Cap. 9

1112 Kata
. . . "Lola Antari Agrisa." ucap Lola dengan mengulurkan tangannya dan melihat wajah Dewa. "Dewa Wicaksana." ucap Dewa menyambut uluran tangan Lola dengan mencodongan sedikit tubuhnya mendekat kearah Lola, dan berbisik "malam ini Lo terlihat cantik Lola, tapi Lo lebih cantik saat mabuk dan hanya menggunakan pakaian dalam diatas ranjang gue." ucap Dewa pelan dengan menampilkan senyum miringnya. "sial"n.." batin Lola. Lola langsung menarik tangannya dan duduk disamping momi nya yang berarti berhadapan dengan Dewa. . . . Makan malam itu berjalan dengan lancar, sesekali melempar candaan. Saling bertanya jawab dan menceritakan bisnis yang digeluti. "meskipun perjodohan ini dari mendiang kakek Wicaksana tapi kami sebagai orang tua dari Lola ingin keputusan dari hati kalian berdua. Kami tidak ingin menyakiti hati kalian karena melakukan semuanya dengan terpaksa." ucap Nyonya Agrisa. "membangun sebuah ikatan tidak dapat dilakukan dengan sebelah pihak, karena berjuang sendiri itu sulit. Bila kalian menyetujui perjodohan ini maka berjuanglah bersama.Tapi, bila salah satu dari kalian menolak perjodohan ini segera katakan, jangan menyakiti hati yang mencoba bertahan. Itu tidak akan mudah untuk menghilangkan traumanya." jelas Tuan Agrisa. "kalian berdua bisa memikirkannya dahulu, kalian masih muda banyak yang ingin kalian gapai, semua ini kami lakukan sekarang agar kalian bisa lebih mengenal. Karena pengenalan itu butuh waktu panjang." ucap Nyonya Bantara. "terima kasih karena kalian sudah mengerti posisi kami. Sejujurnya ini sangat sulit bagi saya karena dipikiran saya ada banyak hal yang sudah saya susun untuk masa depan saya. Tapi, meskipun begitu saya akan tetap memikirkan apa yang akan saya lakukan dengan perjodohan ini. Jadi saya mohon kalian memberi saya waktu untuk memberikan jawaban dari hati saya." terang Lola. "bisakah saya bicara dengan Lola secara pribadi??" sebuah pertanyaan dari Dewa. "ya, sepertinya kalian membutuhkan hal itu." ucap Tuan Agrisa. "ajak nak Dewa ketempat yang nyaman Lola." perintah Nyonya Agrisa pada Lola. Lola hanya mengangguk samar dan beranjak dari duduknya diikuti Dewa. Lola naik kelantai 2 dan berhenti di balkon. Susana yang sunyi, diselingi suara suara hewan malam dan cahaya yang bersinar dari bintang dan bulan. Hembusan angin yang tidak terlalu kencang semakin membuat suasana semakin sejuk tapi tidak membuat tubuh kedinginan. . . . "sejak kapan kak Dewa tahu kalau itu gue???" tanya Lola pada Dewa. "sejak awal." jawab Dewa dengan mata memandang kolam renang rumah Lola dari atas balkon lantai 2. "sekarang lo tahu alasannya kenapa gue yang nganter lo." ucap Dewa dengan berbalik berjalan mendekati Lola yang sedari tadi berdiri dibelakang Dewa. "sepertinya kemarin ada disekitar sini, gak mungkin hilang dalam semalem." ucap Dewa dengan memindai leher Lola. Setelah beberapa saat Dewa mengusap leher Lola sebelah kanan sempai foundation Lola sedikit menghilang. "ketemu..!!" ucap Dewa ditelinga Lola. "kenapa lo nutupin kissmark dari gue?? Lo gak tau seberapa berat gue nahan diri buat gak melakukan lebih." lanjut Dewa dengan senyum miringnya. Lola reflek memundurkan kakinya beberapa langkah. Tapi, Dewa tidak tinggal diam. Dewa ikut melangkahkan kakinya, hingga tubuh Lola berhenti karena terhalang tembok. Dewa terus mempersempit jarak dengan Lola, merengkuh pinggangnya dan mengikis jarak diantar mereka berdua. "apapun yang lo pikirkan, gue berharap lo gak ngelanjutin perjodohan ini." ucap Dewa penuh penekanan tepat didepan wajah Tara. "Lo jelas tahu gimana reputasi gue." Dewa mendekatkan bibirnya ketelinga Lola "gue bisa kapan aja nidurin lo dan membuat lo gak jadi gadis lagi." Dewa menjilat telinga Lola menghembuskan nafasnya disepanjang leher dan berhenti didada atas Lola, menurunkan sedikit baju Lola, dan mulai mencium dan meninggalkan beberapa kissmark disana. "eegghhhhhh... " Lola tanpa sadar mendesah dan menggigit bibir bawahnya. Dewa mengangkat wajahnya untuk melihat reaksi Lola, seperti perkiraan Dewa. Karena ini pengalaman pertama Lola, Lola bingung akan bereaksi seperti apa dan cenderung hanya diam menikmatinya. Dewa tersenyum miring saat tanpa sadar Lola mengeluarkan lenguhannya. Kaki Lola mendadak menjadi lemas. Lola mencoba berpegangan pada kursi yang ada disampingnya dengan nafas sedikit memburu. "seperti nya pembicaraan kita sudah selesai, lo jelas tau inti dari perkataan gue." Dewa meninggalkan Lola sendirian, sebelum itu Dewa merapikan kembali baju dan rambut Lola yang sedikit berantakan. . . . Pub Fly "sial*n.." umpatan Dewa saat melihat sahabatnya Denis dan Reza sedang b******u penuh nafsu dengan wanita bayarannya. "cari kamar sono, jangan ngerusak pemandangan." ucap Dewa yang mulai duduk dikursi kosong didepan Denis. "brengs*k lo wa, ganggu aja." jawab Denis dengan tangan yang masih meremas paha wanita disampingnya yang banyak terexpose. "lo juga, katanya ngerjain tugas. Sejak kapan tugas lo grape grape paha cewek???" tanya Dewa dengan senyum miringnya. "ini namanya mencari penerangan bangs*t." bela Denis. "kalo mau penerangan noh dibawah lampu 1000 watt biar jelas sekalian." jawab Dewa. "thanks udah memenin, uangnya udah gue transfer. Mainnya cukup buat sekarang. Kalian bisa pergi." ucap Reza pada wanita yang mereka sewa. . . "jadi gimana hasilnya." tanya Reza dengan menghisap rokok ditangannya. "buat hasil akhirnya gue gak tahu karena Lola belum ngasih jawaban, yang penting gue udah nyuruh dia buat nolak." jawab Dewa sembari menikmati minumannya. "coba lo beri alasan kenapa lo nolak perjodohan ini. Jangan ngasih alasan klise yang udah sering gue denger." tantang Denis dengan menikmati rokoknya. "gue juga penarasan, dilihat dari segi manapun fisik Lola gak ada yang kurang lo pasti juga udah ngecek waktu kemarin bawa dia pulang pas mabok. Dia juga cantik. Keluarga juga setara ama lo. Tapi, malam ini lo sudah ngasih jawaban final tanpa mencoba dulu." timpal Reza. "tau dari mana lo kalo gue udah ngecek tubuhnya Lola???" tanya Dewa penuh selidik. "gue juga cowok kalo lo lupa. Gue tau betul pikiran cowok brengs*k kayak gimana kalo ada mangsa menggiurkan yang gak berdaya didepan mata." jelas Reza. "gue berani jamin, kalo seumpama lo nerima perjodohan ini, Lola sekarang udah gak perawan." timpal Denis seolah olah tau jalan pikiran Dewa. Tapi memang nyatanya begitu, kalo Dewa nerima perjodohan ini, kemarin malam pas Lola mabuk Dewa gak akan mati mati nahan nafsunya. Dia bakal milih nidurin Lola dari pada hanya memberikan kissmark dilehernya. Karena memberikan kissmark tentu bukan solusi yang tepat saat barang kesayangan sudah membengkak menginginkan pelepasan. "huftttt.... gue gak tau. Gue gak punya alasan. Emang bener Lola calon yang potensial tanpa cacat. Tapi, hati gue enggan buat mencoba." jelas Dewa dengan menutup mata mencoba merilekskan pikirannya. Kedua sahabatnya hanya saling pandang tanpa bisa memberi tanggapan. Bukankah urusan hati hanya diri sendiri yang tau??? . . . "Bryan mana???" tanya Dewa. "keapartemennya Tara." jawab Reza. Dewa langsung mengangkat sebelah alisnya seolah ingin menanyakan sesuatu, kenapa, ngapain, mau apa pokok intinya kelakuan Bryan yang sekarang bukan seperti Bryan biasanya. Bryan tidak akan pernah mau melakukan itu meskipun Tara adik sahabatnya, toh sahabatnya Tara juga banyak, dan Tara juga sudah punya cowok yang senantiasa perhatian padanya. "jangan tanya kita, kita sedang berusaha jadi cowok beg* yang gak tau apa apa." timpal Denis sebelum Dewa mengajukan pertanyaannya. . . . TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN