Sayang boleh, tapi jangan terlalu possesif
.
.
.
Seperti biasa Gaffa menjemput Zara dirumahnya. Tidak ada percakapan diantaranya selama perjalanan menuju sekolah. Zara sangat takut untuk memulai percakapan, Gaffa memang tidak bicara saat datang kerumahnya, maka dari itu Zara yakin bahwa Gaffa masih marah karena kejadian semalam.
Beberapa menit kemudian mereka pun sampai didalam parkiran sekolah. Zara menunggu Gaffa untuk mengunci motornya, tetapi Gaffa malah meninggalkan Zara yang diam memerhatikan Gaffa.
Wajah Zara murung dan entah ia harus berbuat apa. Gaffa berjalan sangat cepat dan lebih dulu daripada Zara, Zara tidak mau mengejar, menurutnya biarkan dulu Gaffa menenangkan dirinya sejenak.
"Woi! Melas amat muka lo," Celetuk Bulan yang baru juga datang dari gerbang.
"Apaan si lo." Jawabnya sambil terkekeh pelan.
"Lagi marahan sama bebeb?" Tanya Bulan sambil merangkul bahu Zara.
Zara mengedikkan bahunya, "Ya gitu deh,"
"Eh lo kemaren pergi kemana sama Rachel? Bangke ya lo berdua kaga ngajak-ngajak gue," Ucap Bulan dengan sedikit mengomel.
"Lo kan sibuk pacaran, jadi gue berdua aja deh."
Saat Zara sampai dikelas, ia melihat Gaffa sedang bercanda dengan Sherly teman sekelasnya, tawa dan canda terlihat sangat natural disana. Gaffa tidak pernah tertawa didepan Zara, bahkan bersikap manis seperti itu saja tidak pernah.
"Gaffa ya?"
Zara tersadar dari lamunannya yang sedang memikirkan yang tidak-tidak, "Eh? Nggak," Lalu Zara langsung duduk disamping Rachel.
"Zar, lo nggak papa?" Tanya Rachel yang sepertinya tahu kalau Zara cemburu melihat Gaffa dan Sherly.
"Nggak papa, emang gue kenapa?" Tanyanya tanpa menoleh.
"Nggak usah pura-pura elah, lo liat pemandangan yang tidak sedap itu kan?" Tanya Rachel,
"Ya terus?"
Rachel rasanya ingin menghampiri Gaffa dan memaki-makinya, tapi karena sepertinya Zara mengetahui niat Rachel jadi Zara menahan Rachel untuk tidak pergi kemana-mana.
"Udah sini aja," Ucapnya sambil memegang lengan Rachel yang hendak berdiri.
"Cenayang lo ya?"
"Paan sih, udah duduk aja."
"Iyee sewot aja lu pagi-pagi, PMS ya.."
Zara nampaknya sudah tidak tahan diam-diaman seperti ini, akhirnya Zara menghampiri Gaffa dengan sedikit takut.
"G-gaf?" Panggilnya.
Gaffa yang sedang bercanda dengan Sherly pun langsung diam menatap Zara sinis. "Kenapa?" Tanyanya dengan dingin.
"Boleh ngomong sebentar nggak?"
Gaffa pun langsung berdiri dan berjalan duluan. Zara pun langsung mengikutinya. Ternyata Gaffa pergi ke belakang sekolah.
"Mau ngomong apa?"
Zara menghela napas pelan, "Kenapa nyuekin gue, Gaf?"
"Lo sadar kan salah lo apa?"
Zara pun mengangguk pelan, "Gue tau gue salah, HP gue kemaren mati, Gaf.
Gue mau minjem Rachel juga mati HPnya," Jelas Zara.
Gaffa terkekeh meremehkan, "Mati? Kemaren lo bilang lupa, sekarang mati, alesan lo ganti lagi?"
"Maaf, Gaf, kemaren gue cuma asal jawab. Gue terlalu takut kalau lo marah." Jawab Zara dengan menunduk.
"Nggak usah banyak alesan, Zar. Kasih gue waktu buat sendiri, dan satu lagi.. tolong lo hargain gue sebagai pacar lo," Ucap Gaffa, lalu langsung pergi meninggalkan Zara.
Zara menahan air matanya untuk jatuh, tapi akhirnya jatuh juga. Zara pun berjongkok sambil menenggelamkan wajahnya.
Tak sengaja Aldi lewat, dan Aldi melihat Zara sedang sendirian disini.
"Zara?" Panggil Aldi.
Zara pun langsung menoleh kearah atas. "Aldi?" Dengan cepat ia menghapus air matanya, dan kemudian berdiri.
"Lo kenapa? Nangis?" Tanya Aldi dengan khawatir.
"Biasa lah masalah keluarga, hehe." Zara ingin menutupi masalah ini dari Aldi.
"Bohong! Pasti gara-gara Gaffa kan?"
"Sok tau lo, gue nggak kenapa-napa kok sama Gaffa,"
Aldi memegang pundak Zara, "Kalau Gaffa macem-macem sama lo, bilang gue. Okey?"
Sebelum Zara menjawab, Zara melihat kedua mata Aldi yang coklat dan bersinar karena sinar matahari.
"Makasih, Di." Jawab Zara, yang diakhiri dengan senyum.
Aldi memeluk Zara.
"Gue sayang lo, Zar." Ucap Aldi dengan memberi jeda sebentar. "Sayang sebagai adek." Lanjut Aldi.
Zara pun tersenyum.
"Di, gue ke kelas dulu ya." Ucap Zara seraya melepaskan pelukannya.
"Bareng ajah!" Aldi pun langsung merangkul Zara.
"Di? Biasa aja ya, takut ketauan Gaffa nggak enak diliatnya." Ucap Zara, dan Aldi pun langsung melepaskan tangannya dari pundak Zara.
"Sori hehe,"
Saat ditengah-tengah perjalanan, Zara berniat untuk pergi ke toilet. "Di, lo duluan aja ya? Gue mau ke toilet dulu,"
"Oke."
Zara memasukki toilet, dan tak sengaja ia bertemu Sherly. Wajah Sherly yang begitu cantik terlihat sombong dan sinis melihat Zara. Zara yang dipandang seperti itu menjadi risih, tapi ia tidak mau ambil pusing, jadi Zara hanya diam dan melanjutkan niatnya untuk cuci muka.
"Pacarnya Gaffa?" Tanya Sherly dengan sok akrab.
Zara tersenyum mengangguk, "Iya."
"Mending lo udahin aja tuh hubungan lo, gue liat-liat nggak ada romantis-romantis nya lo berdua, bahkan lo berdua saling cuek-cuekan. Gaffa apalagi tuh,"
"Ini urusan gue, dan ini hubungan gue, lo nggak berhak buat ngatur-ngatur hubungan gue." Ucap Zara dengan santai dan langsung pergi begitu saja.
"Sok cantik." Ucap Sherly dengan jijik.
☠☠☠
Jam pulang sekolah telah tiba. Zara berniat menghampiri Gaffa untuk menawarkan akan pulang bersama atau tidak, tapi Gaffa malah bersama Sherly. Zara tidak pantang menyerah, ia akhirnya menghampiri Gaffa.
"Gaf? Pulang bareng nggak?" Tanya Zara dengan berharap Gaffa menjawab iya.
"Sori, gue mau pulang sama Sherly." Jawab Gaffa yang langsung pergi meninggalkan Zara. Zara hanya menatap sedih.
"Zar, siapa sih tuh cewek?!" Tanya Rachel dengan kesal.
"Tau! Ngeselin banget anjing! Anak baru udah bikin kesel aja." Saut Bulan.
"Biarin aja, dia butuh waktu sendiri. Gue duluan ya.." Zara pergi dengan malas, bahkan berjalan saja ia begitu pelan. Teman-temannya hanya menggelengkan kepala.
Zara pulang menaiki grab, memesan dengan ponselnya lalu menunggu pengemudinya datang. Saat pengemudinya datang, Zara langsung menaiki motor nya dan hanya diam selama perjalanan.
Sesampainya dirumah Zara langsung masuk dan menaiki beberapa anak tangga untuk sampai kekamarnya.
Zara belum membuka sepatunya, tapi ia sudah menaruh tubuhnya diatas kasur. Zara rindu dengan Gaffa yang sikapnya tidak terlalu cuek seperti sekarang. Zara melihat foto bingkai yang terpajang cantik disamping lampu tidurnya.
Senyum dari ujung bibirnya terbit saat melihat foto ini.

Zara rindu dengan Gaffa yang sering mengajaknya pergi keluar walaupun sikap Gaffa sangat dingin dan possesif.
"Jangan diemin gue kayak gini Gaf," Zara memeluk bingkai foto itu. Sekaligus meneteskan air matanya.
Possesif itu pasti ada alasannya, tapi juga jangan berlebihan
====
Selamat membaca