.
.
Disebuah kamar apartemen
.
.
Seorang mengerjapkan matanya karena merasa terganggu dengan sinar matahari yang dengan seenaknya menerobos jendela, gadis itu mulai merenggangkan otot ototnya setelah beberapa jam tertidur. Dia belum ingat sepenuhnya. Tapi dia sadar ini bukan kamar pribadinya, bukan pula kamar yang ada dirumahnya dan juga bukan kamar dari sahabat sahabatnya. "Lalu ini kamar siapa??" Tanya Lola dalam hatinya.
Dia mulai mengingat kembali apa yang sudah terjadi semalam. Mulai dari balapan, menang lalu merayakannya di pub, sampai mabuk setelah itu gak tahu lagi.
Lola mulai mengecek bagian tubuhnya. Haruskah dia bersyukur karena tidak merasakan sakit dibagian sensitifnya dan dia masih menggunakan kaos kebesaran yang Lola perkirakan milik dari empunya apartement, yang berarti bisa dipastikan Lola masih peraw*n. Ataukah Lola harus mengutuk orang yang dengan seenaknya membawa dia menginap ditempat orang asing dan seenaknya menggantikan bajunya. Disaat Lola sibuk dengan pemikirannya,
ceklek...
Lola langsung bangun dari posisi berbaringnya, melihat kearah suara pintu yang terbuka. Lola menelan ludahnya secara kasar saat seorang laki laki masuk kedalam kamar hanya menggunakan celana jeans warna hitam tanpa atasan. Harus Lola akui badannya begitu menggiurkan untuk dijadikan teman tidur. d**a bidang, bahu lebar, lengan berotot, tinggi yang Lola perkirakan sekitar 185cm dan jangan lupakan perut yang sudah terbentuk matang dengan sebuah tatto abstrak yang mengelilingi tulisan DW sebelah kanan.
Lola belum bisa melihat wajahnya karena terkena silau dari matahari pagi, tapi Lola bisa mencium harum dari lelaki itu yang didominasi bau mint segar. Semakin lelaki itu mendekat semakin Lola menajamkan matanya. Hingga suara masuk ditelinga menyadarkan Lola dari penilaiannya.
"apa tidurmu semalam nyenyak nona???" lelaki itu bertanya dengan menampilkan senyum tipis diwajahnya berdiri diujung ranjang dan menghadap Lola dengan memasukkan kedua tangan disaku celana jeansnya.
deg..
"kak Dewa..??!!" ucap Lola dengan terkejut.
.
.
.
"apa gue ngebangunin lo??" tanya Dewa
Lola hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan Dewa dengan mata yang masih setia menatap Dewa dengan pikiran penuh tanda tanya. Dia masih belum sadar dengan apa yang terjadi, lebih tepatnya dia tidak mengerti "kenapa Dewa???" "kenapa gak temen temenya??"Lola sadar betul dia tidak pernah bersinggungan dengan Dewa, sekedar bicara basa basi waktu ketemu juga tidak pernah. Jadi why???
"kenapa kak Dewa?" pertanyaan Lola yang ditujukan kepada Dewa setelah Lola lelah dengan pikirannya.
"kemarin Sila sama Ana mab*k jadi pulang bareng Rena, Tara dianter Bryan karena Kenda ada urusan. Lalu lo ama gue." jelas Dewa
"nah itu, itu dia. Maksudnya kenapa gue dianter kak Dewa??" batin Lola. Belum sempat Lola bertanya lagi, perintah Dewa menginterupsi pendengaran Lola.
"lebih baik sekarang lo mandi satelah itu kita makan. Gue gak yakin buat bilang sarapan karena nyatanya sekarang sudah jam 10.30." ucap Dewa dengan berbalik untuk keluar kamar, tapi sebelum itu Dewa berhenti sejenak didepan pintu untuk melihat apa yang dilakukan Lola. Tidak bukan untuk itu, tapi Dewa ingin memastikan sesuatu.
.
.
Lola mulai menurunkan kakinya dari ranjang, seďikit meringis karena merasakan ngilu diarea sensitifnya.
"aiiishhhhh.." desisan Lola saat berdiri dari ranjangnya. Lola reflek melihat kembali ranjang yang semalam dia tiduri.
"gak ada noda darah, gue masih pake baju lengkap ama delemannya juga. Tapi kenapa ngilu ya??? apa kemarin malam anu gue kepentok waktu jalan??" ucapa Lola pada dirinya sendiri yang masih bisa didengar Dewa.
Setelah Dewa memastikan semuanya, Dewa keluar dari kamar yang ditempati Lola.
"perlukah gue nyiapin alasan, buat jaga jaga kalo Lola tanya." batin Dewa.
Didapur Dewa berdiri didepan meja bar setelah menyiapkan makanan untuk Lola dan dirinya. Sejenak dia mengangkat tangan dan melihat telapak tangannya.
"kalo rencana perjodohan ini benar benar terjadi, gue gak akan segan segan menahan diri lagi kalau keadannya mendukung." ucap Dewa dalam hati.
.
.
.
Keluar dari kamar mandi Lola menemukan paperbag yang berisi pakaian lengkap dengan dalemannya.
"apa kak Dewa nyiapin ini buat gue, gue hampir aja berfikir bakal pake baju yang sama." ucap Lola pada diri sendiri.
Lola mulai mengeluarkan pakaian dan segera memakainya. Set dalaman berwarna hitam, kaos crop lengan pendek dengan kerah model turtleneck berwarna hitam dan sebuah rok pendek motif tartan yang berhasil menampilkan tindik dipusarnya. Setelah semuanya terpakai indah ditubuhnya, Lola tidak lupa mampir dulu didepan kaca untuk melihat penampilannya dan merapikan rambutnya yang masih setengah basah.
"ohhhh sh*t, dia benar benar seorang playboy. Bahkan hanya membantu gue ganti baju semalam dia langsung tahu ukuran dalaman gue. Bahkan bentuknya juga pas." ucap Lola didepan cermin.
"seberapa banyak cewek yang pernah dibelikan baju. Selera fashionnya bener bener menunjukkan kalau dia seorang petualang wanita." Lanjut Lola.
Setelah semuanya selesai, Lola keluar kamar dan menghampiri Dewa yang sudah duduk dimeja makan.
.
.
.
"makan dulu, setelah ini gue anter pulang. Motor lo udah dianter balik sama karyawannya Bryan." jelas Dewa dengan perintahnya.
"thanks." jawab Lola singkat dan mulai menikmati makannya.
Mereka berdua menikmati makanannya dengan diam, tanpa ada basa basi ataupun percakapan untuk mencairkan suasana. Karena memang nyatanya mereka tidak sedekat itu untuk makan bersama apalagi hanya berdua.
"dari tadi hp lo bunyi. Tas lo ada didepan tv." ucap Dewa tiba tiba.
Tanpa menjawab, Lola beranjak dari kursi untuk mengecek hp nya. Dewa hanya diam melihat Lola.
"kemarin gue gak sadar ada itu apa karena udah terlalu nafsu ya??? tapi waktu sekarang lihat ternyata kelihatan sexy. Apa cuma gue yang pernah lihat?? kalo dari kemarin sadar pusarnya ditindik gue gak bakalan beli baju kayak gitu. Ya, meskipun sekarang dia terlihat sexy menggunakannya. Gue kayak gak rela kalo ada cowok lain yang liat." ucap Dewa masih melihat Lola yang saat ini melakukan percakapan lewat telephone.
"iya mom, ada apa??" tanya Lola pada ibu nya lewat telephon.
"kata bibi kamu semalem gak pulang, kamu gak mencoba kabur dari perjodohankan???" tanya ibunya Lola penuh selidik.
"Lola nginap dirumah temen mom, tenang aja Lola gak akan kabur. Ini Lola sekalian mau beli baju buat nanti malam." jelas Lola.
"ya sudah kalo begitu, sebentar lagi mami sama papi otw pulang. Paling sampe rumah sekitar sore. Pokok sebelum mami dan papi sampe rumah, kamu harus sudah ada dirumah." perintah tegas dari Nyonya Agrisa.
"iya mom, hati hati." jawab Lola dengan malas dengan mematikan teleponnya. Lola bahkan hampir lupa kalo ada acara perjodohan.
Lola merogoh dalam tasnya, mencari jepitan rambut yang selalu dia bawa. Menyatukan rambut dan menggulungnya dengan asal. Setelah selesai dengan rambutnya Lola mengeluarkan rokok dan berjalan kearah balkon yang terletak disamping ruang tv.
Menikmati pemandangan dari apartemennya Dewa, Lola mulai menyalakan api pada rokoknya.
"dia terlihat sexy saat seperti ini meskipun diranjang lebih menggoda." ucap Dewa yang dengan tidak sadar mengeluarkan hp nya dan memotret Lola candid dari samping.
"mau dianter balik jam berapa." tanya Dewa pada Lola yang tiba tiba berada disamping Lola dengan menyodorkan segelas kopi s**u.
"thanks,, Ngabisin rokok dulu habis itu gue pulang." jawab Lola dengan mata yang diam diam mengagumi tubuh seorang Dewa Wicaksana. Terlihat hot dengan gambar tattonya dan bentuk perut yang menggiurkan untuk diraba.
"gue anter." tawar Dewa.
"terima kasih atas niat baiknya, tapi habis ini gue ada perlu. Jadi, dari pada kak Dewa repot kemana mana gue naik taksi aja." tola Lola.
"jangan pergi dulu, gue ambil baju sama kunci mobil." perintah Dewa yang keukeh ingin mengantar Lola balik.
.
.
.
TBC