.
.
.
Disebuah kamar yang didominasi biru muda, seorang gadis sedang duduk sendiri dibalkon kamar dengan menikmati s**u hangat dan sebatang rokok yang masih tersisa setengah disela sela jarinya.
Perkataan dari maminya masih berjalan jalan dipikirannya.
.
.
.
flashback
"tok... tok... tok.... mami boleh masuk Lola??" tanya maminya yang masih berdiri diambang pintu.
"boleh mi." jawab Lola bangun dari posisi berbaringnya.
"ada apa mi????" tanya Lola.
"bagaimana pembicaraan kamu tadi dengan nak Dewa???" tanya maminya sambil merapikan rambut Lola.
"biasa aja mi, nothing special." jawab Lola singkat.
"lalu bagaimana dengan keputusanmu dengan perjodohan ini???" tanya maminya Lola.
"belum tahu mi. Kalo mami, apa yang mami pengen dari rencana perjodohan ini?" tanya Lola dengan memandang wajah maminya.
"sebenarnya mami dan papi tidak memaksakan perjodohan ini. Hanya saja setelah ini mami dan papi akan sering pergi entah itu keluar kota atau keluar negri. Meskipun selama ini semua terlihat baik baik saja, sebenarnya mami sedikit khawatir meninggalkan kamu sendirian disini. Dan bila perjodohan ini berhasil, paling tidak ada yang menjaga Lola disaat mami dan papi pergi bisnis. Disini juga ada keluarga Bintara yang sepertinya sayang dengan Lola. Nyonya Bintara dari dulu menginginkan seorang putri, tapi karena satu dua hal Nyonya Bintara tidak dapat hamil lagi makanya dia mengajukan pertemuan keluarga dipercepat. Saat rencana awal, mami dan papi menginginkan pertemuannya setelah kamu wisuda, keluarga Bintara juga menyetujui hal itu. Tapi rencana itu berubah setelah Nyonya Bintara memikirkan hal lain." jelas mami nya Lola
"tapi apapun keputusan kamu, mami dan papi akan tetap menerimanya. Karena yang akan menjalani nanti kamu dan apapum yang terjadi mami dan papi akan tetap membuka tangan untuk menerima, menjaga dan melindungimu." lanjut mami nya Lola.
Flashback off
"kalo mami tahu Dewa seorang predator wanita, apa mungkin mami masih berfikir untuk menitipkan anak cantiknya pada dia??" tanya Lola pada diri sendiri
.
.
.
Grup chat wa Lola Cs 22.45 wib.
Rena : "gimana pertemuan rencana perjodohan lo..??"
Lola : "baik!?"
Sila : "gil* singkat banget jawabnya."
Ana : "jadi siapa calon lo??"
Lola : "Dewa"
Rena : "Dewa...????"
Sila : "Dewa siapa...???!!!"
Ana : "Dewa yang mana??"
Lola : "DEWA WICAKSANA"
Ana : "besok lo harus cerita secara lengkap sama kita, serius gue bener bener kaget ini."
Rena : "pantes kemarin waktu lo mabuk dianter ma Dewa. Ternyata...??!"
Sila : "no comment kalo soal kelima cowok predator itu. Terlalu banyak gosip dan fakta yang udah kita denger dan lihat."
Lola : "Tara mana??"
Rena : "lagi istirahat kayaknya, kemarin mab*k beneran bikin dia hangover."
Rena : "oke kalo gitu kita tunggu cerita lo besok dikampus, jangan bolos lagi. Hari ini gue berasa jomblo gara gara kalian berempat kagak ada yang masuk."
Ana : "bukannya lo udah lama jomblo ya??"
Sila : "lha iya, padahal kagak punya pacar. Lah mendadak lupa dia."
Rena : "paling gak kalo ada kalian gue kagak merasa jomblo lagi. Ada gandengannya."
Lola : "Ren, Lo dah belok ya?? gil* aja, gue masih doyan batang."
Ana : "iihhhhhh, Rena ngeri. Meskipun gue belum punya cowok. Tapi gue doyan cowok tulen."
Sila : "mending kita jaga jarak ama Rena, dia mulai meresahkan."
Rena : "sial*n kalian."
.
.
.
Keesokan harinya dikantin kampus waktu makan siang.
"jadi gimana keputusan lo??" tanya Sila dengan menikmati batagor dipiringnya
"kita jelas tau track record dia dikampus ini. Selain pintar, anak orang kaya, good looking, dia juga pemain." timpal Rena
"ibarat level, dia pemain senior. Sekelas suhu." ucap Ana dengan mengaduk aduk jus digelasnya.
"gue gak tau juga, gue bingung. Sebenarnya kemarin Dewa sudah nyuruh gue buat nolak karena Dewa pribadi juga tidak setuju dengan perjodohan ini. Bahkan Dewa dari awal sudah tahu kalau cewek yang dijodohin ama dia itu adalah gue. Tapi, ada sebuah harapan dari mami gue dan maminya dia diperjodohan ini." jelas Lola yang mulai mengeluarkan rokoknya.
"berati secara tidak langsung kalian sudah saling menilai." ucap Sila.
"iya bener itu, meskipun yang tau cuma pihak cowoknya." sela Ana.
"dimana Tara??? dari kemarin gak ada kabarnya. Waktu kita chat an dia juga diam aja." tanya Lola mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"dari kemarin dia gak masuk, mau gue samperin sebenere tapi dia bilang kalo badannya pusing gara gara kebanyakan minum jadi pengen istrahat aja. Ya udah gak jadi gue samperin." jelas Rena
"hari ini dia juga gak masuk lagi." timpal Sila.
"waktu mab*k siapa yang nganter dia pulang???" tanya Ana.
"Sila ama lo gue yang nganter. Lola dianter Dewa, dan Tara karena kak Kenda ada kepentingan mendadak jadi Tara dianter Bryan." jelas Rena.
"dia gak kenapa kenapa kan???" tanya Lola
"kenapa lo tanya gitu??" tanya Sila
"ya gimana ya.. karena yang nganter Tara pulang itu salah satu predatornya kampus kalo kalian lupa." jelas Lola.
"tapi kan Tara adiknya kak Kenda, mana mungkin kak Bryan berani nyentuh Tara." jawab Ana.
"sepertinya otak kalian sudah terkontaminasi dengan kabar reputasi kita yang sudah menyebar dikampus." sela Denis secara tiba tiba, yang lalu ikut duduk dengan mereka berempat.
"pikiran kalian apa selalu begitu kalo menyangkut kita berlima???" tanya Reza yang ada dibelakang Denis.
Mereka berempat hanya mengedikkan bahu sebagai jawabannya.
"kak Re, Dewa mana??" tanya Lola pada Reza.
"gak tau, mungkin masih ada kelas." jawab Reza.
"kenapa tanya Dewa??" tanya Denis.
"ada yang harus gue omongin. Minta no.hp nya dong." minta Lola.
Reza langsung mengulurkan hp nya yang sudah terpampang nomornya Dewa.
"ya udah gue cabut dulu. Makasih kak." ucap Lola dengan beranjak dari duduknya.
"ok , semoga berhasil." ucap Rena.
.
.
.
Fakultas Hukum.
"seharusnya tadi gue tanya sekalian dimana kelasnya, sekarang gue kebingungan sendiri mana gak ada orang yang gue kenal." gerutu Lola dengan celingukan mencari keberadaan Dewa.
Sampai mendekati kelas paling ujung, Lola belum bisa menemukan Dewa. Merasa sudah lelah akhirnya Lola memutuskan untuk kembali atau tidak pulang kerumah karena jadwal kelas Lola hari ini sudah selesai. Disela Lola ingin meninggalkan fakultas hukum, samar samar Lola mendengar suara yang tertahan disalah satu kelas yang sudah kosong, bukan suara menahan sakit tapi seperti suara tertahan yang memohon diselingi dengan desahan kenikmatan. Salahkah Lola bila berfikir mereka lagi melakukan yang iya iya?? Ini bukan urusan Lola, tapi saat Lola berjalan melewati kelas tersebut, sekilas dia mendengar seorang wanita memanggil nama orang yang beberapa menit lalu ingin Lola temui. Lola langsung menghentikan langkah kakinya dan berbalik.
Sedikit mengintip disela pintu. Cukup untuk memberi tahu kebenaran bagi Lola siapa yang sedang bermain didalam kelas. Ingin langsung pergi tapi Lola membutuhkan lelaki itu sesegera mungkin. Hingga akhirnya Lola memutuskan untuk menunggu meski berbagai umpatan ingin keluar dari mulutnya. Mencari tempat duduk yang nyaman, mengeluarkan earphone dari dalam tasnya memakainya dan mulai memutar lagu dengan volume yang keras tidak lupa rokok beserta korek apinya sebagai teman pendukung.
"sial*n,,, apa keluarga wicaksana sudah bangkrut sampai gak bisa sewa hotel." gerutu Lola yang mulai menyalakan rokok.
5 menit
8 menit
10 menit
dan seterusnya, sampai hampir 30 menit
"ah... ah.... ya.. ya... disana wa.. lebih cepet lebih cepet." ucap sang wanita dengan meremas payud*r* nya sendiri.
"enakkk.... mau ditambahin lagi??" tanya Dewa dengan nada sensual.
"ya ya... tambah lagi.. pleaseee." mohon si wanita.
"ternyata dua kurang ya,, ya udah tambah satu lagi biar tambah penuh." ucap Dewa dengan menambahkan satu jari lagi dilubang kenikmatan si wanita dan mengocoknya dengan cepat.
"ahhhhhhhh aaaaahhhhhhhh enakk enakkkk terus Dewa,, ahhhhh dikit lagi...." ucap si wanita dengan mata merem melek keenakan.
Brakkkkkkk... suara pintu dibuka dengan kasar hingga menabrak meja dibelakangnya.
"gue kira jalang dan penikmatnya cuma ada di pub dan tempat hiburan lainnya. Ternyata universitas sekelas Karya Merdeka juga ada." ucap Lola yang langsung masuk kedalam kelas, dan berjalan mendekati mereka berdua dan tentu membuat sang pemain terkejut. Tapi hanya si wanita tidak untuk si pria.
"siapa lo??" tanya si wanita yang dengan buru buru membenarkan pakaiannya yang sebagian besar sudah terbuka karena ulah Dewa.
"gue bukan siapa siapa, tapi gue butuh bicara ama Dewa." jawab Lola dengan tenang.
"sial*n,,, apa lo juga salah satu jal*ng yang mau main ama Dewa???" jawab si wanita dengan nada meremehkan.
"gue bukan lo, lagian kalo gue ngejal*ng gue gak mau dikelas. Kalo punya partner main yang kaya, ajak sono nyewa hotel atau villa. Jangan maen dikelas kayak orang kere aja." timpal Lola.
"terus buat kak Dewa, gue mau bicara kapan punya waktu??" tanya Lola pada Dewa.
"kapanpun lo mau." jawab Dewa yang langsung membuat partner mainnya menatapnya dengan bingung. Seorang Dewa langsung mengiyakan ajakan seorang cewek buat ketemu. Ini yang salah Dewa apa si wanita yang mulai gak sadar karena puncak pelepasannya yang terganggu.
"oke.. sekarang aja disini. Tapi bisa minta tolong buat nyuruh partner lo pergi dulu???" minta Lola.
"lo bisa pergi dulu, gue ada penting ama dia." ucap Dewa pada si wanita.
"ihhhhh Dewa kok gitu sih, kenapa malah ngusir gue??? seharusnya cewek itu yang lo usir karena udah ganggu waktu kita." jawab si wanita dengan nada manja bercampur marah.
"kapan kapan bisa lagi." jawab Dewa gak peduli.
"tapi Dewa sayang tadi belum kelar, gatel nih gak enak nanggung, Please ... " mohon si wanita.
"udah sono pergi, apa perlu gue bantu garuk pake sikat biar gak gatel lagi???" tawar Lola pada si wanita.
sontak jawaban Lola hampir membuat Dewa tertawa keras, untung Dewa bisa menahannya.
"lo mau pergi sekarang atau lanjut main didepan dia??" tawar Dewa pada si wanita. Tentu si wanita memilih pergi, meskipun dia sering main dengan cowok tapi dia tidak ingin dilihat sama orang lain. Baginya entah dengan siapapun dia main, privasi tetap untuk berdua. Akhirnya si wanita pergi dari kelas dengan perasaan dongkol, marah dan berbagai umpatan dan nama nama hewan keluar dari mulutnya.
.
.
.
TBC