bc

In Between

book_age12+
475
IKUTI
1.2K
BACA
goodgirl
drama
comedy
sweet
bxg
realistic earth
first love
slice of life
friends
shy
like
intro-logo
Uraian

Note : Cerita ini sudah tamat. Jika berkenan mampir ke ceritaku, tolong jangan lupa di tap love, ya. Karena satu tap love adalah moodbooster yang sangat berarti banget bagi penulis kecil seperti aku.

Ini adalah kisah dua insan manusia yang hidup di dua tahun yang berbeda yang terhubung melalui sebuah kota surat yang dapat menembus ruang dan waktu

Luna sebagai seorang dokter yang mengalami trauma hidup di tahun 2018 dan Rama seorang mahasiswa arsitektur yang memiliki luka batin hidup di tahun 2016

Pada suatu hari demi mengatasi trauma mereka masing-masing, Luna mengasingkan dirinya di sebuah rumah apung kemudian menulis surat yang kemudian di taruhnya di sebuah kotak surat untuk diteruskan kepada penghuni selanjutnya yang mungkin akan tinggal di sana menggantikannya suatu hari nanti yang sebenarnya merupakan isi surat mengenai pengalamannya tinggal di rumah apung ini sementara itu tanpa sengaja surat itu tiba-tiba terkirim kepada Rama yang hidup di dua tahun sebelumnya.

Takdir tak dapat dibaca, rupanya kotak surat itu mampu adalah perantara dan alat komunikasi antara masa lalu dan masa depan.

Kejadian yang melibatkan Luna dan Rama pada dua tahun lalu membawa mereka pada sebuah rahasia takdir yang membuat Luna harus mencintai Rama.

Sebuah kisah cinta yang tak biasa yang akan membawamu kedua tahun yang

berbeda akan membuatmu menjadi sangat terenyuh.

Penasaran? Yuk, baca ceritaku

Cover : Pinterest-Tanya

Font : Canva-Glacial Indifference

chap-preview
Pratinjau gratis
Prolog 1-1
2018 Luna berdiri di hadapan cermin besar yang ada di rumahnya. Ia melihat dirinya yang begitu sangat menyedihkan. Sudah beberapa jam dia berdiri sambil mengeluarkan air mata yang membasahi wajahnya. Perasaan bersalah sekarang telah menyelimuti seluruh raga dan jiwanya. Ia pun melempar sebuah benda ke arah cermin itu hingga hancur berkeping-keping. Sambil memegang kepala dengan kedua tangannya, Luna berpikir, kenapa dia tak bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan bertanggung jawab. Di puncak karier yang sudah sangat sukses, Luna sekarang mengalami depresi yang cukup berkepanjangan sekarang. Meskipun dirinya adalah seorang dokter yang bertanggung jawab dan seorang pekerja keras yang dikenal banyak orang. Namun semuanya itu justru menjadi bumerang baginya, Luna terjebak dalam perasaan bersalah dan memori kelam yang menghantuinya. Luna yang seharusnya melakukan kewajibannya sebagai seorang dokter yang harus menyelamatkan jutaan orang justru untuk pertama kalinya gagal dalam melakukan tugasnya, membuat Luna menjadi sangat hancur, entah kenapa seluruh kehidupannya yang berjalan sempurna sudah menjadi sebuah noda yang tak bisa dibersihkan. Dua tahun lalu, Luna menjadi saksi dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan seorang pejalan kaki. Sebagai seorang dokter, Luna beranjak untuk menyelamatkan. Tapi semuanya itu menjadi petir di siang bolong. Luna yang sudah berusaha mengerahkan seluruh tenaganya justru tidak bisa menyelamatkan pejalan kaki itu. Tewas! Itulah satu kata yang di dengarkan oleh Luna untuk pertama kalinya sebagai seorang dokter. Dokter yang seharusnya menyelamatkan nyawa orang seperti Luna tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain harus melihat pasiennya tak bernapas. Luna tak kuat dalam menjalani hidup ini. Pikiran Luna sudah terpecah dan terbagi-bagi lagi antara para pasien yang sedang dirawatnya atau wajah pejalan kaki yang sekarang terlihat samar-samar itu. Luna sekarang tak fokus lagi dalam melakukan pekerjaannya menjadi dokter, jika Luna tak bisa satu nyawa, maka pasien lainnya masih akan bernasib sama seperti dia. Luna takut, jika seandainya dia hanya akan menjadi mesin pembunuh. Hingga, Luna berpikir tidak ada gunanya lagi ia menjadi seorang dokter. Astaga, apakah pria itu sudah mati? Dia mati Mati ... mati ... mati .... Mati ... mati ... mati .... Apakah dia sungguh seorang dokter ? Dokter itu tidak bisa menyelamatkan nyawa pejalan kaki itu Kasihan sekali. Jika aku menjadi dia aku akan malu seumur hidupku. Dokter itu benar-benar jahat. Kasihan .... Dan, kata-kata itulah yang juga menghantui hidupnya. Kata-kata dari pejalan kaki lain yang menggema di telinganya sepanjang hidupnya. Luna sepertinya harus keluar dari pekerjaannya sebagai seorang dokter. Mengasingkan dirinya ke suatu tempat untuk bisa menenangkan dirinya. *** "Luna, apa kau yakin dengan keputusanmu itu?" Saat ini, Luna berada di ruangannya bersama dengan salah satu teman dokternya yang sudah menemani dirinya di awal masa-masa depresinya. Luna hanya mengangguk tak bersemangat mendengar pertanyaan dari Lia. "Keputusanku memang sudah bulat. Sepertinya, aku sudah tak pantas menjadi seorang dokter, lebih baik aku keluar dari pekerjaanku menjadi seorang pelukis," ucap Luna lirih. Lia hanya menggeleng-geleng kepalanya tak setuju. Dia sangat prihatin terhadap perasaan bersalah Luna yang sudah menghantuinya selama dua tahun. Lia tahu bahwa Luna sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan pejalan kaki itu. Bahkan, walau pejalan kaki itu tewas dia masih memompa dadanya dan memberikan napas buatan. Betapa mulianya Luna "Kau tidak perlu merasa sangat bersalah seperti itu, Sayang. Lebih baik kau fokus dengan pekerjaanmu dan lupakan pejalan kaki yang tidak kau kenal itu," ucap Lia santai. Luna menatap Lia dengan mata yang melotot. "Maksudmu? Apa aku bisa semudah itu melupakan kejadian itu? Kau tidak tahu! Apakah aku harus membiarkan orang itu mati di depanku? Insting dokterku yang memintanya!" tegas Luna kepada Lia. Luna yang terbayang dengan kejadian itu lagi pada akhirnya menangis dan menutup wajah dengan kedua tangannya, Lia yang tak sengaja mengatakan itu dan hanya ingin berusaha menghiburnya. Lia ingin menyentuh punggung Luna untuk menghiburnya. Tapi, tangannya justru di tepis oleh Luna. "Luna aku tak bermaksud mengucapkan itu. Aku hanya berusaha meng ...." "Menghiburku! Menghiburku atau menghina diriku karena tak bisa menyelamatkan nyawa orang. Aku ingin sekali melupakannya. Tapi sekuat apa aku berusaha untuk melupakannya, masih terbayang di pikiranku akan sesosok pejalan kaki itu," isak Luna semakin keras. Luna tak menyangka temannya itu tega mengatakan hal seperti itu. Seorang teman harus menghiburnya di saat terpuruk, bukan mengatakan kita untuk kabur dari masalah dengan seenak jidatnya seperti itu. "Coba ada Sam di sini," Luna masih saja terisak. Lia masih belum tahu bagaimana caranya untuk menghibur temannya ini. "Keputusanku sudah bulat, aku akan keluar dari pekerjaanku sebagai seorang dokter," ucap Luna sambil mengusap air matanya. "Baiklah kalau itu keputusanmu, aku tidak bisa menghentikannya atau memberi sebuah nasehat apa lagi untukmu," Lia terlihat pasrah. "Tapi ... di mana kamu akan tinggal?" lanjut Lia bertanya. Luna mengalihkan pandangannya pada Lia. Luna pun mulai mendekat dan akan membisikkan sesuatu di telinga Luna yang tampaknya sangat penting. "Tentu. Aku akan mengasingkan dan menenangkan diri di sebuah tempat yang aku dapatkan dari seseorang, di sana tempat itu tidak terlalu ramai dan hanya ada beberapa penduduk saja. Aku akan tinggal di sana sampai aku bisa melupakan kejadian dua tahun lalu itu. Dan, sepertinya aku akan melanjutkan mimpiku sebagai seorang pelukis atau mencari pekerjaan santai yang tidak terlalu berat." Lia hanya duduk diam tak bergeming mendengarkan ucapan Luna yang panjang itu. Luna Memang orang yang cukup aneh bagi Lia. Lia tak habis pikir, kenapa Luna harus berhenti jadi dokter dan mengasingkan diri di tempat sunyi, jika masih ada pilihan lain seperti mengambil surat cuti misalnya. Lia menghela napasnya perlahan sambil menyeruput kopi di atas meja. "Aku tidak bisa menghentikannya sekarang, jika itu adalah pilihanmu terbaikku maka lakukan saja. Lagi pula itulah jalan yang kau pilih. Tidak akan ada orang yang melarangmu. Kau bisa bebas melakukan segalanya tanpa akan ada orang yang memerintahkanmu. Tapi berjanjilah, setelah kau sudah tenang, kembalilah ke rumah sakit ini," Lia hanya bisa menepuk pundaknya temannya itu sambil memberikan senyum terbaiknya kemudian langsung memeluk Luna. "Aku berjanji pada Rumah sakit ini. Jika aku sudah bisa melupakan kejadian dua tahun lalu, maka aku akan kembali ke pekerjaanku sebagai seorang dokter yang akan menyelamatkan lebih banyak nyawa," ucap Luna sambil menghela napasnya yang panjang lalu mengambil kosmetik yang ada didalam tasnya untuk memperbaiki wajahnya yang terlihat tidak segar itu.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Turun Ranjang

read
585.8K
bc

Bad Prince

read
518.3K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
843.3K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
484.2K
bc

Because Alana ( 21+)

read
364.3K
bc

Love Me or Not | INDONESIA

read
570.3K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook