Di sekolah, Tara selalu bersama Chiara. Chiara adalah sahabat terdekat Tara.
Semenjak memasuki Sekolah Menengah Pertama sahabat Tara bertambah.
Fara Diana, anak yang super cuek dengan segala hal, tapi care terhadap sahabat - sahabatnya.
Fara merupakan anak pertama, ia memiliki seorang adik yang masih duduk di sekolah dasar.
Satu lagi sahabat Tara yang paling tampan. Farhan Subagja, selalu jadi 'pesuruh' diantara para wanita tersebut.
"Tara... PR matematika lo udah belum?" tanya Farhan saat Tara baru tiba di kelas. Yups, Farhan selalu dan tidak pernah mau mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan sudah terlalu lelah belajar di sekolah.
"Kebiasaan banget deh lo" omel Tara sambil menyerahkan buku yang dimaksud oleh Farhan.
"Iya, kebiasan banget lo, ubah deh sifat malas lo itu!" keluar omelan dari mulut Fara.
Fara selalu cuek dengan hal lain, tapi tidak dengan hal yang menyangkut sahabatnya dan Farhan.
"Bawel deh lu Ra" balas Farhan sambil masih meneruskan kegiatan menulisnya.
"Bu Elena ga masuk, PR dari beliau harap kumpul ke depan sini" titah Dirga, sang ketua kelas yang amat sangat bertanggung jawab.
"Untung aja gue udah selesai nyalin" celetuk Farhan sembari mengumpulkan buku tugasnya dan milik Tara.
"Thank's ya Tar, sahabat terbaik gue emang deh lo" ucap Farhan setelah mengumpulkan tugasnya, dibalas anggukan oleh Tara.
***
"Kalian mau langsung balik?" Tanya Chiara
"Gue mau ke perpus dulu deh, mau pinjem buku buat persiapan UN kita nanti, mau belajar gue" jelas Tara.
"Gue ikut dong, mau dong jadi pinter juga kayak lo Tar" goda Farhan sambil tertawa.
"Gue balik duluan ya, ga ikutan dulu" ucap Fara.
"Oke, bye" Chiara dan Fara pulang terlebih dahulu. Sedangkan Tara dan Farhan pergi menuju perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan Tara menuju rak buku yang sesuai dengan apa yang ingin dia cari. Farhan? tentu saja ia hanya mengekori Tara.
"Lo cari buku sana, ngapain ngikutin gue? bisik Tara pada Farhan.
"Gue bingung, mau baca buku apaan" jawab Farhan setengah berbisik.
Tara memutar matanya jengah dengan kelakuan sahabatnya tersebut. Ia menghembuskan nafas kasar
"Lo cari buku matematika sana, nilai lo kurang banget di mapel itu" perintah Tara agar Farhan tak mengikutinya dan berniat benar - benar belajar.
Farhan mengangguk dan menuju buku yang Tara maksud, kemudian ia duduk di tempat yang tersedia di dalam perpustakaan sekolah tersebut.
"Hei..." ucap seseorang yang tentu saja membuat Tara kaget.
"Ya ampun Rangga, ngagetin aja tau ga, untung gue ga teriak, mana lagi di perpus lagi. Tengsin dong gue kalau sampai di tegur petugas" jelas Tara panjang sambil memasang muka cemberut. Ia sangat tidak suka saat di buat kaget.
"Sorry!" bisik Rangga sambil mengacungkkan kedua jarinya.
"Ada apa?" tanya Tara.
"Ikut gue bentar, keluar" jawab Rangga sambil memberikan isyarat agar Tara mengikutinya keluar.
Tara melirik tempat Farhan duduk, terlihat ia sedang mempelajari buku yang ia pinjam dengan sungguh - sungguh.
"Mau ngomong apa?" tanya Tara
"Emmm..... gue suka sama lo Tar" ucap Rangga memberanikan diri.
"Ya ampun, jantung gue... apa - apaan coba, tenang, tetap tenang." batin Tara sambil menenangkan dirinya sendiri.
"Tar,, kok lo ngelamun si, gue suka sama lo, lo denger gue?" tanya Rangga lagi.
"Eh... Iya, gue denger kok. Tapi maaf ya Ngga, gue ga bisa terima lo" ucap Tara pelan
"Kita masih kecil Ngga, masih SMP, gue ga dibolehin dan gamau juga harus punya komitmen di usia segini, kita masih bisa temenan" tambahnya lagi.
Rangga diam, tak ada jawaban darinya, kecewa, sedih bercampur menjadi satu. Tapi ia juga sadar, bahwa yang dikatakan oleh Tara itu benar, mereka masih anak - anak yang harusnya fokus belajar dan bermain tanpa harus memikirkan hal yang seperti itu. Rasa suka pada lawan jenis itu wajar dan normal. Tetapi, untuk usia mereka yang masih sangat belia bahkan wajar disebut anak - anak rasa seperti itu harus dikesampingkan terlebih dahulu.
"Oke, gapapa, gue terima keputusan lo, yang lo omongin juga bener Tar, Tapi gue udah lega, seenggaknya gue udah ngungkapin perasaan gue" ucap Rangga sambil tersenyum.
"Ya ampun... jangan senyum Ngga, lo manis banget tau kalo lagi senyum gini, gue jadi ngerasa bersalah" batin Tara lagi.
"Tuh kan jadi canggung gini, lo si anak kecil pake nembak gue segala" canda Tara untuk mencairkan suasa yang canggung.
"Eh, lo juga anak kecil tau, pake ngatain gue anak kecil segala" balas Rangga dan membuat mereka berdua tertawa.
"Astaga... Tara lo kok di sini sih, gue muter - muter tau ga nyariin lo di dalem" Farhan yang Tara lupakan keberadaannya menyusulnya dan Rangga keluar.
"Sorry.. gue lupa Han kalo tadi gue sama lo" jawab Tara cengengesan.
"Sorry Han, gue kira tadi Tara sendirian kesini nya, jadi gue ajak ngobrol di luar deh, ternyata sama lo" Rangga menjelaskan pada Farhan.
"Udah, santai aja gue juga sekalian mau balik, puyeng otak gue buat mikir tadi, tapi lumayan lah udah ada beberapa rumus yang masuk di kepala gue" jelas Farhan dengan bangga.
"Yee... bangga banget deh lo, tapi ya lumayan kan seorang Farhan bisa hafal rumus matematika" ledek Tara diiringi tawa dari Rangga dan juga Farhan.
"Ya udah, Han yok balik" ajak Tara pada Farhan, rumah mereka memang searah dan selalu pulang bersama.
"Ayok, capek banget gue" balas Farhan.
"Ngga, kita duluan ya, lo ga balik juga?" tanya Tara kemudian.
"Nanti Tar, gue masih harus ke ruang guru bentar" jawab Rangga.
"Oh, oke, kita balik duluan ya" ucap Tara
"Duluan Ngga" Farhan menimpali
Mereka pun beranjak dari tempat itu dan pulang menuju rumah masing - masing. diperjalanan suasana menjadi hening. Pikiran Tara berkelana, kembali memikirkan ucapan Rangga tadi.
"Ya Tuhan... kok bisa si Rangga nembak gue, demi apa coba?" monolog Tara dalam batinnya.
"Padahal kita masih kecil loh, kok bisa si punya pikiran nembak gue" timpalnya lagi.
Farhan yang melihat wajah sahabatnya terlihat gelisah langsung menegurnya.
"Lo kenapa si Tar, dari tadi ngelamun mulu" ungkap Farhan.
"Eh... gapapa kok Han, lagi mikirin UN kita sebentar lagi, gue bisa ga ya ngejar beasiswa ke sekolah impian gue?" ucap Tara berbohong.
"Lo bisa Tar, elo kan pinter, ga kayak gue otak pas - pasan" canda Farhan sambil tertawa.
"Hush.... gaboleh ngomong gitu, Tuhan udah kasih otak buat kita itu porsi dan takarannya sama, masalah kalo di elo pas - pasan itu karena lo nya aja yang ga mau asah, ga mau belajar, makanya jadi tumpul deh" omel Tara.
"Iya iya, gue kan udah mulai belajar ini, lumayan lah udah ada yang nyantol di otak gue" bangga Farhan.
"Bagus, sering - sering aja lo ke perpus, bentar lagi kita UN loh, jadi lo harus bener - bener belajarnya, lo kan sahabat gue, gue juga mau kita sama - sama lulus barengan Han, kita bisa gapai impian kita.
"Siap bos" canda Farhan dan diiringi tawa dari keduanya.