4. Pretty Neighbor

1078 Kata
Disaat yang bersamaan Andrew Kwon sedang mematut dirinya di cermin. Di belakangnya terdapat tumpukan pakaian yang tidak jadi ia pakai. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai officer dan detektif di 10th Precinct. Ia telah bangun cukup pagi untuk bersiap-siap, namun tetap saja terasa masih kurang. Ia masih tidak yakin dengan pakadian yang ia pakai dan bersiap untuk menggaantinya ketika ia mendengar seseorang menggedor pintu apartemennya sebelum pinu itu terbuka dengan sangat keras. Andrew berlari menuju pintu dengan kecepatan penuh dan langsung berhenti dan nyaris menabrak dinding ketika ia mendapati tetangganya, Naya Miller tengah membanting pintu apartemennya menutup dengan napas terengah. Mereka saling tatap sebelum Andrew sudah berkacak pinggang dengan satu tangan dan memijat pelipisnya dengan tangan yang lain. “Naya…” “Wow! Kau mau ke mana? Ada apa dengan pakaian resmi yang kau pakai itu?” Naya menyeringai setelah memandanginya dari ujung kaki dan ujung kepala. “Oh, apa hari ini pertamamu masuk kerja? Detektif sungguhan, hah?” “Naya, jangan mengalihkan perhatian. Apa kau bertengkar dengan ibumu lagi?” Andrew sambil berjalan mendekat. Gadis itu sekarang menempel rapat ke pintu apartemennya. Dilihat dari pakaiannya ia jelas juga bersiap untuk pergi sekolah. “Yep, dan ia sedang histerikal sekarang…” Andrew menarik napas panjang. “Kau pulang malam lagi di hari sekolah?” Naya menatapnya memelas setelah ia memelototinya. “Oke, oke! Seorang teman di kelas Kimia mengadakan pesta ulangtahun di apartemennya dan semua orang diundang.” “Ia melakukannya di malam sekolah?” Andrew kemudian mengerti. “Ah, apa karena orangtuanya sedang tidak ada di rumah?” Naya tampak menelan ludahnya. “Astaga, apa kau melakukan interogasi padaku?” Andrew berdecak dengan cepat membalik tubuh Naya menghadap ke pintu dan membuka pintu tersebut.. Mendorong gadis itu keluar bersamaan ia mendengar seorang wanita meneriakkan nama gadis itu. Suara wanita itu menggema di koridor apartemen mereka yang terlihat sangat tua. “Mrs. Miller, Naya di sini!” teriak Andrew dan ia mendengar suara seruan jawaban dari teriakannya itu. Tangannya menggenggam pergelangan tangan Naya agar ia tidak kabur. Tapi bukan berarti ia tidak lepas dari pelototan Naya. “Astaga, Andrew. Maafkan aku. Anak ini benar-benar… Padahal ia sudah kelas senior tahun ini!” Mrs. Miller menarik tangan Naya yang lain, membuat Andrew melepaskan genggamannya saat itu juga. “Apa kau akan pergi bekerja?” “Hari pertamanya, Mom. Sekarang ia Detective Kwon.” Naya mengatakannya dengan menyeringai ke arah Andrew. “Oh, benarkah? Selamat Andrew!” Kedua wanita itu jelas telah melupakan pertengkaran mereka. Jadi Andrew memutuskan untuk mengingatkannya. “Jadi Naya semalam kabur tidak memberitahu Anda, Ma’am?” Mrs. Miller mengerjap dan Naya melotot ke arahnya sebelum Andrew memutar tubuh. Menunduk dalam untuk menahan tawanya sambil kembali ke apartemennya. Ia mendengar Naya meneriakkan namanya sebelum ia menutup pintu. Andrew mengambil dua menit penuh untuk mematut dirinya kembali di depan cermin sebelum mengumpulkan barang-barangnya yang berupa sebuah tas selempang dan jaket bomber. Ketika ia melewati pintu apartemen Naya. Gadis itu tiba-tiba muncul dihadapannya. Berlari mengejarnya dengan tas sekolahnya yang berwarna merah muda. Rambut cokelatnya yang panjang ia biarkan tergerai. Memakai celana jins pendek selutut, kardigan hitam, dan kaos berlengan pendek berwarna sama dengan tasnya. Ia memakai sepatu converse usang. “Terimakasih karena mengingatkan Mom lagi. Ia tidak berhenti mengomel hingga aku tidak bisa sarapan!” Gadis itu setelah melewatinya dengan melompat turun dari anak tangga terakhir. Berdiri di hadapan Andrew, menghalangi jalannya. “Usaha yang bagus.” Andrew memutar bola matanya. Mendorong Naya ke samping. Tapi gadis itu masih mengikutinya hingga di luar gedung apartemen dan berjalan di trotoar yang sudah sibuk dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Butuh berjalan dua blok agar ia sampai di halte bus terdekat. Lama baru menyadari Andrew menyadari jika jalur bus yang akan ia tumpangi juga sama dengan Naya. “Ayolah, ini hari pertamamu bekerja. Aku ingin traktiranku sekarang.” “Kau pastu punya bekal yang bisa kau makan di dalam tasmu sana.” Naya mengeluarkan suara jijik. “Kau tahu Mom bukan koki yang andal. Bahkan ia bisa gagal hanya membuat sandwich selai kacang dan jeli!” Andrew tertawa. Ia menghentikan langkah Naya dengan merentangkan tangan ke samping. Lengannya membentur perut gadis itu sebelum ia menariknya. “Ayo, kalau begitu aku traktir kau sandwich.” Naya berjingkat girang. Sebuah mini market langganan blok mereka menyediakan sandwich dengan saos spesial yang sangat disukai Andrew dan Naya. Sang pemilik yang adalah seorang keturunan imigran Amerika Latin bahkan sangat mengenal mereka sampai pesanan favorit mereka. Dingin AC langsung menyambut mereka begitu mereka membuka pintu diikuti suara lonceng pengingat pengunjung. “Andrew, Naya!” seru pria bertubuh tambun dibalik meja kasir itu dengan riang. “Apakah kalian mau sandwich seperti biasa?” Andrew baru akan menjawab ketika ia menyadari Naya sudah menghilang di balik rak-rak. Terdengar suara kulkas yang dibuka dan Andrew tahu Naya tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk makan gratis. “Si, Senor.” Andrew setelah menarik napas panjang. Pria itu memberinya tatapan penuh arti sebelum berbalik ke arah pemanggangnya yang terletak dibalik punggungnya. Suara desis daging yang dipanggang diikuti suara cangkang telur yang diketuk di pinggir pemanggang. Andrew berbalik badan dan mendapati Naya sudah memeluk dua kantung keripik kentang super besar dan dua botol cola. Menaruhnya semua di atas konter. Mereka saling pandang. Naya memberinya senyum tidak berdosa Lima menit kemudian dua sandwich super besar milik mereka selesai. “Sandwich daging turki dengan ekstra mustar dan acar jalapeno untukmu dan sandwich ayam dengan ekstra keju dan telur untuk si gadis. Kedua sandwich itu dibungkus dengan almunium dan kertas makanan berwarna kuning. Setelah sang pemilik mini market sudah memindai semua makanan mereka. Andrew mengeluarkan uangnya dari dompet dan membayar. Ia menunggu Naya hingga selesai menjejalkan semua makanannya ke dalam ransel. Andrew memutar kembali tubuhnya ke samping. Untungnya gadis itu menyadari kesalahannya. Cepat-cepat ia mengucapkan terimakasih kepada si pemilik mini market yang menyeringai. “Tahun seniormu, Naya. Seharusnya aku tidak perlu mengingatkanmu lagi untuk membiasakan diri mengucapkan terimakasih.” Andrew begitu mereka sudah berada di trotoar lagi. “Yeah, aku tidak akan melupakannya lagi.” Naya bosan. Tas ranselnya sekarang terlihat sangat besar. Dari kejauhan mereka melihat bus mereka sudah sampai di halte. Membuat keduanya langsung berlari. Andrew mendengar suara tawa lepas Naya, menyadari jika keduanya ternyata berlomba siapa yang sampai lebih dulu. Andrew memperlambat larinya agar Naya bisa naik lebih dulu pada halte bus yang ramai itu. Naya mendapatkan tempat duduk tepat di belakang sopir dan Andrew memilih berdiri di sampingnya. Satu tangan mengenggam tiang besi dingin. Membentengi Naya dari banyaknya penumpang bus tersebut…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN