"LO?" Lelaki yang dipanggil hanya tersenyum.
"Ngapain lo ada disini?" Tanya Resya yang mengambil tissue lalu membersihkan air yang disemburkannya tadi.
"Emang gue ngga boleh ada disini ? Ini kan rumah gue juga,"
"Bukannya cuman daddy yang pulang?"
"Mommy pengen gue pulang juga. Jadi gue sekarang ada disini bertemu dengan adik tercantikku,"
Resya bergidik ngeri mendengarnya, ya itu abang Resya.
Revino Satria Abigail, panggilan kesayangan Resya yaitu Bang Sat. Walaupun Revino suka kesal dengan panggilan kesayangan adiknya itu.
"Mana mommy sama daddy?"
Revino mengedikkan bahunya,
"Ngga tau tadi sih bilangnya mau keluar. Quality time kali,"
"Ihhh padahal gue kangen daddy,"
"Lo ngga kangen abang ketjeh lo ini?"
"Ogah banget gue kangenin lo Bang Sat,"
"Eh lo kalau ngomong ya,"
"Lah emang gue salah ngomong? Mau gue panggil lo bang SATria kek atau bang Revino. Like-like gue ya,"
Revino hanya menggelengkan kepalanya, adiknya memang selalu membuatnya naik darah. Tapi, hal itu yang membuatnya rindu pada rumah.
"Udah ah gue pengen mandi," Resya melenggang pergi ke lantai dua yaitu kamarnya.
Selesai mandi, Resya keluar menggunakan bathrobe. Membuka lemari pakaiannya dan mencari baju yang akan dipakainya sekarang. Tangannya berhenti ketika melihat sweater biru, Milik Alvero.
"Ver mobil lo dingin banget sih. Ac nya matiin ya,"
"Jangan Alana, panas gue ntar,"
"Tapi guenya kedinginan nyet,"
Alvero membuka sweater yang dipakainya lalu memakaikannya ke Resya. Lelaki itu mengambil tangan Resya, dan benar saja Resya kedinginan terbukti dengan tangannya yang terasa dingin membeku. Cuacanya memang sedang mendung di Bandung. Jadi hawanya terasa dingin sekali.
Alvero meniup-niup tangan Resya lalu menggosokan keduanya.
"Masih dingin ngga?"
Resya yang sedari tadi melamun akhirnya tersadar.
"Eh udah ngga. Hehehe..." Resya tersenyum bahagia.
Alvero juga tersenyum sembari mengacak rambut Resya.
Resya langsung menghapus air mata yang jatuh, "Padahal gue sayang banget sama lo ver," Ucap Resya pelan.
Resya mengambil pakaiannya lalu memakainya dan segera turun kebawah.
"Resya," Suara yang dirindukannya memanggil Resya.
"Daddyyy!!" Resya berlari memeluk daddy nya yang sedang duduk diruang tamu bersama dengan Revino.
"Bagaimana keadaan putri daddy ini?" Daddynya mengusap kepala Resya sayang.
"Baik as always," Daddynya tersenyum mendengarnya.
"Manja banget lo jadi anak," Ucap Revino tiba-tiba.
"Iri aja lo kingkong,"
"Eh jangan samain gue sama kingkong, curut. Badan gue bagus gini dibilang kingkong,"
Badan Revino memang bagus, atletis dengan tubuhnya yang tinggi menjulang. Semakin sempurna dengan dagunya yang lancip. Tidak jarang banyak perempuan yang mendekati Resya hanya agar dikenalkan kepada kakanya yang satu ini.
"Kalian tuh ya kalau ketemu bertengkar terus, giliran jauh nyari-nyari," Mommy datang membawa makanan ringan dan minumannya.
"Ih males banget nyari nih kingkong," Tunjuk Resya dengan dagunya.
"Songong bocah ya," Revino mendelik.
Resya menjulurkan lidahnya.
●○●
"Bang," Panggil Resya masuk kekamar Revino.
"Aya naon?"
Resya tersenyum lebar, Revino bergidik ngeri. Pasti ada sesuatu kalau Resya seperti itu.
"Anterin Resya ke mall yuk bang,"
"Nyetir aja sendiri,"
"Ih abang mah gitu. Jarang-jarang juga ketemu adenya,"
Revino memainkan hpnya kembali. Resya yang merasa diabaikan langsung mengambil hp Revino.
"Balikin Sya,"
"Ngga mau," Ucap Resya kesal.
Revino menghela nafas pelan.
"Mau ngapain sih ? Gue baru balik coy. Jauh perjalanan gue?"
"Yaelah masih di Indonesia ini. Kecuali kalau lo ke Belanda. Nah itu baru jauh Bang Sat,"
Resya duduk di kasur Revino,
"Bang gue pengen Chattime," Ucap Resya pelan.
Revino membulatkan matanya,
"Lo ngidam?"
Resya memukul d**a bidang Revino lumayan keras membuat Revino meringis.
"Somplak banget mulut lo ya, ngga lah gila aja lo. Lagi pengen aja, ayo napa bang temenin," Resya menarik,narik tangan Revino.
"Iya-iya jangan tarik-tarik sakit geblek," Resya melepaskan tarikannya lalu tersenyum senang.
"Gue tunggu dibawah ya bang. Jangan lama-lama!!" Resya keluar dari kamar abangnya.
"HP GUE RESYAA!!!"
Resya tertawa, Hp abangnya dia bawa keluar kamar. Dengan cara itu abangnya akan cepat berganti pakaian.
Beberapa menit kemudian abangnya sudah turun menggunakan baju santainya.
"Mana hp gue?" Resya sedang duduk sembari memainkan hpnya ketika Revino berbicara.
Resya mengembalikan hp Revino,
"Ayo bang,"
"Kunci mobilnya," Resya memberikan kunci mobilnya.
"Mau kemana Sya?" Tanya ibunya.
"Mau ke mall mom. Sama Bang Sat,"
"Hati-hati,"
Revino menjalankan mobilnya membelah jalan Bandung yang sedang sepi.
"Kapan balik lagi bang ke Kalimantan?"
"Ngga tau, gue nungguin daddy aja,"
Resya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Lo ngga mau ke Kalimantan ? Kita bisa pindah,"
Revino sudah lama berbicara hal ini kepada Resya, agar mereka semua pindah ke Kalimantan.
Tapi, Resya selalu menolak. Dia lebih suka tinggal di Bandung. Revino tahu apa yang terjadi dengan Resya.
Setelah si b******k Alvero meninggalkan adiknya hanya karena sepucuk surat. Membuat Revino benar-benar membenci Alvero, dulu mereka adalah sahabat yang dekat juga. Selalu bermain bersama, berjanji menjaga adik Revino yaitu Resya. Tapi sekarang nyatanya, Alvero malah pergi meninggalkan Resya hingga Resya terpuruk selama 6 bulan. Badannya menjadi sangat kurus, hingga harus pulang pergi rumah sakit. Sebelum akhirnya, Revino memarahinya habis-habisan.
Mengatakan bahwa Resya tidak boleh lemah hanya karena lelaki pengecut seperti Alvero yang meninggalkannya, mengatakan bahwa orang yang harus dibahagiakan oleh Resya bukan hanya Alvero tapi keluarga dan teman-temannya juga membutuhkan Resya. Semenjak itu, Resya sudah tidak pernah bersedih. Resya menahan kesedihannya sendiri, dan sampai kesedihan itu hilang sendirinya. Walaupun ada kesedihan tapi itu sudah sangat sedkit.
"Gue ngga mau bang. Gue betah disini, temen-temen gue disini semua,"
"Tapi, lo ngga kasian sama mommy yang jadinya long distance sama daddy?"
Resya melihat kearah Revino.
"Kan gue udah pernah bilang. Kalau mommy mau, mommy bisa pergi ke Kalimantan juga. Biarin gue disini sendiri. Gua udah bahagia,"
Resya tersenyum pada kakanya dan Revino hanya bisa menghela nafas pelan.
•°•
Soekarno-Hatta Airport.
Seorang lelaki berjalan menggeret koper besarnya, lelaki itu membuka layar hp nya lalu terlihat wajah perempuan yang selalu ia pikirkan setiap saat.
Cinta pertamanya.