Propose?!

1120 Kata
Langit pagi sedikit mendung Vaye lihat. Dirinya kini tengah menyapu dengan tatapan kosong kini, dengan pipi yang bersemu merah. Siapa yang akan percaya kemarin adalah pernyataan cinta pertama Vaye dari seorang Alpha hebat yang baru mengenalnya dalam waktu singkat? Cinta pada pandangan pertama katanya? Tapi, kenapa perasaan Vaye senang sekali hari ini? Ah……... Andai saja Jay sudah pulang, Vaye pasti telah bercerita panjang lebar pada kakak angkatnya tersebut. Vaye sedang asik menyapu di depan bar, sampai tidak sadar seseorang tengah melingkarkan tangannya pada pinggang Vaye. “Pagi Sayang. Kenapa pipimu memerah begitu hm? Masuklah ke dalam jika kamu kedinginan.” Suara rendah itu menghancurkan lamunan yang tengah Vaye buat. Ingin rasanya Vaye mendelik, namun urung saat melihat siapa yang datang pagi-pagi begini. Bukan Lussac saja yang membuatnya terkejut. tapi sepasang orang tua yang telah dia kenal juga kini berada di depannya sambil tersenyum. Siapa lagi, jika bukan Gena dan Ryan. Orang tua itu tersenyum geli melihat anak dingin mereka kini memeluk erat orang yang kemarin baru saja menjadi lawan debatnya di kamar. Setelah menunggu lama, mereka senang sekali anak pertamanya akan segera memberi mereka cucu pada akhirnya. Lain mereka lain lagi Vaye. Anak itu malah salah tingkah mencoba melepaskan pelukan Lussac dengan wajahnya yang memerah sempurna. Oh ayolah, kenapa Alpha ini bisa berubah secepat itu sikapnya pada Vaye? Lussac merengut tidak suka saat Vaye melepaskan pelukannya. Lelaki itu mengalah, karena tidak ingin lebih lama hanya berdiri di luar. “Kamu tidak mengijinkan kami masuk? Di sini dingin,” tanya Lussac seenaknya. Tapi dia tidak bohong, negara kini sedang dilanda musim gugur, yang mana udara sudah mulai dingin walaupun tidak sebeku pada musim salju. “A-ah, tentu saja. Silahkan masuk Tu- eh, Mom maksudku,” ralat Vaye saat Gena memasang tatapan menusuk mendengar Vaye hampir saja mengucapkan kata sakral yang sudah dia larang. Gena mengangguk lalu masuk dengan anggun, sama seperti bangsawan elit pada umumnya. Sedangkan Vaye menuntun mereka dalam diam karena malu. Apa kata mereka saat tahu Vaye tinggal di daerah hiburan dan bahkan bekerja dalam sebuah bar malam? Apa Lussac hanya mempermainkannya kemarin? Puk “Jangan bersedih lagi. Tidak masalah pekerjaan apa yang kau ambil, yang penting kami tahu kau adalah anak yang baik. Nah, dimana kakak angkatmu sekarang? Kami ingin berbicang dengannya,” ujar Ryan sambil mengusak rambut Vaye lembut. Tanpa sadar mata anak itu memang sudah berkaca-kaca sedari tadi, malu takut dihina karena tempat hidupnya. Vaye mendongkak lega, menoleh kesana-kemari seperti anjing lalu baru sadar bahwa Jay kan belum pulang sedari kemarin. “Itu...” “Vaye? Kudengar dari pelayan kemarin bahwa kamu-” Bruk Belanjaan yang dipegang Jay jatuh dengan tidak elitnya ke lantai. Matanya menatap kosong Ryan, Gena, dan tentu saja Lussac yang tengah duduk di bangku bar yang kosong karena masih tutup. Keluarga Tritas berkunjung ke rumahnya, entah karena badai apa. Ryan yang pertama bangkit berdiri, diikuti oleh Gena lalu menyodorkan tangannya pada Jay yang masih mematung layaknya patung. “Namaku Ryan Quiel Tritas dan ini pasanganku, Gena Jelovi Tritas. Kami orang tua dari Lussac, Lussac Garlos Tritas. Kami... Well, bisakah kita membicarakan masalah ini sambil duduk?” tawar Ryan sopan. Dia tidak pernah melupakan tatakramanya saat bertemu dengan siapa pun. Jay perlahan tersadar dan segera membalas jabatan tangan Ryan. Lelaki itu tersenyum kaku, masih bingung dengan apa yang tengah terjadi di rumahnya sepulang bekerja. “Tentu Tuan. Ah, perkenalkan, nama Saya Jay Iota, kakak angkat Vaye,” ucap Jay memperkenalkan diri. Mereka duduk berhadapan, sementara Vaye berinisiatif pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Jay hanya bisa duduk dengan gugup saat dihadapkan dengan dua Alpha elit yang tengah duduk berdekatan dengannya. Jay itu hanya seorang Beta biasa, wajar jika dia merasa terancam duduk bersebelahan dengan mereka seperti ini. “Tidak perlu gugup. Kedatangan kami kesini ingin membicarakan sesuatu yang menyangkut masa depan dari orang-orang yang kita sayang. Ini.” Gena menyerahkan satu map coklat pada Jay untuk dibaca. Awalnya hening, sebelum wajah Beta tersebut berubah antara pucat dan tidak percaya dengan apa yang baru saja dia baca. “Pengajuan.... Pertunangan?” bisik Jay pelan. Vaye yang baru datang membawa minuman sampai menghentikan kegiatannya, menatap Lussac dengan tatapan tidak percaya. Seperti, serius? Mereka bahkan belum kenal lebih dari seminggu ini, dan Lussac benar-benar menawari permintaan pertunangan padanya? Dia pasti telah mimpi aneh semalam. Ah tidak, tidak. Dia bahkan tidak memimpikan apapun tadi malam. Lalu ini apa?! Apa tangan Lussac begitu sakit setelah meninju seseorang sampai otaknya ikut terganggu?! “Aku tahu ini terdengar terlalu mendadak. Tapi percayalah, aku mencintai Vaye dan ingin membangun hubungan yang lebih jauh hanya dengannya. Aku berjanji akan menjaganya, merawatnya, dan mencintainya dengan sepenuh hati. Aku ini Alpha dewasa, aku tahu dengan apa yang aku lakukan dan katakan.” Jay jadi semakin bingung. Dia memang senang melihat pancaran ketulusan yang dikeluarkan Lussac. Tapi, bagaimana dengan adiknya sendiri? “Mungkin... Aku akan setuju jika Vaye juga setuju. Aku sangat menghargai keputusanya,” final Jay pada akhirnya. Semua orang memandang ke arah Vaye, sedangkan yang ditatapan masih menampilkan wajah terkejut melihat kertas perjodohan tersebut. “Pilihanmu hanya ya Vaye. Kamu akan ikut denganku ke acara awards sebagai pendampingku minggu depan. Di sana, aku akan memperkenalkanmu sebagai tunanganku. Kamu ingin melakukan lamarannya disini atau di sana? Aku sudah menyiapkan cincin yang cocok untukmu,” bahas Lussac panjang lebar. Jay jangan dibilang, dia sampai expressionless melihat Alpha yang dikenal dingin dan anti hubungan itu kini memaksa sekali ingin bertunangan dengan Vaye. “Kamu!” “Di sana? Baiklah, aku akan buat seromantis-” “DI SINI SAJA!” teriak Vaye tiba-tiba. Apa Lussac gila hendak melamarnya di acara awards? Vaye bisa mati berdiri karena malu jika itu benar-benar terjadi! Lussac tersenyum puas, mengeluarkan cincin permata indah bercorak polos yang kini dia sematkan di jari manis Vaye. "Kalau begitu mulai sekarang kamu tunanganku. Aku sungguh mencintaimu Vaye” ujar Lussac sungguh-sungguh. “Kamu bisa bilang padaku jika tidak menyukai cincinnya,” tambahnya kemudian. Vaye masih mencerna semua kejadian ini dengan tatapan kosong. Matanya menatap tidak percaya cincin indah yang kini terpasang di jari manisnya. Dia, bertunangan? Cup Lussac mencium kening Vaye lembut. Terkekeh pelan memperhatikan wajah terkejut Vaye. “Dan tidak lama lagi kau juga akan menjadi istriku Vaye,” ucap lelaki itu dengan seringaian liciknya. ***** “Ya Mom. Aku sudah sampai di bandara. Um, okay. Love you too Mom.” Pria yang baru saja turun dari pesawat pribadinya itu menghela nafas berat sebelum menyimpan ponsel miliknya di saku. Langkah kakinya segera dipercepat, masuk ke mobil hitam yang telah dibuka pintunya oleh para bodyguard. Pandangan matanya fokus pada pemandangan kota, sementara bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil. Aku memang harus datang ke kantor terlebih dahulu, setelah itu baru mengunjungi Al. Berani sekali dia melakukannya tanpa memberitahuku gumam pria itu kesal. To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN