Sayang boleh, tapi jangan terlalu possesif
.
.
.
Zara dan Gaffa datang secara bersamaan kedalam kelas. Teman-teman mereka sih tidak heran lagi kalau mereka selalu berdua, walau sering bertengkar soal hal kecil dan tidak pernah beradegan romantis didepan orang-orang.
"Zar, udah ngerjain PR bu J?" Tanya Rachel.
Zara yang baru duduk dan menaruh tas pun menoleh, "Udah lah,"
"Liat dongg hehe.." Rachel dengan polosnya menyengir sambil terkekeh.
Zara menjitak kepala Rachel, "Dasar lu males," walaupun begitu Zara tetap memberi buku nya pada Rachel.
Bulan yang juga baru datang pun langsung melihat buku Zara yang sudah lengkap dengan isi dari semua pertanyaannya. Mereka gesit dalam mengerjakan PR disekolah, dan hebatnya mereka tidak pernah ketahuan kalau mereka sebenernya hanya menyontek tidak mengerjakan sendiri.
Gaffa pun yang juara kelas pasti sudah mengerjakan tugasnya, sama juga seperti Zara, jadi bahan contekan Vito dan Bagas.
Tanpa disadari, Gaffa memerhatikan Zara dari tempat ia duduk. Zara hanya sibuk memainkan ponselnya sembari menunggu bel berbunyi. Terlihat jelas Zara sedang mengetik pesan. Gaffa orangnya memang selalh negatif thingking pada Zara, karena takut Zara pergi atau meninggalkan Gaffa.
"Gaf, udah nih.." Ucap Bagas, tapi tidak digubris oleh Gaffa yang masih saja memperhatikan Zara.
"Woii!" Teriak Vito.
"Paan sih lu!" Balas Gaffa marah karena kaget.
"Sewot mulu lu, eh ati-ati noh si Zara kabur kalo lu galak mulu, orang mah cewe dibaikin, dilembutin, lah ini dibentak-bentak, dijudesin mulu.. Ih gue sih kalo jadi Zara gue putusin." Jelas Vito.
"Kampret lu. Diem aja." Gaffa berniat menghampiri Zara, tapi sayangnya
Bu J masuk ke kelas dan menberhentikan aksi Gaffa.
"Oke semuanya! Kumpulin PRnya." Ucap Bu J dengan tegas.
Mereka pun bergegas berdiri dan mengumpulkan tugasnya dimeja guru. Gaffa yang tidak sengaja melihat Zara sedang mengobrol dengan Aldi, Gaffa pun langsung menegur. "Zara! Duduk."
"Gue lagi ngobrol, Gaf."
"Duduk! Ngapain ngobrol sama dia?"
Zara memajukan bibirnya dengan imut, dan langsung duduk kembali kekursinya. "AWAS!" Zara meneriaki Vito yang menghalangi jalannya.
"Ngapa si lu sewot amat ama gua, nggak Gaffa, nggak lu, lu bedua punya dendam ya sama gua?"
"Apaan sih, ngawur lo." Zara melanjutkan langkahnya pergi menuju tempatanya.
Zara yang sedang melihat-lihat foto model dari luar negeri pun diganggu oleh Gaffa. "Ngapain?"
"Liat-liat foto model," Jawabnya tanpa menoleh kearah Gaffa.
Gaffa mengambil ponsel milik Zara lalu ia taruh didalam sakunya. "Nggak usah liat-liat foto-foto model, gue bilang apa kemarin?"
"Iya iya. Sini balikin dulu hapenya, gue nggak liat-liat lagi deh." Akhirnya Gaffa mengembalikan ponselnya Zara.
"Gue cabut dulu." Gaffa pergi meninggalkan Zara yang sedang sendirian didalam kelas.
"Ditinggal lagi," Gumamnya, dan Zara hanya menidurkan kepalanya dimeja.
Zara tidak istirahat karena lupa membawa uang jajan, uangnya masih ada didompet, dan teman-temannya lucknut malah meninggalkan Zara dikelas sendirian, sedangkan mereka malah asik berpacaran.
Zara yang terkejut dengan bunyi ponselnya sendiri pun langsung bangun. "Sialan." Gumamnya.
Aldi;
Knp gk kekantin?
Zara;
Lupa bw duit jajan gue haha
Aldi;
Sini gue jajanin.. Gue lagi dikantin zar
Zara;
Haha gk ush di. Gue gk laper kok
Aldi;
Yeh kagapp sini aja.. Gue tunggu!
Zara;
Gue takut ada gaffa di
Aldi;
Oh ya, dia disini nih lgi ngobrol sama vito sm bagas dan juga psangannya vito bagas. Knp lo gk gabung aja? Kn ada bulan disini.
Zara;
Ga deh, lo tau sendiri sikap gaffa gmn kan wkwk
Aldi;
Knp sih lo tahan bgt?
Zara;
Gk ush bahas ini di hehe. Udh dlu yaa gua mau tidur wkwk
Rachel kembali dengan membawa banyak makanan, lalu duduk disamping Zara. "Nih makan, gue liat-liat lo laper, yakan?"
"Liat dari mana lo? Bisa baca pikiran lo ya?"
"Bukan bisa baca pikiran, lo kan tadi bilang nggak bawa duit jajan ya pasti laper lah.. Tuh makan, gue udah makan kok," Jelas Rachel.
"Bulan mana?" Tanyanya seraya mengambil makanan dimejanya.
"Pacaran sama Vito, kok lo nggak gabung sih kan ada Gaffa juga noh,"
Zara menggelengkan kepalanya, "Males, lo tau sendiri si Gaffa gimana," Jawabnya sambil mengunyah.
"Sumpah kalo gue jadi lo, gue nggak tahan aseli deh."
"Yehh, biarin kek, hubungan gue ini"
Rachel mendekat kearah telinga Zara, "Nanti main billiard yok?"
Zara terkejut heran, "Ha? Main billiard? Nggak ah nggak bisa gue,"
Rachel menggoyang-goyangkan lengan Zara, "Ayolah.... Temenin gue, ya ya ya???"
Zara terlihat berpikir sejenak. "Iya iya iya, gue izin dulu sama Gaffa pas pulang sekolah."
"Nah gitu dong."
Zara berniat meminta izin pada Gaffa untuk pergi dengan Rachel, tapi saat jam terakhir Gaffa malah tidak ada dikelas bersama Vito dan Bagas juga. Karena tidak mungkin harus keliling mencari Gaffa, jadi Zara dan Rachel langsung jalan menuju tempat billiard.
Ohya, mereka tidak mengajak Bulan karena Bulan terlalu sibuk dengan kencannya bersama Vito.
"Nanti aja lo ngabarinnya, pas kita udah disana." Saran Rachel.
"Iya Rachel Anindita bawel deh," Jawab Zara, dan Rachel hanya menyengir.
Perjalanan mereka menuju tempat billiard lumayan jauh, Rachel itu ke sekolah bawa mobil, jadi Zara tentu saja nebeng dengan Rachel.
Setelah sampai mereka langsung masuk kedalam dan memesan meja billiard untuk bermain.
"Makasih ya, Mas. Ayo main, Zar" Ajak Rachel.
"Lo duluan deh, gue nggak ngerti." Ucap Zara seraya memperhatikan Rachel yang sedang ancang-ancang untuk mendorong bola-bola billiardnya.
Tuk tuk
Beberapa bola masuk dengan mulus.
"Wah anjir jago juga lo, Chel" Puji Zara.
Rachel yang merasa bangga pun berjalan berlenggang untuk ke posisi bola didepannya, "Yaiyalah gue.."
"Sombong banget lu, eh ini kan mahal cug, bayar berapa?" Tanya Zara.
"Nggak tau berapa, gue tadi bayarnya pake card gue, udah lo tenang aja kaga kurang duitnya."
"Yehh" Zara mendorong pelan bahu Rachel.
Sudah 3 jam mereka didalam tempat billiard, sekarang sudah pukul 5 sore. Zara dan Rachel ketagihan bermain ini terus-menerus. Bahkan Zara sampai lupa mengabari Gaffa, saat dicek ponsel Zara kehabisan batrenya.
"Yah, Chel, batre gue low lagi. Pinjem hape lo dong.."
Rachel merogoh kantongnya untuk memberikan ponselnya pada Zara, "Nih pake aja." Lalu Rachel bermain kembali.
"Anjir, hape lo mati juga Rachel," Keluh Zara.
Rachel terkekeh dan menyengir, "Hehe ya maap gue nggak tau kalo abis batre juga, udah lah tar aja ngabarinnya pas dirumah gue, nanti lo gue anterin balik."
"Iya deh iya. Pulang jam berapa nih?"
"Jam 7 ya? Ya ya ya?"
"Sinting ya nih bocah, jangan lama-lama, Chel."
Rachel yang asik bermain tidak menjawab ucapan Zara, Zara karena lelah ia duduk dikursi yang sudah disediakan. Zara khawatir kalau Gaffa akan marah padanya, karena tidak mengabarinya sejak pulang sekolah jam 3 tadi.
22:12
Zara telah sampai dirumah Rachel, kenapa Zara tidak langsung pulang karena tempat billiardnya lebih dekat kearah rumah Rachel.
"Chel, gua langsung pulang aja ya. Udah malem, anterin yuk."
"Bentar, gue ganti baju dulu.. Oke?" Rachel langsung berlari kedalam rumahnya yang besar.
10 menit kemudian
"Ih lama lo!" Zara memukul Rachel.
"Sabarr ah." Rachel pun langsung pergi kerumah Zara dengan kecepatan tinggi.
"Gue takut nih," Ucap Zara.
"Takut kenapa?" Tanya Rachel tanpa menoleh.
"Gaffa,"
"Udah lo tenang aja,"
Beberapa saat kemudian Zara telah sampai dirumahnya, terlihat jelas ada motor besar Gaffa yang terparkir dalam halaman rumahnya. Zara semakin takut.
"Chel," Panggil Zara karena takut.
"Udah sana masuk, gue pulang ya. Byee."
Zara turun dari mobil dan langsung meminta tolong pada satpam yang biasa jaga rumah.
"Gaffa?"
Gaffa menghampiri Zara yang masih diluar.
"Kenapa nggak ngabarin?" Gaffa menanyai Zara dengan dingin.
"Maaf, Gaf, gue lupa tadi." Jawab Zara dengan asal dan juga menunduk.
"Kabarin kalau mau pergi! Lo bukan anak kecil lagi yang harus gue ingetin terus, Zar."
"Iya, gue minta maaf"
Gaffa menarik tangan Zara dengan agak keras karena Zara pulang larut malam, Gaffa sudah menunggu Zara dirumahnya sejak jam 4 sore, dan sekarang sudah jam 10 malam.
"Kemana aja tadi?"
"G-gue cuma pergi sama Rachel," Jawab Zara dengan gugup dan takut.
Gaffa melepas tangan Zara, lalu izin pulang. "Gue pulang dulu, besok gue jemput." Dan Gaffa pergi begitu saja.
Zara pun merasa bersalah.
Possesif itu pasti ada alasannya, tapi juga jangan berlebihan
====
Selamat membaca