BAB 5

1027 Kata
“Selamat ya sayang....” ucap Dinda dan Bian pada Tara. Perasaan bangga dan bahagia yang tidak dapat diungkapkan dengan kata – kata. Orang tua mana yang tidak bahagia saat putri semata wayang mereka lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah yang terbaik. “Tara seneng banget deh ma, usaha Tara belajar biar bisa dapat nilai terbaik dan masuk ke sekolah terbaik juga tercapai. Ini semua juga berkat do’a dari mama dan papa” ungkap Tara bahagia. “Kalau kamu bersungguh – sungguh dan tidak mudah menyerah, maka apapun yang kamu inginkan bisa menjadi kenyataan nak” Bian menasehati. “Eh, papa ada yang lupa loh, do’a juga hal penting yang harus kamu panjatkan agar keinginan kamu yang terbaik dapat terkabul” Dinda menimpalai. “Iya ma, pa. Tara inget semua pesan – pesan dari mama dan papa” ucap Tara sembari memeluk kedua orang tuanya. Memiliki kedua orang tua yang sangat menyayanginya adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang paling berarti bagi Tara. Keberhasilannya adalah kebahagiaan untuk orang tuanya. Drt... drt....drt... “Halo...” jawab Bian. Ia mendapat telepone dari atasannya, entah apa yang dibicarakan, tetapi nampak wajah dan raut wajah Bian berubah panik dan khawatir. “Baik pak, segera saya siapkan, dan saya akan segera menuju ke sana” ucapnya sembari mematikan telepon. Lalu menatap istri dan anaknya. Ada perasaan bersalah pada Tara, disaat bahagia bagi keluarganya ternyata pekerjaan yang mengharuskan ia pergi meninggalkan anaknya harus dilaksanakan. “Papa kenapa?” tanya Tara penasaran sembari menatap kepada mamanya yang memiliki pertanyaan sama dengan putrinya. “Maafkan papa nak, ada pekerjaan yang mengharuskan papa pergi ke luar kota malam ini juga” jelas Bian tak tega. Raut wajah Tara berubah seketika, perasaan bahagia yang ia rasakan dan keinginan untuk menghabiskan malam dengan keluarganya harus tertunda. Tapi ia menguatkan hati dan tak ingin membuat papanya sedih dengan ekspresinya nanti. “Jadi papa berangkat jam berapa?” tanya Tara memastikan. “Sekarang papa akan berangkat nak, dan papa akan mengajak mamamu, apa kamu keberatan?” tanya Bian tak tega. “What... mama sama papa bakalan pergi semua, terus gue sendiri? Dihari kelulusan gue lagi” batin Tara. “Loh, mama juga harus ikut pa?” tanya Dinda yang tak tega meninggalkan anaknya sendirian di rumah. “Iya ma, karena papa akan lumayan lama di sana, butuh waktu minimal 2 minggu” jelas Bian. “Kamu gapapa kan nak, kalau mama harus menemani papa pergi?” timpalnya. “Iya pa, ma, Tara gapapa, toh nanti urusan sekolah bisa Tara urus sendiri” jawab Tara dengan tersenyum. Senyum yang dipaksakan tentunya. “Kalau Tara oke, mama ikut aja pa, kamu baik – baik ya sayang, semangat ya” ucap Dinda sembari memeluk Tara. Setelah itu kedua orang tua Tara berangkat. "Bosen banget deh sendirian di rumah, coba telepon Chiara sama Fara ah" ucapnya sendiri. "Gengs dimana?" ucap Tara saat telepon nya sudah tersambung dengan kedua sahabatnya, Farhan? tentu saja tidak, dia laki - laki. "Gue di rumah aja, bosen, ga ada rencana mau kemana - mana juga" jawab Chiara. "Gue mau ketempat om gue di kota M" jawab Fara. "Enak banget si lo bisa jalan - jalan" kesal Tara "Tenang Tar, afa gue, gue free" jawab Chiara "Nginep tempat gue dong Chi, mama sama papa pergi keluar kota 2 mingguan, kan gue bete jadinya" "Sorry ya ga bisa ikutan" sesal Fara. "Gapapa kali, jangan lupa oleh - oleh aja yang penting mah" "Siap, gue matiin dulu ya, mau siap - siap nih" ucap Fara. "Otw ke situ gue" ucpa Chiara "Oke" jawab Tara Tara merapikan kamarnya, tidak akan nyaman jika nanti sahabatnya datang dan kamarnya berantakan. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit Chiara datang dengan membawa tas ransel berisi baju ganti. "Akhirnya datang juga" ucap Tara saat sahabatnya tiba. "Iya dong, gue tau lo pasti kesepian, om sama tante dinas lagi?" tanya Chiara yang sudah hafal dengan kegiatan orang tua Tara. "Katanya paling cepat 2 minggu, mana pas kelulusan gue lagi Chi, jadi mengsedih kan gue" ucap Tara berkaca - kaca. "Udah, kan ada gue, kita bisa main, bisa nonton, bisa bereksperimen dengan menu baru lagi" ajak Chaira mengalihkan pembicaraan. "Kita bisa nonton sambil begadang" seru Tara seakan lupa dengan kesedihannya tadi. "Gue temenin pokoknya" timpal Chiara. "Eh, lo udah makan? tadi mama ada masak banyak, terus habis makan langsung pergi, jadi masih bertumpuk tuh makanannya" beritahu Tara. "Iya, ntar gue ambil makanan, sekalian buat temen kita nonton" ucap Chiara sembari tersenyum. "Pasti ada film baru deh ini" tebak Tara "ehem.." jawab Chiara Merekapun menonton dan menghabiskan malam bersama. Keluarga Chiara adalah keluarga sederhana dan buka tipe keluarga yang akan menghaburkan atau merayakan sesuatu. Dan Chiara juga tahu bahwa keluarga Tara adalah kelurga yang super duper sibuk. Dari dulu orang tua Tara sering meminta Chiara untuk menemani atau sekedar bermain bersamanya. Tara memang merasa kesepian, tapi ia juga memberi pengertian pada dirinya sendiri, bahwa apa yang orang tuanya lakukan semat - mata untuk kebaikan dan kebahagiaannya, ia mencoba untuk mengerti itu. "Tar, bangun, udah siang, kita terlambat tau" ucp Chiara yang kaget karen jam sudah menunjukkan pukul 7 tepat. "Kita tuh udah libur tau Chi, minggu depan baru masuk tuh" jelas Tara yang masih malas membuka mata. "Oh iya, gue lupa" ucap Chiara sambil cengengesan. "Gue mau kamar mandi dulu deh" ucap Chiara sembari meninggalkan Tara yang kembali tertidur. "Kita jogging yuk Tar" rengek Chiara sembari menarik selimut Tara. "Ngantuk masihan Chi, besok aja deh" ucap Tara masih dengan memejamkan mata. "Ih, ga mau sehat banget sih lo" ledek Chiara. "Ihhhh... males banget deh gue kalo lo tidur sini tuh bawelnya minta ampun" ucap Tara sembari bangun dan duduk dari tidurnya. "Kalo gue ga bawel gabakalan betah lo temenan sama gue" "Iya... males banget gue" ledek Tara sembari berjalan menuju kamar mandi Tara masuk ke kamar mandi ia membersihkan diri sebelum berangkat untuk olahraga pagi. "Udah siap nih gue, lari depan komplek aja ya, gausah jauh - jauh" pinta Tara. "Iya iya... bawel banget sih lo, belum juga mulai lari" ledek Tara. Ia tahu sahabatnya itu tidak menyukai olah raga, alasannya karena saat ia mengenakan pakaian olaraga, akan banyak mata yang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN