1. Prolog
[ Quotes For You ]
Indigo itu bukan kelainan, bukan juga kutukan dan bukan suatu penyakit yang menular.
Indigo itu, sebuah hadiah yang diberikan Tuhan dan harus disyukuri.
* * * * * * * * * *
Halo, namaku Arabella Lucy. Panggil saja aku Bella. Saat ini, aku berusia 21 tahun. Usia yang cukup matang bukan? Terutama untuk memikirkan mana hal yang baik dan hal yang buruk.
Aku ingin menceritakan sesuatu pada kalian. Sesuatu yang terdengar menarik bagi sebagian orang yang memang menyukai dunia tentang 'indigo', namun akan terdengar menyeramkan bagi mereka si penakut. Pada cerita kali ini, aku tidak ingin membuat cerita fiksi atau hal lainnya yang berbau sederhana.
Aku menginginkan kalian tau lebih dalam mengenai diriku. Apakah kalian mau? Tentu saja kalian harus mau.
Banyak orang bilang bahwa aku adalah anak Indigo. Ya, Indigo. Apakah kalian tau itu? Setiap orang yang bisa melihat 'mereka' seringkali disebut dengan istilah Anak Indigo. Entahlah, yang jelas aku adalah seorang indigo di mata mereka.
Perlu kalian ketahui. Seorang indigo sudah pasti memiliki indra keenam. Namun, jika kalian hanya bisa melihat hantu, tanpa kelebihan apapun, kalian tidak dapat disebut sebagai seorang indigo.
Apa kau mengerti?
Good!
Aku bisa melihat sesuatu yang tak dapat kalian lihat. Tidak juga, sih, pasti beberapa orang pun ada yang sama sepertiku.
Apa kau termasuk orang yang menyukai hal-hal berbau mistis?
Aku? Tidak. Aku tidak terlalu menyukainya. Awalnya, aku tertarik dengan kemampuanku yang bisa melihat bahkan berkomunikasi dengan mereka. Namun, lambat laun semua terasa aneh bagiku. Aku merasa, mereka menginginkan lebih dariku. Apakah kalian tau, apa itu?
Ya. Raga ku.
Aku pernah mendengar sebuah cerita kuno, dimana para penglihat dapat disebut sebagai matahari dalam dunia lain. Mereka diincar karena mereka bercahaya dengan sangat terang. Sehingga, sosok itu kerap menghampiri cahaya itu dan meminta bantuan.
Baiklah, jadi sejauh ini, kalian bisa menyimpulkan, aku adalah matahari untuk mereka.
Itu terdengar keren ㅡ untuk saat ini. Aku tidak mau bertele - tele lagi. Aku lelah. Lelah karena saat ini disampingku, berdiri seorang wanita cantik dengan gaun merahnya, dan berkata, "Aku tidak sabar membaca lanjutan dari part ini."
Dia adalah temanku. Aku memangilnya dengan panggilan Chacha. Ia menyukainya dan seringkali tersenyum saat aku memanggilnya, kemudian menunjukan seringai khas-nya yang terkesan menyeramkan bagi orang lain ㅡ tapi tidak bagiku.
Pertama, aku akan menunjukan bagaimana semua ini bermula. Dimana aku, saat itu, hanyalah bocah polos yang tak mengerti apapun. Aku bermain dengan siapapun. Bahkan dengan mereka. Selama itu membuatku senang. Aku juga akan memperkenalkan kalian tentang teman-temanku yang sejauh ini sudah ku temui lebih dari sepuluh.
Tenanglah, mereka tidak menyeramkan, kok! Mereka sangat friendly, murah senyum dan baik hati tentunya. Aku ingin, kalian membaca kisahku hingga akhir. Tanpa niatan menolak atau tidak ingin membacanya karena kalian sudah membuka bab ini.
Aku akan menunggu kalian.
Salam dariku,
Bella