.
.
.
"jadi apa keputusan lo???" tanya Dewa to the point.
"gue minta waktu satu bulan." jawab Lola dengan percaya diri.
Dewa mengangkat sebelah alisnya, bertanda tidak mengerti maksud dari perkataan gadis yang ada didepannya.
"mari lakukan pendekatan seperti pasangan pada umumnya. Lola gak akan ngelarang kak Dewa main sama jalang jalang diluar sana, karena pendekatan ini murni kemauan dari Lola. Tapi, kalo selama satu bulan ini perlakuan kakak dan tindakan kakak tidak berubah ke Lola, dan tidak bisa membuat keputusan kakak berubah, maka Lola akan menolak perjodohan ini. Lola sendiri nanti yang akan mengatakan kepada orang tua kakak dan orang tua Lola." jelas Lola dengan menghisap rokoknya.
"kenapa gak langsung lo tolak???" tanya Dewa dengan memandang Lola yang masih setia menikmati rokoknya.
"Lola gak akan ngasih alasan. Karena semua alasan yang Lola siapkan terlalu klise dan menyek menyek untuk didengar seorang playboy kayak kakak." Lola berhenti sejenak untuk melanjutkan menghirup rokoknya.
"kenapa hanya satu bulan??? apa lo sangat yakin bisa ngerubah keputusan gue dalam waktu satu bulan???" tanya Dewa dengan senyum meremehkan.
"bagi Lola sifat playboy itu bukan turunan, tapi karena diri sendiri. Saat sesuatu hal yang berawal dari diri sendiri maka yang dapat menyembuhkan juga diri sendiri.Maka dari itu Lola gak berharap banyak dari perjodohan ini, tapi Lola hanya ingin mencoba. Bila nanti hasilnya tidak seperti keinginan, itu tidak akan jadi sesuatu hal yang harus disesali." terang Lola.
"Selama satu bulan ini Lola akan berusaha PDKT dengan cara Lola, dan kak Dewa bisa menolak dengan cara kakak. Gak ada batasan untuk memberi atau menerima, dan tidak ada batasan untuk menolak." lanjut Lola dengan mengalihkan pandangannya ke kakak tingkat yang ada didepannya.
"apa ada yang ingin kakak tanyakan lagi??" tanya Lola pada Dewa.
Dewa hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"terima kasih atas waktunya dan Lola akan mulai melakukan pendekatan besok." ucap Lola dengan beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Dewa yang masih setia duduk ditempatnya.
.
.
.
Setelah beberapa saat, Dewa beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kelas tersebut. Sejenak matanya berhenti didepan kursi lorong kampus yang bawahnya banyak tersisa abu rokok.
"seberapa lama dia nunggu gue?!" ucap Dewa pada diri sendiri.
Sebenarnya Dewa sudah tahu kalau Lola mencarinya karena tadi di chat Reza. Maka dari itu Dewa tidak terkejut saat Lola tiba tiba masuk kedalam kelas. Yang buat Dewa terkejut adalah Lola yang tidak langsung masuk, dia malah menunggu didepan kelas. Mana ada cewek yang mau menunggu pasangannya main didepan mata kepalanya sendiri. Kalaupun ada, pasti pasangan itu gak ada rasa sama sekali, atau paling gak mereka pasangan yang toxic dalam beberapa hal.
.
.
.
Chat grup Dewa cs 14.15 wib
Dewa : "posisi"
Bryan : "dibengkel"
Reza : "dibengkel Bryan"
Denis : "gue ada kelas"
Kenda : "gue masih meeting"
Reza : "pak boz Kenda meeting terus, gak kangen ama cewek??"
Denis : "eh,,, emang Kenda dah punya cewek???"
Dewa : "serius??? siapa ceweknya"
Kenda : "jari lo Za....pengen gue potong kecil kecil"
Reza : "kalian itu kenapa??? Kenda kan udah dari orok jomblo"
Denis : "kata lo tadi, gak kangen ama cewek maksudnya apa coba???"
Dewa : "gue jadi mikir macem macem beg*. Gue kira ketinggalan info."
Reza : "gue kan cuma bilang gak kangen ama cewek?? mana kata yang bilang lo gak kangen ama cewek lo??? itu 2 kalimat yang berbeda jadi tolong ya kalian belajar lagi tata bahasa.
Dewa : "gue tiba tiba pengen ngeblacklist nomer nya Reza."
Denis : "gue juga"
Bryan : "sama"
Kenda :"gue ikut kalian."
Reza : "kalian emang sahabat pengertian "
(Reza send pict)
Reza : " calon lo mas Dewa, kagak dianter??? noh lagi service motor, kagak perhatian amat."
Dewa : "bodo "
Kenda : "kelanjutan perjodohan lo gimana wa???"
Dewa : "dia minta waktu satu bulan buat PDKT."
Denis : "lalu??"
Dewa : "lalu lo kuliah Denis, katanya lagi ada kelas. Ntar malem aja ke fly."
Kenda : "bangs*t kalian, gue juga mau denger lanjutannya beg*, malah ngajak ketemuan langsung."
Dewa : "udah sono meeting dulu, terus balik. noh tugas kuliah lo dah numpuk."
Kenda : "sial*n,,, kenapa yang nunggu gue pulang tugas tugas kuliah, bukannya cewek."
Denis : "kalou cewek noh dipub nya Bryan banyak, tinggal pilih."
Kenda : "kalian emang ??"
Reza : "????"
Dewa : "wkwkwkkwkwkwk"
.
.
.
Grup chat Lola Cs 17.30 wib
Lola : "ntar malem jam 9 ke pub fly yok... gue traktir."
Rena : "ok,,, ketemu disana aja."
Ana : "gue nyusul jam 10, habis kelar shift kerja."
Sila : "Ren, ntar gue nebeng."
Rena : "kebiasaan"
Tara : "gue gak janji."
Lola : "sebisa mungkin sebaiknya lo ikut Tar, kalo lo gak dateng gue samperin tempat lo. Jujur gue penasaran ama keadaan lo."
Tara : "gue gak apa apa elahhhhhh. Cuma pusing doang gara hangover kemarin."
Lola : "oke gue mencoba buat percaya."
.
.
.
PUB FLY 21.20 wib.
"pesan minum dulu gih" ucap Lola pada ketiga sahabatnya. Minus Ana karena Ana masih kerja.
Sesaat setelah minuman mereka datang, mereka masih duduk ditempat, tidak ada hal mencolok yang mereka lakukan, nyata mereka berempat hanya bermain hp dan melihat sekeliling. Ingin turun berjoged tapi mereka cukup sadar sekarang masih terlalu sore untuk tempat sekelas pub fly. Jadi sambil menunggu malam dan juga sekalian menunggu Ana.
.
.
.
Parkiran PUB FLY
"aduhh... pant*t." ucapan Ana yang sekarang sudah duduk cantik dilantai karena tidak sengaja menabrak sesorang.
"kamu tidak apa apa??" tanya seorang laki laki sekitar umur 30 an kepada Ana dengan mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri.
"sakit tau om... liat nih pant*t gue langsung tepos." jawab Ana sekenanya dengan menyambut uluran tangan laki laki itu.
"mana lihat...?!" ucap si laki laki itu.
"eh... eh... eh... enak aja main liat liat. Aset penting ini gak boleh dilihat oleh sembarang orang, dasar om om mesum." jawab Ana dengan menghalangi tangan si laki laki yang ingin menyentuh pant*tnya Ana.
Tanpa mengucapkan maaf ataupun terima kasih Ana meninggalkan laki laki itu yang masih setia memandangi punggung Ana sampai tubuhnya menghilang masuk kedalam pub.
"gue bener bener menginginkannya." ucap pelan laki laki itu dengan menampilkan senyum miringnya yang terkesan misterius.
.
.
.
"ahhhhhh capeknya..." gerutu Ana yang tiba tiba duduk disamping Lola.
"noh minum dulu biar gak dehidrasi." tawar Sila dengan menyodorkan segelas minuman yang berkadar alkohol rendah.
"air mineral aja ada gak sih??? gue bener bener butuh air mineral dari pada minuman alkohol." tanya Ana.
"Lo kira ini warung." jawab Rena.
"lagian lo kenapa ngos ngosan kayak gitu??" tanya Tara.
"gue lari dari parkiran kesini, merinding tau kayak ada yang ngikutin gue." jawab Ana.
"lo kebanyakan nonton film horor." jawab Sila.
"lah... kenapa lo bisa tau???" tanya Ana.
"koleksi CD lo dikos udah jelas beg* buat ngasih tau semuanya." jawab Rena yang hanya dibalasi cengiran oleh Ana.
.
.
.
"jadi gimam keputusan lo???" tanga Sila kepada Lola.
"gue minta waktu satu bulan buat PDKT." jawab Lola singkat.
"kenapa cuma satu bulan??? itu terlalu singkat buat PDKT lagian PDKT itu gak gampang apalagi buat naklukin predator sekelas Dewa." timpal Tara.
"kalo lama lama gue takut terjebak ama perasaan gue sendiri, gue takut ada yang mendadak tumbuh dihati gue disaat gue tau sicowok udah nolak gue diawal." jelas Lola.
"gue belum siap patah hati apalagi merana karena sakit hati." lanjut Lola.
"ya... mau gimana lagi dari pada langsung nolak mungkin itu jalan terbaik untuk sekarang. Apapun nanti hasilnya yang pasti hati lo yang pegang lo sendiri begitupun Dewa, hatinya Dewa yang pegang juga Dewa sendiri. Yang artinya isi hati dan keinginan hati hanya kalian sendiri yang mengerti." timpal Tara.
"jangan biarkan orang lain ikut campur. Cukup terima sarannya tapi jangan beri celah orang luar untuk menghasut apalagi mengatur." timpal Rena.
"apapun hasilnya jangan pernah kecewa ataupun bersedih karena sudah mencoba." timpal Ana.
"semangat berjuang untuk satu bulan kedepan sobat kami Lola. tetap sadar diri meskipun selama satu bulan nanti akan banyak makan hati." timpal Sila.
"sial*n lo.. " ucap Lola dengan menyonyor kepala Sila. Sontak ucapan Sila membuat para sahabatnya tertawa ngakak.
"ok girls,,, lest dance." ucap Rena dengan beranjak dari duduknya diikuti keempat sahabatnya menuju lautan manusia yang sedang asyik menggoyangkan tubuh seolah tidak ada beban yang mereka tanggung. Sesimple itu melupakan sebuah beban pikiran meskipun tidak bisa bertahan lama. Karena nyatanya beban pikiran, kesulitan dan cobaan ada untuk dihadapi bukan untuk ditutupi apa lagi dengan menyembunyikan diri.
.
.
.
Tanpa mereka sadari sedari tadi ada mata mata yang setia mengikuti tingkah laku mereka berlima sejak masuk ke PUB. Disebelah kanan dan disebelah kiri. Mata mata laki laki itu cukup mendominasi dan tajam, meskipun didalam cahaya yang redup tapi tidak salah dalam mengenali seseorang.
.
.
.
TBC