Dua hari berlalu sejak hubungan Syella dan Rafa membaik, sampai saat ini hubungan mereka masih berjalan baik namun kita tidak tahu bagaimana kedepannya cobaan apa lagi yang akan menimpa hubungan mereka.
Saat ini Rafa sedang mengantar Syella pulang kerumahnya setelah mereka berdua bersekolah.
"Sudah sampai." ucap Rafa sambil memberhentikan mobilnya di depan pintu gerbang rumah Syella.
"Makasih ya Raf, aku turun dulu." ucap Syella namun ketika akan turun tangan Syella ditahan oleh Rafa,
"Cobalah berdamai dengan masa lalu, karena jika seperti ini bukan hanya kamu yang tersakiti tapi orang tua kamu juga, kamu harus coba kasih kesempatan kedua untuk mereka." ucap Rafa lembut sambil menggenggam tangan Syella dan perkataan Rafa membuat Syella terdiam tak mampu berkata kata.
"Iya pasti aku bakal maafin mereka Raf, tapi bukan sekarang waktunya." ucap Syella sambil menatap Rafa sendu.
"Aku paham perasaan kamu sayang, perlahan lahan kamu pasti bisa melupakan kekecewaan kamu terhadap orang tua kamu, aku yakin itu." ucap Rafa lembut sambil tersenyum meyakinkan Syella.
Syella membalas senyum tersebut, "aku turun ya, sudah mulai mendung kamu bawa mobilnya hati hati." ucap Syella.
"Pasti." ucap Rafa sambil mengacak acak rambut Syella sebelum gadis turun dari mobilnya membuat gadis itu sedikit kesal dengan perlakuan Rafa walau dalam hatinya ada rasa senang yang muncul.
----------
Saat di teras ia sempat memandang langit sesaat, langit berwarna sangat gelap dan Syella benci itu.
Gelap, dingin dan petir adalah tiga hal yang paling benar-benar tidak disukai Syella atau bisa dibilang dia membenci tiga hal yang ia sebutkan.
Syella memasuki rumahnya dengan perlahan.
"Sayang, kamu sudah pulang." sapa ibunya ketika Syella berjalan melewati ruang keluarga.
Syella sebenarnya ingin menjawab sapaan itu tapi mulutnya terasa kaku akhirnya ia urungkan niatnya itu dan berjalan menuju kamarnya.
Setelah membersihkan diri, didalam kamar ia berbaring sambil memandang langit langit kamarnya memikirkan perkataan Rafa.
"Cobalah berdamai dengan masa lalu, karena jika seperti ini bukan hanya kamu yang tersakiti tapi orang tua kamu juga, kamu harus coba kasih kesempatan kedua untuk mereka"
Syella terdiam, kata kata Rafa itu terus terbayang bayang dikepalanya namun lama kelamaan kepalanya terasa berat dan Syella pun akhirnya terlelap.
---------
"Sayang bangun, ayo kita makan malam dulu." ucap ibunya dari luar kamar, panggilan itu berhasil mengusik tidur Syella.
Dengan malas Syella menuruni tangga menuju ruang makan, saat makan hanya keheningan terjadi tak ada satu pun suara yang terdengar kecuali suara sendok dan garpu yang saling terbentur.
Tak lama setelah selesai Syella pergi dari ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
-------
Malam ini Syella sedang berdiri dibalkon kamarnya, angin malam yang tenang dan langit yang sangat mendung membuat Syella tak nyaman terlalu lama berada di balkon menurutnya langit mendung adalah pemandangan yang cukup mengerikan.
Dengan perlahan ia menutup pintu yang menjadi jalannya menuju balkon karena semakin lama angin yang berhembus semakin dingin.
Dengan malas ia berjalan dan duduk ditepi ranjangnya sambil menghembuskan nafas, ia bosan.
Kemudian Syella melirik jam berbentuk bintang yang ada dikamarnya ternyata sudah pukul 11 malam dan ia belum merasa mengantuk sama sekali.
Tak lama tenggorokannya terasa kering, ia butuh minum. kemudian perlahan ia membuka pintu kamarnya dengan sangat pelan agar tidak mengganggu orang orang yang berada di rumahnya, suara hujan deras sudah terdengar dengan cukup kencang membuat Syella sedikit takut mendengarnya.
Ia menggambil gelas dan mulai mengisinya dengan air kemudian meminumnya.
Tiba-tiba terdengar suara petir dengan sangat kencang di ikuti dengan listrik yang mati membuat semua lampu padam.
Syella spontan menutup telinganya dengan rapat membuat gelas yang dipegangnya jatuh dan menimbulkan suara cukup kencang entahlah tapi tubuhnya lemas sehingga ia terduduk dilantai.
Syella menutup telinganya, ingatan tentang kejadian masa kecilnya kembali muncul.
Flashback on
"Papi, jangan kencang kencang bawa mobilnya Syella takut"ucap Syella yang kala itu baru berumur 5 tahun.
"Tenang sayang papi kan ahli-nya jika dalam urusan mengendarai mobil." ucap papi sambil bergurau membuat Syella kecil itu terkekeh.
Disaat itu hujan deras Syella yang sedang memeluk boneka tedybear nya yang berwarna coklat dikursi penumpang belakang, sedangkan ibunya duduk dibagian depan disamping sang ayah yang sedang mengendarai mobil sehabis mereka pergi ke sebuah taman hiburan.
"Mami, kita masih lama sampai rumahnya? Hujannya deras banget Syella takut." ucap Syella pelan.
"Tenang sayang sebentar lagi kita sampai." ucap mami menenangkan Syella.
Namun tiba tiba ada petir yang menyambar pohon yang berada disebelah kanan jalan, walaupun jaraknya sedikit jauh tentu hal itu membuat ayah Syella kaget dan langsung membanting stir ke arah kiri dengan sangat cepat membuat mobil tersebut menabrak sebuah pohon besar yang berada di kiri jalan.
"Mami, papi bangun." ucap Syella kecil sambil terisak karena kepala kedua orang tuanya terbentur dashboard mobil dengan keras sehingga mereka tak sadarkan diri dan darah mulai mengalir dari pelipis keduanya.
Tak lama warga yang tinggal didaerah setempat berbondong-bondong membawa orang tua Syella kerumah sakit.
Flashback off
"Ya ampun, kamu kenapa sayang??" tanya sang mami panik
Saat mendengar suara benda terjatuh mami langsung menuju dapur disusul dengan sang papi serta beberapa pelayan rumah yang membawa lampu senter ditangan mereka.
"Syella takut." ucap Syella sambil terisak pelan sambil terus menutup telinganya.
"Ayo kita ke kamar ya, malam ini mami temenin kamu tidur ya biar nanti pecahan gelasnya mami minta bi Inah untuk membersihkan." ucap wanita itu sambil membantu Syella bangun dari posisinya dan memeluk anaknya memberikan ketenangan, dan Syella sama sekali tak menolak pelukan itu.
Saat ini Syella dan ibunya berada dikamar Syella, cahaya yang minim masih membuat Syella sedikit takut ditambah lagi suara petir diluar yang masih sering terdengar tapi dengan ada sang ibu disampingnya membuat Syella merasa sedikit aman.
"Kamu tenang ada mami disini, sekarang Syella tidur ya." ucap mami menenangkan dan dibalas anggukan pelan oleh Syella.
Tak lama nafas teratur telah terdengar menandakan Syella sudah tertidur lelap.
"Mami bahkan enggak tau kalau kamu setakut ini sama petir dan kegelapan, maafin mami ya sayang, mami sayang kamu." ucap sang mami miris kemudian mengecup kening anak gadisnya kemudian ikut terlelap disamping Syella.
-------
Paginya
Syella membuka matanya pelan dan ketika membuka mata, yang pertama dilihat adalah sang mami yang masih terlelap disampingnya tak lama sebuah senyuman timbul diwajah cantik Syella.
"Syella sayang mami, Syella juga udah maafin kalian." ucap Syella berbisik tepat ditelinga ibunya
Kemudian dengan pelan Syella menuruni ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk kemudian bersiap untuk bersekolah.
Setelah selesai dan keluar dari kamar mandi Syella tak melihat ibunya ada dikamarnya.
'Mungkin mami sedang menyiapkan sarapan.' pikir Syella.
Dan entahlah hari ini Syella merasa lebih tenang, seakan beban yang ada dipikirannya sedikit hilang apa itu karena ia sudah memilih untuk memaafkan orang tuanya?? Mungkin.
Setelah siap ia turun menuju lantai bawah dilihatnya kedua orang tuanya sudah berada dimeja makan untuk sekedar sarapan.
"Morning." ucap Syella ragu, karena untuk pertama kalinya ia mengucapkan selamat pagi semenjak orang tuanya pulang kerumah megah ini.
Mami dan papi yang mendengar ucapan itu langsung menatap Syella dengan tatapan sangat senang dan membalas ucapan Syella.
"Morning juga sayang." ucap keduanya bersamaan, untuk pertama kalinya Syella bersikap manis kepada mereka tentu membuat mereka berdua sangat senang.
"Mami hari ini tidak sempat masak, jadi hari ini kita sarapan dengan roti saja, tidak apa-apa kan??" tanya mami lembut kepada Syella.
Syella hanya membalas dengan senyuman dan gelengan pelan, hal itu saja sudah cukup membuat sang mami bahagia.
"Ini segelas s**u untuk kamu." ucap mami sambil meletakan segelas s**u putih dihadapan Syella membuat Syella menatap gelas itu ragu.
"Emm... tapi mi Syella kan tidak suka s**u putih, aku cuma suka s**u coklat." ucap Syella membuat sang mami terdiam .
"Bahkan sekedar s**u kesukaan anakku sendiri pun aku lupa." pikir mami sambik tersenyum miris.
"Maaf mami sudah lu.." sebelum sang mami menyelesaikan perkataannya Syella lebih dulu mencelanya.
"Nggak apa-apa mi." ucap Syella sambil tersenyum tulus dan mengelus lembut tangan ibunya.
Ayahnya yang melihat kejadian itu ikut tersenyum melihat anak tunggalnya sudah kembali seperti dulu, sudah tak ada lagi Syella yang dingin seperti kemarin-kemarin kini gadis lembut dan ceria itu sudah muncul kembali.
"Pi, arah kantor papi dan sekolah aku kan sama, boleh aku berangkat sekolah bersama papi??" tanya Syella ragu setelah mereka selesai sarapan.
karena sebenarnya ia sudah mengirim pesan kepada Rafa bahwa pria itu tidak usah menjemputnya karena ia sudah berencana meminta ayahnya untuk mengantarnya ke sekolah namun sampai sekarang Syella tak mendapat balasan pesan dari pria tersebut.
"Tentu dengan senang hati sayang" ucap sang papi tersenyum senang.
Tak lama papi menuju garasi dan mengeluarkan mobilnya.
"Mami Syella pergi sekolah." teriaknya dan kemudian pergi menuju gerbang rumah dimana ayahnya sudah menunggu.
Ibunya yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu namun ia tak bisa menutupi wajah bahagianya.
--------
Didalam mobil ayahnya Syella hanya diam, bingung ingin berbicara apa begitu pula halnya dengan sang ayah.
Namun keduanya tak dapat menutupi wajah senang mereka.
Tiba-tiba Syella mengambil telefon genggamnya didalam ransel sekolahnya ia mengingat Rafa bahwa ia sama sekali tidak mendapat balasan pesan dari pria tersebut.
"Atau aku telefon saja ya?? Tapi malu ada papi." pikir Syella .
namun sesaat kemudian ia mengabaikan rasa malunya mulai mencari kontak Rafa kemudian menghubungi pria tersebut.
"Halo" suara khas orang yang sepertinya baru terbangun terdengar dari seberang sana.
"Kamu baru bangun ya Raf ?? 15 menit lagi gerbang sekolah ditutup, dasar kebo kamu ya"ucap Syella kesal.
"Beneran?? Ya udah berarti aku bakal kesiangan, tapi aku gak mungkin dihukum sekolahkan punya orang....." ucap Rafa terputus ketika Syella lebih dulu mencela nya
"Iya aku tau itu sekolah milik orang tua kamu, tapi ingat kalau guru gak berani hukum kamu jika terlambat, aku yang akan ngehukum kamu." ucap Syella kesal dan kemudian mematikan sambungan ponselnya.
Sang ayah yang sedari tadi memerhatikan celotehan Syella terkekeh mendengar ancaman lucu yang diberikan anaknya lewat ponsel itu.
"Sudah sampai." ucap papi tak lama kemudian.
"Syella turun dulu ya pi, jangan sampai kelelahan kerjanya, byeee" ucap Syella sambil tersenyum.
---------
15 menit pelajaran fisika berlalu, manun tak ada tanda tanda orang yang duduk disampingnya ini akan tiba.
"Permisi bu" ucap seseorang yang baru datang dan langsung masuk kelas tanpa menghiraukan tatapan tajam sang guru.
Jangan lupa, Syella juga menatap tajam orang yang baru datang tersebut namun malah dibalas dengan senyuman oleh orang tersebut, senyuman yang bisa membuat seluruh siswi dikelas meleleh.
"Tadi dijalan macet say." ucap siswa yang terlambat itu yang tak lain adalah Rafa, dia kemudian duduk disebelah Syella, sebelumnya ia mengacak acak pelan rambut Syella tanpa menghiraukan tatapan orang disekitar mereka.