Hari ini minggu tenang, sebelum melaksanakan UN, jadi seluruh murid kelas IX diliburkan. Dan minggu depan adalah hari pertempuran mereka.
"Ma... " panggil Tara pada mama Dinda yang sedang memasak di dapur.
"Iya sayang, ada apa? mau bantuin mama masak?" tanya Dinda.
"Boleh emangnya kalau Tara bantuin?" tanya Tara antusias.
"Boleh dong, anak perempuan itu harus bisa masak, kalo ga bisa nanti pas kamu udah nikah, suamimu mau di kasih makan apa? Beras sama sayuran mentah?" tanya Dinda bercanda.
"Ih.. Mama... Tara tuh masih kecil, belum mau nikah, masih mau sekolah, kuliah kerja terus punya modal Tara bisa buka usaha sendiri deh" terang Tara yang membuat Dinda tersenyum bahagia.
"Sini kalau mau bantuin mama, biar bisa buat makan siang kita nanti, papa juga nanti pulang kok siang, jadi kita bisa makan siang bareng" ucap Dinda.
"Papa pulang? Kok tumben? Biasanya ga pernah pulang siang ma" tanya Tara penasaran.
"Iya, pekerjaan Papa nggak banyak, terus ada temennya juga mau kesini, jadi Mama masak agak banyak ini" ucap Dinda sambil meneruskan kegiatan memasaknya.
"Oh gitu, oke deh Tara bantuin Mama masak kalo gitu" ucap Tara lalu ikut membantu Dinda memasak.
"Assalamu'alaikum" ucap Bian, Papa Tara.
"Wa'alaikumsalam" jawab Tara dan Dinda bersamaan.
"Eh, anak Papa bantuin masak? Pasti makanan hari ini lebih enak dari biasanya" puji Bian pada Tara.
"Iya dong Pa, anak siapa dulu?" canda Tara dan diiringi suara tawa dari Bian dan Dinda.
"Pa, tadi katanya mas Fahri mau kesini, jadi?" tanya Dinda pada Bian.
"Oh iya lupa ma, Fahri ada di depan, kamu siapin makanannya, biar dia langsung aku ajak kemari" jawab Bian langsung meninggalkan Tara dan Dinda yang masih bingung.
"Papa kenapa sih ma?" tanya Tara bingung.
"Ga tau itu Papa kamu, belum punya cucu kok udah pikun" canda Dinda sembari melirik Tara.
"Mama mulai deh, anaknya aja baru mau ujian udah cucu terus yang diomongin" omel Tara dengan masih melakukan kegiatan cuci piringnya.
" Bercanda Tar, ngambekan ah, ga seru" cebik Dinda pada Tara.
"Assalamu'alaikum" ucap seseorang yang baru masuk bersama Bian.
"Wa'alaikumsalam" jawab Tara dan Dinda bersamaan.
Tara menatap Fahri heran, baru ini Papanya mengajak teman sampai makan siang bersama. Bian adalah tipe yang akan mengajak makan di resto untuk pertemuan penting.
"Apa kabar mas, mbak Anisa gimana? sehat aja kan? lama banget loh ya ga pernah main kesini lagi" ucap Dinda
"Alhamdulillah sehat semua Din" jawab lelaki tersebut. "Ini Tara ya?
"Tara, salam dulu sama Om Fahri" Dinda menyuruh Tara untuk memberi salam pada Fahri.
"Halo om, Tara" ucap Tara sembari mencium tangan Fahri.
"Kamu lupa sama om ya? dulu om sering loh kesini, sama anak om juga, kalian kan sering main bareng"
Tara mengeryitkan kening, ia mencoba mengingat - ingat hal yang dikatakan Fahri, tapi tetap saja ia lupa akan kenangan yang sudah lama itu.
"Sudah, sudah ngobrolnya nanti lagi, ayo kita makan dulu. Tara tolong siapin minumnya ya sayang" pinta Dinda, sembari menyiapkan makanan dan peralatan makan lain yang belum ditata.
"Bisa jadi besan loh kita Bi" ucap Fahri sembari menunggu Dinda selesai meyelesaikan pekerjaannya.
"Haahha.... bisa aja kamu Fahri, boleh - boleh saja kalau aku, tinggal anaknya mau apa nggak itu."
"Kamu gimana Tara? mau nggak jadi menantu om?" tanya Fahri saat Tara sudah selesai menyiapkan air minum.
Tara kaget, dia masih SMP, dan lagi dijodohkan? kayak jaman siti nurbaya saja. Ga maulah, masa masih sekolah disuruh nikah.
"Tara masih pengen sekolah dulu om, belum kepikiran sampai sana" jawabnya sesopan mungkin.
"Haahha... kalah kamu Fahri, pemikiran anakku jangan kamu remehkan" ledek Bian sambil tertawa.
Setelah semuanya siap mereka makan siang dengan tenang. Setelah acara makan siang tersebut, Bian dan Fahri kembali menuju kantor. Sedangkan Tara dan Dinda membereskan meja makan dan dapur. Setelah selesai Tara izin pada mamanya untuk kembali ke kamar.
"Ma, Tara udah ya bantu mamanya, mau kamar." ucap Tara sambil tersenyum.
"Iya sayang, terimakasih ya sudah bantu mama hari ini, oh iya, ucapan om Fahri tadi nggak udah kamu masukin ke hati, om Fahri cuma bercanda" jelas Dinda.
"Iya ma, tenang aja, Tara tu ga gampang baperan kok" jawabnya sambil tertawa menampilkan gigi - gigi rapi dan bersihnya.
Tara berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai 2. Ia masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di kasur. Lelah, ya tentu saja ia lelah, belum lagi mempersiapkan segalanya sebelum memasuki UN. Sejenak ia memejamkan mata dan..
"Ih... kenapa si gue jadi keinget kejadian kemaren lagi?" gerutunya.
"First kiss gue, hiks.. hiks..." ucapnya sambil pura - pura menangis.
"Bisa - bisanya dia biasa aja? ga shock apa?"
"Ih... gatau ah, ngapain sih mikirin hal gituan. Mau tidur" ucapnya lagi, lalu tak lama ia pun tertidur.
Tiba saatnya pelaksanaan UN. Tara siap? tentu saja, dia sudah mempersiapkan segalanya, peralatan? sudah. Belajar? sudah juga.
"Hai .... udah pada siap? kalian ruangan berapa?" tanya Tara pada sahabat - sahabatnya.
"Kita bertiga 1 ruanga, lo sendiri tuh di ruangan 4" jawab Chiara setengah protes.
"Lagian nama lo si awalnya T, jadi jauh kan sama kita?"
"Adudududuh.... gamau banget ya pisah dari gue kalian pada?" goda Tara.
"Ya ga mau lah Tar, siapa si yang mau pisah dari lo? apalagi disaat genting kayak gini." timpal Fara.
"Iya gamau jauh - jauh soalnya kita ga bisa nyontek lo kalo beda ruangan." ucap Farhan sambil tertawa.
"hhaaa... bener banget Han." Chiara berkata sambil tertawa terbahak, begitupun Fara, ia tetawa lepas melihat ekspresi Tara.
"Jahat banget tau lo pada." ucap Tara pura - pura merajuk
"Uluh uluh... ada yang ngambek deh." goda Fara. Dan mereka pun tertawa lagi.
"Hai Tara.." sapa Rangga.
"Eh.. hai" balas Tara.
"Tara doang nih yang disapa? kita - kita nggak?" goda Farhan sambil mencolek lengan Tara.
"Apaan sih lo Han" jawab Tara malu - malu.
"Dih, kenapa lo? pake malu - malu segala? jijik tau Tar."
"Ihh.... kurang ajar banget sih lo." sambil memukul Farhan.
"Ampun, ampun Tara... sakit bego.." pinta Farhan.
Chiara, Fara dan Rangga tertawa melihat kelakuan dua orang tersebut.
"Ayo Tar, kita masuk ke ruangan, bentar lagi udah mau masuk nih, lo sama gue kan 1 ruangan." jelas Rangga dan menghentikan perang antara Tara dan Farhan.
"Thanks bro, lo udah nyelametin gue." ucap Farhan sembari menepuk bahu Rangga dan kabur meninggalkan Tara dan sahabat lainnya.
"Awas aja lo Han, gue cubitin lo nanti ya." ancam Tara yang dibalasi juluran lidah tanda meledek dari Farhan.