"Upacara penyalaan api abadi akan menjadi simbol bagi Kekaisaran kita bahwa pernah ada Black Dragon yang mengahalau segala macam kejahatan dan juga memunculkan matahari paling terang sepanjang ribuan tahun lamanya. Maka kami sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan sempurna, Yang Mulia Kaisar Agung."
Lauda mengangguk dengan senyum puas.
Penyalaan api abadi adalah peringatan kelahiran Black Dragon yang merupakan leluhur mereka lima ribu tahun lalu. Black Dragon adalah jenis Naga hitam yang memiliki kekuatan absolut setara dengan dewa dewi Olympus. Dengan kebijaksanaan tingkat tinggi di tangan kanannya, juga penghalang kejahatan di tangan kirinya. Sosok Agung yang lebih tinggi dari Naga emas, sosok yang hanya terlahir karena berkat dewa dan tidak ada yang tahu kapan akan terlahir kembali. Kini sudah lima ribu tahun berlalu semenjak kelahiran Black Dragon yang terakhir.
"Aku percayakan tradisi leluhur kita itu pada kalian, tidak ada yang bisa melakukannya lebih baik dari kalian," puji Lauda.
Seluruh Menteri dan penasihat Kekaisaran yang menerima pujian dari Kaisar Agung menunduk kepalanya dalam.
"Tidak ada yang lebih hebat dan lebih Agung daripada Kaisar Lauda. Segala berkat dewa bagi Kaisar Lauda!" seru mereka serempak.
Lauda tersenyum, kemudian dia berjalan menuruni tangga dan meninggalkan singgasana miliknya itu.
Dalam langkah pelannya, pikirannya tiba-tiba saja teringat tentang wanita itu. Gadis belia yang tidak sengaja dihamilinya, dan jika Lauda tidak salah, maka saat ini hanya tinggal menunggu satu bulan untuk telur anaknya keluar. Dan dua bulan hingga telur itu menetas.
Helaan nafas keluar dari mulutnya, membuat beberapa pengawal yang berjalan di belakangnya menjadi waspada.
"Apa ada yang menganggu pikiran anda, Kaisar Agung?" tanya salah satu pengawalnya.
Lauda menggeleng dengan senyum tipis, "Aku hanya sedikit lelah," katanya menjawab.
Seharusnya saat ini dia menemui putranya, Arderl. Namun keinginan itu hilang sesaat tadi saat dia memikirkan tentang anaknya yang lain. Nasib anak itu masih di ujung tanduk, meskipun dia melakukan yang terbaik yang dia bisa, namun belum tentu anak itu akan selamat.
"Berkat Dewa bagi Kaisar Agung Lauda!"
Lauda menghentikan langkah kakinya ketika seorang yang menjadi ajudan setianya datang dengan tergesa dan memberi hormat padanya.
"Ada apa, Loiz?" tanya Lauda cepat.
Loiz adalah orang kepercayaannya yang bahkan akan rela mati jika Lauda memerintahkannya. Dan melihat tangan kanannya itu terlihat panik, pasti ada hal luar biasa yang terjadi.
Loiz tidak langsung menjawab pertanyaan tuannya, dia melirik ke arah pengawal yang berdiri di sisi kanan kiri tuannya.
Lauda mengert maksud Loiz, dia kembali berjalan ke arah istana Kaisar.
"Ikuti aku," titahnya.
Loiz mengangguk patuh, meminta kedua pengawal tadi untuk tidak mengikuti dirinya dan juga Kaisar.
Begitu masuk ke dalam kamar Kaisar, Loiz kembali berlutut dengan kepala menunduk.
"Apakah ini bukan berita baik?" tanya Lauda. Dia memperhatikan bagaimana ekspresi yang ditunjukkan oleh Loiz.
Loiz dengan enggan mengangguk, sebagai jawaban atas pertanyaan Tuannya itu.
"Hamba tidak tahu akankah ini menjadi berita buruk bagi Kaisar, namun Hamba juga tahu bahwa ini pastilah bukan berita baik juga," katanya.
Lauda memejamkan matanya sesaat. Entah kenapa dia seakan sudah bisa menebak berita apa yang hendak disampaikan oleh Loiz.
"Katakan!" titahnya.
Loiz semakin menunduk dalam.
"Wanita itu diracuni. Diduga racun itu dapat membuat telur yang seharusnya belum keluar, bisa keluar lebih cepat," lapor Loiz.
Lauda membelalak terkejut, dia tahu ini ulah siapa. Dan kemungkinan anaknya tidak akan selamat jika seperti itu yang terjadi. Karena Naga berbeda dari Manusia, Naga tidak akan bisa bertahan lama di luar kandungan induknya sebelum waktu matang.
"Lalu?" tanyanya lagi. Dia yakin bukan hanya berita itu yang dibawa oleh orang kepercayaannya itu.
"Diperkirakan akan ada tiga Assasin yang akan menyergap kediaman mereka," lanjut Loiz.
Kali ini Lauda dilanda dilema. Dia sudah tahu ada istri dan juga ibunya dibalik semua ini, namun rasanya hatinya tidak bisa jika hanya diam saja membiarkan anak dan wanita yang mengandung anaknya itu mati sia-sia.
Lauda menarik nafas dengan berat.
"Loiz, masihkah kau menjadi pengikut ku yang setia?" tanya Lauda.
Mendengar pertanyaan itu, Loiz menatap Kaisar sesaat sebelum kemudian mengangguk yakin.
"Seumur hidup, hamba akan selalu seperti itu, Kaisar yang Agung. Karena hidup Hamba adalah milik Yang Mulia," jawabnya cepat.
Lauda tersenyum, "Maka selamatkan apa yang bisa kau selamatkan!"
*
"Jangan pergi dari sisi Kaisar, jangan biarkan Kaisar sendirian meskipun itu adalah permintaan Kaisar sendiri. Jika Kaisar menggertak, sebut namaku di depan Kaisar," titah Loiz.
Kedua penjaga yang merupakan prajurit Naga terkuat itu saling pandang dengan bingung. Namun pada akhirnya ia mengangguk dan menuruti perintah dari Loiz yang merupakan Komandan dari seluruh pasukan yang ada di Kekaisaran.
Setelah memastikan keselamatan dari Tuannya, Loiz bergegas menuju kudanya untuk melaksanakan misi rahasia yang baru saja didapatnya dari Kaisar.
Ia sudah mengetahui perihal wanita itu dari mulut Kaisar sendiri. Loiz juga bahkan tahu bahwa Kaisar dari awal tidak menginginkan kematian wanita itu dan juga anak yang merupakan darah dagingnya. Sebagai seseorang yang ada di sisi Kaisar, Loiz tahu bahwa pilihan yang berdasarkan pada hati nurani itu akan membawa masalah di kemudian hari. Namun dia tidak bisa menentang perintah Tuannya, karena bagi Loiz, nyawanya adalah milik Kaisar. Dia hanya hidup untuk menuruti segala perintah Kaisar.
Loiz memacu kudanya dengan kencang. Dia yakin ketika assasin itu sudah sampai di kediaman wanita itu, maka tidak akan ada lagi yang bisa Loiz lakukan. Permaisuri tidak akan menyewa sembarangan orang untuk melakukan misi rahasia ini. Walaupun para pembunuh bayaran itu berhasil menjalankan misi dan mendapatkan imbalan, namun pada akhirnya ketiganya akan mati juga. Permaisuri tidak akan membiarkan orang-orang yang mengetahui masalah ini tetap hidup.
Memakan cukup banyak waktu sampai Loiz tiba di depan rumah kecil yang merupakan kediaman dari wanita itu. Baru kakinya menginjak tanah, bau darah yang amis sudah menyerbu indera penciumannya.
Loiz tidak pernah gagal menjalankan perintah, namun sepertinya kali ini dirinya sudah terlambat untuk menjalankan misi dari Kaisar Agung. Namun begitu, Loiz tetap melangkah masuk untuk memastikan nya sendiri.
Ia langsung mendapati tubuh seorang pria yang ia tahu merupakan kakak dari wanita itu terbaring dengan beberapa sisi tubuhnya yang terluka. Pria itu sudah tidak bernyawa
Kemudian matanya membelalak saat melihat seorang Assasin siap menusukan pedang pada telur besar yang dipegangnya. Tanpa pikir panjang, Loiz membentuk kekuatannya menjadi orb dan menghantamkan dengan kuat ke arah Assasin itu hingga terpental.
Dengan sangat cepat, Loiz berlari dan menangkap telur yang hendak jatuh itu. Memegangnya dengan erat sambil berjalan ke arah Assasin yang sudah tidak mampu bergerak.
"Ka-kau adalah tangan kanan Kaisar.." ujar pria itu terbata.
Loiz menatap tajam pria itu, tanpa bicara dia langsung menancapkan pedang ke d**a pria itu hingga tewas.
Selanjutnya ia berbalik, menatap ke arah telur yang ada di pelukannya. Telur yang merupakan darah daging dari Tuan yang sangat dihormatinya.
"Bertahan lah, Nak. Kau terlahir dari Naga terkuat di Negara ini. Tidak seharusnya kau mati dan kalah semudah ini," gumamnya.
Loiz menatap ke arah tubuh wanita yang terkapar di bawah kakinya. Hanya dengan melihat itu dia tahu wanita itu sudah tidak selamat, begitu juga dengan kakaknya yang ada di kejauhan.
Melihat dua tubuh Assasin yang terkapar saat ia baru datang tadi, Loiz menyadari bahwa ibu dari telur yang dipegangnya saat ini, dan juga paman dari telur ini, berusaha keras untuk mempertahankan agar darah daging Kaisar tetap selamat. Sebuah hal yang membuat Loiz merasa tersentuh.
Sesaat dia memejamkan mata, mengucap penghormatan terakhir pada keduanya.
"Semoga kalian pergi dalam damai. Aku akan memastikan bahwa Pangeran tetap aman," katanya sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah yang hanya dihuni mayat itu.
**