minta antar temannya atau pacarnya yang seksi itu. Kenapa harus aku. Kenapa?? Kenapa setiap mabuk pasti menghubungiku. Aku langsung mengganti pakaianku dengan baju yang di sarankan Irenee. Aku akan menunjukan kepadanya jika aku juga bisa membuatnya tergoda. Mengingatnya mengatakan bahwa aku sama sekali tidak menggoda. Aku ingin sekali menampar laki-laki itu dengan makalahku saat ini. Kalau boleh jujur. Aku sedikit tidak nyaman dengan baju yang aku kenakan sekarang. Baju ini memperlihatkan bahu dan lenganku terekspor sempurna. selain itu juga baju ini memperlihatkan perutku. Aku menarik rokku kebawah. Karena memang rok ini juga terlalu pendek. Aku ingin segera mengganti bajuku. Tapi mengingat perkataan Sean. Aku mengurungkan niatku lagi. Aku memesan taxi online untuk mengantarku ke Sky. Menjemput bayi besar itu. Aku sudah masuk ke club itu. Musik dari disk jokey keras menyambutku. Bau alkohol dimana-mana. Meskipun aku sering masuk kesini tapi tetap saja rasanya tidak nyaman. Jangan salah faham dulu. Aku masuk kesini hanya untuk menjemput bayi besar itu. Itupun lebih sering dia menunggu di parkiran. Agar saat aku sampai kita bisa langsung pulang. Aku melihat ke sekitar tapi tidak menemukannya. Aku berjalan masuk meskipun tidak nyaman karena beberapa laki-laki melihatku seperti aku ini orang yang akan di mangsanya. “Mbak..“ Aku menoleh saat seseorang memanggil dan menyentuh bahuku. Ada 3 orang disana. “Ada WA nggak?” “Adek cantik banget sih.” Aku ingin menghindar saat orang itu akan menyentuhku. Sean jika aku kenapa-kenapa disini aku akan membunuhmu. “Minggir.” kataku ketus. “Cantik-cantik galak.” “Sayang kamu disini ya.” kata seseorang laki-laki yang kini sudah memeluk pinggangku. Aku tidak asing dengan suara itu. Aku menoleh untuk melihatnya. “Kalian siapa?” tanyanya tajam. “Ehh.. Sorry bos.” kata salah satu dari Orang-orang itu. Orang-orang itu akhirnya pergi. Aku bisa bernafas lega. Aku sadar laki-laki di samping ku ini masih memegang pinggangku. Aku melepaskan tangannya dari pingganku. “Oh... Jadi mbak ini kerjaannya godain laki-laki ya?” tanyanya dengan menatapku sinis. Tangannya memegang pinggangku lagi “Enak aja!!” jawabku kesal. Aku menyingkirkan tangan itu kasar. “Terus apa namanya?? Pake pakaian kayak gitu terus kesini?” tanyanya sinis. ****** Gisel diam. Dia memang pantas di cap seperti itu. Harusnya dia tidak perlu memakai pakaian seperti ini. Reza menghela nafas. Gisel menatap laki-laki itu. Dia sedang melepaskan jaketnya. Gisel kaget. Dia akan teriak jika laki-laki didepannya itu macam-macam. Meskipun laki-laki di depannya ini ganteng. Tapi Gisel ini perempuan yang cukup punya harga diri tinggi. Gisel melihatnya masih memakai kaos warna hitam di dalamnya. Setelah itu dia memakaikan jaketnya ke Gisel. Gisel menatapnya tak percaya. Dia memang tidak asing dengan laki-laki itu. Tapi dia tidak mengingatnya. Apa dirinya mengenal laki-laki itu. “Nggak perlu bilang makasih.” Ucapnya. “Makasih.” Ucap Gisel dengan tersenyum. Reza berdesir melihat perempuan yang di tolongnya memberikan senyuman itu kepadanya. Manis. Reza jamin dia tidak akan bosen melihat senyum di wajah perempuan itu. “Kalau nggak nyaman jangan di pake.” Gisel menganguk. Dia tersenyum melihat laki-laki itu. Kalau saja Gisel tidak jatuh cinta dengan Sean. Dia pasti akan menyukai laki-laki di depannya ini. Dia juga ganteng seperti Sean. Dan Baik. “Lihat.. Bahkan gedean jaketku itu daripada rokmu.” Gisel tersenyum canggung. Memang benar. “Sama siapa kesini?” tanya Reza lagi. “Oh.. Aku mau jemput temenku. Dia nyuruh aku kesini. Kayaknya dia lagi mabuk.“ Reza menganguk. “Makasih buat jaketnya.” Ucap Gisel setelah itu dia berjalan cepat menuju Sean saat tidak sengaja melihatnya sedang berjalan menuju ke suatu tempat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN