bc

My Pervert Husband

book_age18+
5.2K
IKUTI
51.2K
BACA
contract marriage
arranged marriage
dominant
bxg
humorous
city
sassy
roommates
gorgeous
passionate
like
intro-logo
Uraian

Sebuah cerita komedi - romantis mengenai gadis bar-bar yang memiliki penyakit wasir. Ternyata memiliki penyakit wasir tak seburuk yang diduga. Buktinya, Kikan berhasil mendapat jodoh dari penyakit itu. Ya, pertemuannya dengan Kaisar, sosok dokter Obgyn kontroversial yang banyak memikat hati pasien membuat Kikan dan Kaisar terikat dalam pernikahan kontrak. Keduanya memiliki masalah masing-masing yang hanya bisa di selesaikan dengan pernikahan. Kikan yang ingin segera hidup sejahtera dan Kaisar yang ingin terbebas dari status bujang serta terror para suami pasien akhirnya berkomitmen untuk hidup bersama dalam status suami istri. Tetapi keduanya kesulitan dalam beradaptasi. Sang dokter yang domiinan harus menghadapi pasien yang keras kepala juga berbagai tingkah absurd dan tak mau mengalah. Bisakah kamu tebak siapa yang akan lebih dominan diantara keduanya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Jadi Bumil
“Mampus! Hah … serius nih, gue hamil?!” Seorang gadis segera membekap mulutnya sendiri tatkala ia keceplosan berteriak di dalam bilik toilet umum. Dengan tangan gemetar dan mata berkaca-kaca ia kembali melihat dua garis merah tercetak jelas di alat tes penguji kehamilan dengan air seni miliknya. Gadis itu Ayunda Kikan Rengganis, usianya baru dua puluh satu tahun, seorang freelance marketing property di Kota Bogor. Gadis yang sehari-harinya banting tulang demi terlepas dari lilitan hutang keluarga dan menggapai mimpinya untuk hidup sejahtera di usia muda. Tapi nahas, wanita berwajah baby face itu dinyatakan positif hamil setelah tiga hari berturut-turut ia mengecek air seninya dengan alat tes yang sama yang ia beli dengan harga cukup mahal baginya. Entah kesialan apa yang menimpanya, gadis itu mengandung entah anak siapa. “Ki?? Kikan?! Lo ada di dalem kan? Lo mau ikut gak hang out bareng gue sama Jeje? Kita mau pada cabut sekarang nih!” ajakan seorang gadis yang familiar di telinga Kikan sontak membuat Kikan gelagapan dan menyembunyikan alat tes kehamilan itu di dalam tas miliknya. Seketika suaranya tercekat. Kikan panik, perutnya terasa mulas hingga Kikan harus memeras perutnya yang seolah melilit dari dalam. “Ki…?” “Lo, lo duluan aja Ver, gu-gue masih lama!” jawab Kikan terbata-bata. Gadis bernama Vera yang berdiri di balik pintu toilet menautkan kedua alisnya, sepertinya Kikan mengalami kesulitan. “Lo gapapa Ki? Lo lagi sakit? Mau gue anter ke dokter gak?” “Gak! Gak usah Ver! Ini cuman panggilan alam aja, santai-santai!” jawab Kikan segera, meski pun Vera masih kebingungan tapi nyatanya dia pergi juga meninggalkan Kikan yang masih berusaha menahan debaran jantungnya, hampir saja dia ketahuan! “Kalo ada apa-apa, kabari gue ya Ki? Gue duluan!” “Iya ….” Suara Kikan terdengar lirih, dipeluknya tas punggung miliknya sambil menunduk dalam-dalam. Kepalanya sibuk mengingat kapan dia melakukan hal berdosa seperti itu sampai-sampai ia mengandung anak orang? Kikan segera mengeluarkan ponselnya, gadis milenial itu mencari berbagai kemungkinan penyebab kehamilan dengan berselancar mencari informasi lewat gawainya. Semoga aja aku dapet pencerahan! *** Tiiiiiiinnnnnn Suara klakson saling bersahutan tatkala lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau namun tak sejengkal pun mobil-mobil di jalanan bergerak. Beberapa pengemudi mengeluarkan kepala mereka untuk mengetahui hal apa yang membuat kemacetan. Jalan raya pajajaran memang selalu ramai, tapi kemacetan seperti ini jarang terjadi jika tidak adanya rombongan touring, pengawalan presiden atau pun pasar kaget. Lagipula ini bukan jam pulang anak sekolah, lantas apa yang menyebabkan kemacetan? “Gemblong, gemblong, gemblong! A, gemblongnya A?” tawar seorang anak berkulit sawo matang dengan keringat yang membasahi pelipis juga ketiaknya. Gigi-gigi rapi berwarna kekuningan tersenyum menyambut seorang pria yang mengemudikan mobil Brio putih yang berhasil menurunkan jendela mobilnya. Kedua mata anak penjual gemblong itu membulat, ia terpana melihat paras serta tubuh pria yang rupawan di dalam mobil. Dewangga Kaisar Bakrie, setelah melewati masa puber dan mendapat pencerahan dari drama Korea yang di tontonnya, kini kiblat fashion-nya ada di Korea. Tak ayal pria berkulit putih s**u itu juga memiliki wajah glowing dan sehat, bibir pink alami dengan tatanan rambut juga baju layaknya idol Hallyu. Pantas saja anak tukang gemblong itu sampai terperangah begitu jendela mobil terbuka. “Ada apa sih di depan?” suara baritone Kaisar membuat anak penjual gemblong mengerjapkan matanya. “Oy?” panggilnya sekali lagi. “Ga keliatan A, saya mau kedepan tapi berat bawa gemblongnya.” Kaisar memasang wajah datar, dia tahu arti dari kata kiasan anak cungkring yang menatapnya dengan tatapan jahil. “Ya udah sini, gue beli sepuluh gemblongnya!” ujar Kaisar sambil mengeluarkan uang pecahan dua puluh ribu. Dengan sigap anak itu mengantongi sepuluh gemblong dan memberikannya pada Kaisar. “Sana ke depan, cari tahu macet kenapa?” titah Kaisar sembari menggigit kue gemblong berbalut gula aren yang mengkristal. “Itu ada yang pingsan tengah jalan, ga tahu tabrakan apa ngga!” jawab si bocah gemblong dengan santai. “Serius lo? Kan belum lo cek ke depan!” Kaisar menunda kue gemblong di mulutnya, ia terkejut karena ada ke celakaan di jalurnya. “Ya kan saya dari depan, A!” Lagi. Kaisar memasang wajah datar. Rupa-rupanya bocah gemblong itu hanya beralibi saja agar Kaisar membeli dagangannya. Kaisar tak sepenuhnya percaya, tapi karena tuntutan profesi, ia memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan mengecek ke depan. “Permisi, permisi!” ujar Kaisar menyelinap di antara orang-orang yang berkerumun. Bisa Kaisar lihat, seorang gadis muda nampak seperti pegawai yang sedang magang kerja, ia terkapar di aspal tanpa ada satu pun yang inisiatif memindahkan gadis itu dari tempatnya. “Ini kenapa di diemin aja, Pak?” tanya Kiasar pada pengemudi ojek online di sebelahnya. “Gak tahu, takut si Enengnya punya TBC katanya!” Kaisar membulatkan matanya, ada-ada saja pikiran primitif orang-orang jaman sekarang. Di lihatnya sebuah benda yang tak asing bagi Kaisar menyembul dari tas gadis itu. Mengetahui bahwa gadis itu tengah hamil muda, Kaisar segera berlutut dan memeriksa keadaan gadis tersebut. “A, hati-hati A takut si Eneng punya penyakit nular! Biar polisi aja yang nanganin!” Kaisar menggelengkan kepala saat desas-desus orang-orang yang mengelilinginya saling menyuarakan opini. Kaisar mengeluarkan ID card dalam saku celananya, menunjukkan pada seorang bapak-bapak rusuh yang menggiring opini publik untuk tidak menolong gadis yang pingsan di jalan itu. “Saya dokter di rumah sakit BMC, ada yang sudah menelpon ambulance?” Kaisar memedarkan pandangan pada orang-orang yang mengelilinginya tapi mereka malah menghindari tatapan tajam Kaisar. “Saya akan bawa Nona ini ke rumah sakit!” ujar Kaisar dan membopong tubuh kecil gadis itu, dengan bantuan otot tangan yang ia latih enam bulan terakhir membuat Kaisar dengan mudah menggendong gadis itu di depan dadanya, melewati tiga buah mobil sebelum ia sampai di mobil Brio putih miliknya. Sebenarnya dia merasa miris karena tak ada yang membantunya menolong gadis ini. Mereka hanya mengerubungi gadis itu dan bubar setelah Kaisar membawanya pergi. “Oy, Cuplis!” panggil Kaisar pada anak tukang gemblong yang menjajakan dagangannya di sekitar sana. “Napa, A?” “Bantuin gue buka pintu!” titah Kaisar. “Kalo dibantuin nanti saya ganteng kaya Aa gak, A?” goda anak itu sambil nyengir kuda. “Ganteng kaya sultan gemblong! Buruan bukain!” Bocah gemblong itu cengengesan tapi tetap mengikuti perintah Kaisar. Kaisar memasukkan tubuh kecil gadis tanpa nama itu di kursi belakang. Lalu bergegas menuju rumah sakit tempat dia bekerja. *** Rumah Sakit Mayapada, Bogor Medical Center adalah salah satu pusat layanan kesehatan popular di Kota Bogor yang memiliki fasilitas lengkap dengan 58 dokter specialis, termasuk Kaisar salah satunya. Setibanya di bangunan rumah sakit yang di bernuansa warna putih, Kaisar membawa pasiennya ke ruang UGD. “Ini siapa dok?” tanya salah satu perawat yang bertugas siang ini. “Ga tahu, saya belum cek tanda pengenalnya. Dia tiba-tiba pingsan di jalan, kita cek kondisinya sekarang!” titah Kaisar. Belum sempat Kaisar menangani gadis asing itu, seorang perawat berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. “Dokter Kai! Dokter!” “Nur, bisa kalem dikit gak? Di UGD nih, jangan buat orang-orang panik!” ujar Kaisar penuh penekanan. “Ya maaf dokter, tapi bisa ikut saya sekarang?” “Kenapa?” “Ada pasien Retensi Plasenta, sekarang dia mengalami blooding, dok!” Wajah Kaisar berubah menjadi dingin, ia bergegas menuju ruang bersalin tanpa mengindahkan pernyataan dari Nur, salah satu perawat yang menangani proses kelahiran itu. Sepanjang perjalanan Nur bercerita bahwa pasien itu adalah pasien dokter Via. Tapi dokter Via masih dalam perjalanan, pembukaan pasien itu berjalan dengan cepat, proses persalinan pun sangat lancar, tetapi setelahnya plasenta dari bayi yang lahir tak mau keluar setelah 30 menit kemudian. Beberapa perawat mengambil tindakan, tapi entah dimana salahnya pasien itu malah mengalami pendarahan hebat. Sebuah harapan ketika perawat Nur mendengar bahwa dokter muda berbakat specialis Obstetri dan Ginekologi itu datang lebih cepat dari jadwalnya, sehingga Nur memutuskan untuk meminta bantuannya. Kaisar segera mensterilkan dirinya, mencuci tangan dan mengenakan baju OK (Operasi Kamar), menggunakan masker dan sarung tangan dengan jantung berdebar kencang. Dia berusaha tenang agar mampu membantu pasien secara optimal. Pasalnya Retensi Plasenta bisa membuat nyawa pasien tak selamat jika salah mengambil tindakan. *** “Duh … dimana nih?” Kikan mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang ia terima saat matanya terbuka. Dia memedarkan tatapan bingung saat terbangun di ranjang rumah sakit, tepatnya di UGD entah rumah sakit mana. Beberapa orang dan perawat hilir mudik, ada juga suara tangis anak kecil yang ketakutan saat di periksa. “Kenapa gue ada disini?” gumamnya lirih. Dia teringat saat pikirannya dilanda kepanikan karena mengetahui dirinya hamil sampai-sampai ia hilang kesadaran saat mau menyebrang jalan. Rasa malu dan salah tingkah bercampur aduk dalam diri Kikan. Dia memutuskan untuk mengendap-endap keluar UGD lewat pintu samping. Kikan bergegas menyambar tasnya, namun baru saja ia mau mejalankan aksinya, sebuah tirai terbuka lebar. Sreeeekk “Mau kemana, Nona?” Kikan terperangah, ada sosok pria seperti aktor drama yang sering adiknya tonton akhir-akhir ini. Dokter muda itu mengenakan pakaian operasi bewarna hijau tak lupa jas snelli putih dengan lengan panjang membalut tubuh gagahnya. Manik hitamnya menatap Kikan dengan tajam, cukup untuk membuat gadis berwajah baby face itu gelapan. “Rin, Arin!” panggilnya, suara baritone dokter di hadapan Kikan kini semakin melelehkan hati Kikan. Hampir saja semua tulang kaki Kikan lepas dan membuat tubuhnya menjuntai ke lantai. “Ya, dok?” “Rin kamu udah cek kondisi pasien ini?” “Udah sih dok, adeknya baik-baik aja,” jawab seorang perawat cantik berkulit kuning langsat. “Janinnya?” “Ja-janin?” nampaknya perawat Arin sama terkejutnya dengan Kikan. Jantung Kikan seolah berhenti berdetak untuk beberapa saat, belum sampai setengah hari, sudah ada yang mengetahui rahasianya. “Sa-saya ga tahu kalau adeknya hamil dok.” “Ck! Rin, kok ga di cek keseluruhan sih? Artinya kamu belum USG juga?” Perawat Arin menggeleng lemah sementara Kikan ingin menghilang di antara perdebatan dua manusia medis ini. Dilihatnya baik-baik nama dokter di name tag yang tercapit di jas putih pria tampan itu. “Kaisar …,” gumam Kikan. “Bu, ibu ikut saya check up ya? Kita USG biar tahu perkembangan janin ibu,” bujuk Kaisar ramah. Tak peduli dengan ajakan Kaisar, Kikan seolah tak terima kenyataan. Baginya Kaisar hanya ingin membongkar aib Kikan lebih dalam. “Gak, saya gak mau!” tolak Kikan dengan suara nyaring. “Tapi tadi saya lihat ibu pingsan di jalan, kita harus periksa kondisi janin ibu, saya ingin memastikan janinnya baik-baik saja.” “Gak! Saya ga mau! Sa-saya maunya di aborsi!” teriak Kikan menggema di ruangan UGD. Sontak saja Kaisar dan Arin membulatkan mata mereka masing-masing, begitu pula dengan beberapa pasien dan pendamping pasien yang mendengar teriakan Kikan, mereka jadi hening dan berusaha mendengar pembicaraan Kikan dengan Kaisar. “Bu, apa ibu sehat?” tanya Kaisar hati-hati, bukannya membalas dengan baik-baik, Kikan malah semakin berapi-api. “Kamu aborsi saya atau tanggungjawab?!” ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
56.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook