#3-Warning

3558 Kata
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Rizky dengan nada suara yang dingin dan sinis itu membuat Andi yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya kontan mengerutkan keningnya karena heran. Laki-laki itu kini menghentikan kegiatannya dan memindahkan ponselnya dari telinga kiri ke telinga kanan. Kemudian, Andi bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah tempat tidurnya lantas duduk di tepi ranjang. Tidak biasanya Rizky akan bersuara dengan nada seperti ini kalau berbicara dengannya ataupun dengan teman-teman mereka yang lain.             “Maksud lo apa?” tanya Andi kemudian. Dia sendiri sebenarnya bingung, kenapa temannya itu tiba-tiba saja menanyakan soal Krystal padanya. Apa... Rizky tahu mengenai perbuatannya tadi siang, saat dia, Ronald dan Putra mencegat Krystal di jalan dan memukul gadis itu? Tapi, dari mana Rizky bisa mengetahui hal tersebut? Apa Krystal mengadu? Andi menggelengkan kepalanya ketika asumsi itu melintas di benaknya. Ah, sepertinya tidak mungkin. Yang Andi tahu, Rizky itu adalah musuh bebuyutan dari Elang, saudara kembar Krystal. Hubungan Rizky dan Elang sangat tidak baik, begitu juga dengan hubungan Rizky dan Krystal. Jadi, mana mungkin gadis itu mengadu pada Rizky.             “Just answer me, dude,” balas Rizky. Masih dengan suara dingin yang sama. Hal ini justru semakin membuat Andi terheran-heran dan penasaran.             “Cuma gue cegat di jalan, bareng sama Ronald dan Putra,” ucap Andi berusaha cuek dan santai.             Kini, hanya keheningan yang mendominasi. Baik Rizky maupun Andi tidak ada yang berbicara. Andi sebenarnya ingin bersuara, tapi dia menunggu respon dari temannya itu terlebih dahulu. Dia sempat mendengar geraman Rizky di ujung sana. Baru saja Andi ingin bertanya sesuatu, suara Rizky kembali terdengar.             “Dan lo mukulin dia, kan?”             Tuh, kan! Ini benar-benar aneh! Sebenarnya, dari mana Rizky tahu mengenai ini semua? Apa benar, Krystal mengadu pada laki-laki itu? Tapi... bukankah Rizky dan Krystal itu bermusuhan?             Atau... permusuhan mereka itu hanyalah sebuah tipuan belaka? Jangan-jangan, mereka sebenarnya... memiliki hubungan khusus?             “Kalau iya, memangnya kenapa?” tanya Andi santai. Dia memutuskan untuk tidak berpura-pura bego dan tidak menyangkal semua ucapan yang keluar dari mulut Rizky.             “Kenapa lo harus mukul dia, hah?!” seru Rizky keras.             “Loh, kenapa lo jadi sewot?” balas Andi ketus. “Harusnya lo senang karena musuh lo itu gue lukain! Lagipula, lo tau dari mana kalau gue mukulin Krystal? Tuh cewek ngadu sama lo, iya? Lo ada hubungan khusus sama dia?”             “Jangan ngalihin pembicaraan, Ndi!” tukas Rizky emosi. Laki-laki itu tidak peduli bahwa dia sedang berteriak-teriak melalui ponsel di teras rumah orang lain. “Gue nggak ada hubungan apa-apa sama cewek sialan itu!”             “Terus kenapa lo harus marah saat lo tau kalau dia gue pukulin? Yang lebih aneh lagi, lo tau kejadian itu, padahal lo nggak ada di tempat kejadian!”             Hening lagi. Rizky berusaha mengatur napasnya yang tersengal karena terlalu emosi. Sementara di ujung sana, Andi juga melakukan hal serupa. Andi bahkan sampai mengepalkan sebelah tangannya yang bebas dan menatap tajam pantulan dirinya sendiri di cermin.             “Lo nggak perlu tau gue tau dari mana soal perbuatan lo ke Krystal hari ini,” ucap Rizky setelah beberapa detik terlewat. “Yang jelas gue peringatin satu hal sama lo... Krystal itu cuma boleh disentuh dan disakiti sama gue! Hanya gue! Kalau sampai gue dengar elo, Ronald, Putra atau siapapun itu berani ngambil hak gue untuk nyakitin maupun nyentuh dia, lo semua bakalan berhadapan sama gue!”             Setelah berkata demikian, Rizky memutuskan sambungan telepon. Andi menatap ponsel yang berada di genggamannya dengan rahang yang mengeras. Emosinya benar-benar sudah memuncak. Dia tidak terima diancam seperti ini oleh Rizky. Selama ini, Rizky selalu bersikap ramah dan asyik padanya. Tapi sekarang? Hanya karena seorang gadis yang katanya adalah musuh bebuyutannya, Rizky berubah drastis. Entahlah, tapi, Andi merasa, Rizky menyimpan perasaan untuk Krystal. Kalau tidak, kenapa Rizky harus marah saat tahu Krystal terluka?             “Well, gue nggak peduli kalau lo suka sama Krystal, Rizky,” ucap Andi tajam kepada dirinya sendiri. “Yang jelas, gue nggak terima lo perlakukan gue seperti ini. Akan gue balas ancaman lo barusan. Dan cewek itu adalah sasaran gue!” ~~~ Baru saja Krystal menyelesaikan makan malamnya, dia mendapati sosok Rizky kembali masuk kedalam kamarnya. Laki-laki itu menatapnya datar dan tanpa ekspresi. Elang sedang pergi ke kamarnya sebentar, setelah mengantarkan makan malam untuk adiknya itu, namun sampai sekarang, laki-laki itu belum kembali ke kamar Krystal. Rizky mendekati ranjang Krystal dan berdiri tepat di depan gadis itu. Karena posisinya yang sedang duduk di atas kasur, Krystal harus mendongak agar bisa menatap kedua mata Rizky.             Ada yang berbeda dari cara Rizky menatap saat ini. Kedua matanya tidak menunjukkan tatapan meremehkan dan merendahkan, seperti yang laki-laki itu biasa layangkan padanya disaat mereka tawuran. Entahlah, kedua mata itu kini menatapnya dengan... khawatir? Cemas? Apakah mungkin? Maksudnya, helloooo... ini Rizky Aprilio gitu loh! Orang yang dianggap Krystal sebagai musuh bebuyutannya. Jadi, tidak mungkin laki-laki itu kasihan, peduli atau apapun itu, kepadanya. Kalau itu sampai terjadi, maka kemungkinan besar, dunia akan mengalami kiamat detik itu juga.             “Apa?” tanya Krystal ketus. Gadis itu menatap tajam kedua manik mata milik Rizky. Beberapa detik terlewat tanpa ada yang memulai percakapan. Hanya bunyi dentingan jam dinding di kamar Krystal yang menguasai keadaan. Sampai kemudian, Rizky mengacak rambut Krystal dan membalikkan tubuhnya, bergegas meninggalkan kamar gadis itu.             Krystal melongo maksimal saat menerima perlakuan dari Rizky itu. Dia benar-benar tidak paham dengan maksud tindakan Rizky beberapa saat yang lalu. Kenapa laki-laki itu mengacak rambutnya? Dan sialnya lagi, kenapa jantungnya kini berdetak begitu kencangnya?             Saat sudah mencapai ambang pintu kamar Krystal, Rizky menoleh sekilas. Ditatapnya wajah Krystal dengan senyum miring yang tercetak di bibirnya.             “Akan gue balas!” tegas Rizky. Lalu, laki-laki itu keluar begitu saja dari dalam kamar Krystal tanpa menjelaskan lebih rinci apa maksud kalimatnya barusan.             “Apa coba maksudnya?” tanya Krystal lalu menggelengkan kepalanya. “Cowok gila!” ~~~ Satu persatu kejadian yang terjadi hari ini, kembali menguasai pikiran Azka. Laki-laki itu sedang duduk di balkon kamarnya, sambil menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit sana. Bulan bersinar cerah, secerah senyum yang tiba-tiba saja tersungging di bibirnya, entah sejak kapan. Terkadang, Azka akan tertawa renyah, menarik napas panjang, lalu menggelengkan kepalanya. Seolah dia baru saja memikirkan sebuah lelucon yang sangat lucu hingga membuatnya bersikap seperti itu.             Belum pernah selama ini didalam hidupnya, ada orang yang berani berdebat dengannya. Terlebih seorang gadis. Masih berseragam putih abu-abu pula! Hal itulah yang membuat Azka bersikap seperti orang tidak waras yang tersenyum-senyum sendiri ketika potongan demi potongan kejadian tadi siang bersama gadis yang bernama Krystal itu kembali muncul ke permukaan.             Awalnya, Azka kesal setengah mati saat menemukan Krystal bersembunyi didalam bagasi mobilnya. Kemudian, perasaan kesal itu tiba-tiba saja berubah menjadi kecemasan tatkala dia menemukan Krystal pingsan karena kehabisan oksigen akibat terlalu lama terkurung didalam bagasi mobilnya. Kecemasan itu kemudian berubah lagi menjadi perasaan tidak karuan, jantung yang berdebar keras, saat dia jatuh dan berada tepat di atas tubuh gadis itu.             Dia tidak mungkin memiliki perasaan khusus pada Krystal. Apalagi, dia baru bertemu dengan gadis itu hari ini. Hal yang tidak memungkinkan lagi adalah karena umurnya sudah mencapai angka dua puluh lima, sedangkan Krystal sendiri kemungkinan besar masih berusia tujuh belas tahun. Dia masih cukup waras untuk tidak menginginkan gelar p*****l melekat pada dirinya.             “Krystal...,” gumam Azka pelan. Lagi, laki-laki itu tertawa renyah. Memperlihatkan dua lesung pipitnya. Membuat wajah Azka semakin menarik dan tampan. Wajah yang selalu digandrungi oleh para wanita kalau bertemu dengannya. “Kenapa lo bisa lucu banget gitu, sih?”             Sadar dengan apa yang baru saja dia katakan, Azka mendesis jengkel dan memukul kepalanya dengan pelan. Laki-laki itu merutuki dirinya sendiri dan mengumpat kesal karena memikirkan gadis yang bahkan menyebut dirinya Oom-Oom pemangsa gadis belia.             “Azka! Elo g****k banget, sih!” seru Azka gemas pada dirinya sendiri. Sakit yang mulai menjalar di kepalanya membuat Azka berhenti memukuli kepalanya dan sebagai gantinya, dia mengusap kepalanya. “Kenapa lo malah mikirin si cewek galak itu? Ingat, dia udah ngatain lo Oom-Oom! Kalau lo sampai mikirin dia lagi dan lebih parahnya sampai naksir sama dia, berarti elo emang Oom-Oom!”             Azka menghembuskan napas keras dan bersedekap. Laki-laki itu mengerutkan keningnya dan mengusap dagunya dengan sebelah tangan. “Tapi... kalau dipikir-pikir, gue ini emang udah Oom-Oom, sih,” ucapnya polos. ~~~ Di atas tempat tidurnya, Rizky menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Dia sendiri tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan dirinya. Hanya saja, saat dia mendengar dari Krystal bahwa gadis itu dicegat oleh Andi dan dipukul oleh temannya itu, Rizky mengalami desakan hebat dalam dirinya untuk menyakiti Andi secara fisik. Hal yang membuat Rizky bingung bukan main. Masalahnya, dia seharusnya tidak usah mencemaskan bahkan marah ketika mendengar hal tersebut dari mulut Krystal. Seperti kata Andi saat ditelepon tadi, harusnya, dia senang karena Andi berhasil menyakiti musuh bebuyutannya.             “Kenapa gue jadi cemasin dia, ya?” gumam Rizky sambil menghela napas panjang. Laki-laki itu kemudian bangkit dari posisi berbaringnya dan mengambil sebuah gitar yang berada tak jauh dari tempat tidurnya. Perlahan, jemarinya mulai memetik senar gitar tersebut. Mengeluarkan suara intro musik kesukaannya, disusul kemudian, mulutnya mulai menyanyikan sebuah lagu yang sudah dia hafal diluar kepala.   If you wanna know, here it goes... Gonna tell you there’s a part of me that shows... If we're close, gonna let you see everything... But remember that you asked for it... I'll try to do my best to impress... But it’s easier to let you take a guess, at the rest... But you wanna hear what lives in my brain, my heart... Well you asked for it... For your perusing... At times confusing... Slightly amusing… Introducing me! (Nick Jonas-Introducing Me) ~~~ Keesokan harinya, sepulang sekolah, Krystal dan Elang mendapat tantangan dari sekolah Rizky. Tantangan itu diberitahu oleh Roy, salah satu teman Elang. Roy mengatakan bahwa kali ini, tantangan tersebut dilayangkan oleh teman Rizky yang bernama Andi. Sekitar jam sepuluh pagi tadi, Andi datang ke sekolah Elang dan menyampaikan surat tantangan itu ke salah satu murid SMA Bianca.             “Andi itu yang kemarin nyegat dan mukul kamu, kan?” tanya Elang pada Krystal yang duduk tepat di sampingnya. Krystal menoleh dan mengangguk. Melihat itu, Elang mengepalkan kedua tangannya dan menatap tajam keadaan jalan raya di depannya. Tempat sudah ditentukan oleh Andi. Yang perlu dilakukan oleh Elang hanyalah datang kesana bersama para pasukannya dan memulai perang tersebut.             Tak butuh waktu lama bagi Elang dan teman-temannya untuk sampai di tempat yang sudah ditentukan oleh Andi itu. Begitu Elang, Krystal dan yang lainnya sampai di tempat tujuan, Andi sudah menunggu bersama belasan teman-temannya. Mereka semua tersenyum meremehkan ke arah Elang dan Krystal. Juga ke arah teman-teman kakak-beradik itu.             “Lo tau kenapa gue ngajakin lo tawuran hari ini?” tanya Andi dengan nada mengejek. Elang menyipitkan matanya dan menatap Andi dengan tatapan waspada. Dia mengedarkan tatapannya dan tidak menemukan sosok yang biasanya berdiri di barisan paling depan. Rizky.             “Karena gue dendam sama adik lo itu!” seru Andi berang sambil menunjuk wajah Krystal lurus-lurus. Bukannya merasa takut, Krystal justru menentang kedua mata Andi yang menatapnya dengan tatapan membunuh itu. Di depan Krystal, Elang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan d**a.             “Harusnya Krystal yang dendam sama lo karena lo udah mukulin dia kemarin!” tegas Elang. Mendengar hal itu, Andi justru terbahak.             “Lo mau tau kenapa gue dendam sama dia?” tanya Andi dengan nada mengejek. “Itu karena semalam, Rizky nelepon gue dan ngancam gue! Dia marah karena gue udah mukulin adik cewek lo itu. Gue juga heran, dari mana Rizky bisa sampai tau kalau gue udah mukulin si Krystal. Yang jelas, gue nggak terima dia ngancam gue! Itu sebabnya, gue ngadain tawuran ini tanpa melibatkan Rizky. Karena, gue akan bikin dia menyesal sudah mengancam gue dengan cara mencelakai adik tercinta lo itu hari ini!”             Belum sempat Elang membalas ucapan Andi, laki-laki itu sudah meneriakan sesuatu yang menyerupai perintah, lalu, semuanya menjadi kacau balau. ~~~ Tidak biasanya jam pulang sekolah sesunyi ini. Rizky yang baru saja keluar dari ruang guru karena harus menghadap guru mata pelajaran Ekonomi untuk menanyakan tugas minggu lalu, mengerutkan keningnya saat melihat lapangan sekolah yang biasanya ramai dengan murid-murid yang akan pulang, termasuk teman-temannya, mendadak kosong. Laki-laki itu kemudian berjalan menuju pelataran parkir dan mengambil helm yang dia letakan di stang motornya.             “Eh, Gifar!”             Orang yang dipanggil Gifar oleh Rizky itu menoleh dan berjalan mendekati Rizky saat laki-laki itu melambaikan tangannya. Gifar menaikkan satu alisnya ketika melihat Rizky yang masih berada di sekolah, sedangkan teman-teman dari laki-laki itu sudah menghilang sejak lima belas menit yang lalu.             “Ky? Lo masih di sekolah?” tanya Gifar heran. “Tumben lo nggak ikut tawuran.”             Mendengar ucapan Gifar, kening Rizky kontan mengerut. Laki-laki itu menaruh helm-nya di atas jok motor dan bersedekap.             “Tawuran? Tawuran dimana? Sama sekolah mana?”             “Di jalan Kasuari kalau nggak salah. Gue juga denger dari si Agus, sih. Katanya, Andi ngirim surat tantangan buat tawuran ke Elang Maladewa sama Krystal Violina.”             Rizky membeku di tempatnya. Laki-laki itu kini mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Rahangnya mengeras. Matanya menatap tajam Gifar yang berada di depannya. Diberi tatapan mengerikan seperti itu, Gifar kontan mengkeret ketakutan. Laki-laki itu mundur perlahan dan mengangkat kedua tangannya sambil meringis.             “Um... gue cabut dulu kalau gitu,” ucap Gifar terbata, lalu pergi meninggalkan Rizky yang masih berusaha keras meredam emosinya. Sia-sia saja. Emosi itu sudah menggelegak hebat didalam tubuhnya. Entah apa maksud Andi mengajak Elang dan Krystal tawuran. Apakah laki-laki itu tidak terima dengan ucapan Rizky semalam lewat telepon?             “Gue bakal bunuh Andi kalau sampai Krystal kenapa-napa!” ~~~ Sesampainya di jalan Kasuari, suasana sudah sangat memanas. Batu-batu berterbangan di udara. Suara teriakan, makian, terdengar jelas di telinga Rizky yang baru saja mematikan mesin motornya. Semua yang berada dalam kancah tawuran itu adalah laki-laki, kecuali... Krystal!             Rizky bisa melihat bagaimana Krystal berusaha berkelit dari dua orang yang melayangkan kayu ke arahnya. Cukup berhasil sebenarnya, sampai Rizky melihat sebuah kayu menghantam punggung gadis itu, hingga membuat Krystal menjerit keras. Beruntung, Elang langsung datang menghampiri Krystal dan menghajar dua orang tersebut dengan membabi-buta.             Tanpa basa-basi, Rizky langsung maju ke medan perang dan menghajar salah satu orang dari pihak sekolahnya yang ingin memukul kepala belakang Krystal dengan menggunakan batu besar. Mendengar teriakan dari arah belakangnya, Krystal kontan menoleh dan terpaku kala dia melihat Rizky berada disana.             “Lo ngapain disini?” tanya Krystal keras.             Rizky berdecak jengkel dan kembali melayangkan kepalan tangannya ke arah orang yang berusaha  memukul Krystal dengan ikat pinggang. Tentu saja orang tersebut berasal dari sekolahnya. Melihat itu, Krystal kontan melongo dan menatap Rizky dengan tatapan tidak percaya.             “Lo ngapain mukulin anak sekolah lo?” tanya Krystal polos.             “Terus, lo mau gitu, kepala lo bocor karena dipukul pakai ikat pinggang? Percaya sama gue, rasanya dipukul sama ikat pinggang itu sakit bukan main!” seru Rizky.             “Maksud gue, kenapa lo malah nolongin gue? Kita ini musuh! Dan sekarang, kita lagi tawuran!”             “Ck! Penting, nggak, sih, lo ngebahas hal itu?”             Sadar bahwa dia tidak akan menang berdebat dengan Rizky, Krystal akhirnya memilih untuk meninggalkan laki-laki itu setelah sebelumnya mereka saling melempar tatapan tajam satu sama lain. Krystal bergegas menghampiri Elang yang sepertinya membutuhkan bantuan, ketika dia mendengar suara menggelegar yang menyerukan namanya.             “KRYSTAL, AWAS!”             Krystal menoleh dan membeku saat melihat Rizky berlari ke arahnya dan menempatkan lengan kokoh laki-laki itu tepat di depan wajahnya. Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangan ketika melihat darah segar yang keluar dari lengan Rizky, akibat sabetan pisau beberapa saat yang lalu. Krystal melihat Rizky jatuh berlutut di atas aspal, lalu pandangannya beralih ke arah orang yang baru saja melukai lengan Rizky tersebut. Andi Lukas!             “t***l!” seru Andi berang. “Demi cewek itu, lo rela ngebiarin lengan lo sampai bersimbah darah kayak begitu! Harusnya lo biarin gue nusuk punggungnya! Udah gue duga, ada yang nggak beres sama lo!”             Rizky menatap Andi dengan tatapan garang dan wajah yang penuh dengan keringat karena berusaha menahan rasa perih dan sakit yang menjalar di lengannya. Darah segar itu terus keluar dari lengan Rizky yang terluka cukup parah karena sabetan dari pisau Andi.             “Udah gue bilang sama lo semalam,” ucap Rizky dengan nada dingin. “Cuma gue yang boleh nyentuh dan nyakitin dia!”             Rizky tidak sempat berbicara banyak karena tiba-tiba saja dia mendengar Krystal menjerit pelan, disusul dengan tubuh gadis itu yang diseret dengan kasar oleh seseorang yang tidak dikenalnya. ~~~ Siang itu, Azka merasa badanya sedikit tidak enak. Mungkin ini akibat dari dia berenang semalam. Azka memang punya kebiasaan aneh. Laki-laki itu sangat suka berenang di malam hari. Katanya, kalau berenang di malam hari, otaknya akan menjadi segar dan dia merasa tubuhnya menjadi lebih bersemangat.             Ketika dia membelokkan mobil sedannya ke arah jalan Kasuari, Azka bisa melihat beberapa murid SMA sedang melakukan aksi tawuran. Azka mengehentikan laju mobilnya dan berdecak kesal.             “Anak sekolah zaman sekarang, bisanya cuma tawuran doang! Bukannya belajar, dapat nilai yang bagus atau ikut organisasi sekolah, malah menghabiskan waktu untuk kegiatan yang nggak bermanfaat sama sekali!” gerutu Azka. Laki-laki itu kemudian bermaksud untuk memutar mobilnya, mengambil rute jalan semula, ketika kedua matanya tiba-tiba menangkap satu sosok di kejauhan. Sosok itu sedang menutup kedua mulutnya dan menatap ke arah laki-laki yang sedang berlutut dengan lengan yang bersimbah darah.             Astaga! Itu bukannya Krystal?!             Azka menajamkan penglihatannya. Berusaha meyakinkan diri bahwa sosok itu memang benar Krystal, gadis SMA yang kemarin bersembunyi di bagasi mobilnya. Setelah yakin bahwa sosok itu memang asli, bukannya fatamorgana apalagi halusinasinya karena semalam dia terlalu memikirkan gadis itu, Azka langsung membuka pintu mobil dan berlari menerobos kerumunan yang sedang melempar berbagai jenis barang satu sama lain itu. Dia tidak memperdulikan pelipisnya yang berdarah karena lemparan batu nyasar entah dari mana. Yang dia pedulikan saat ini hanyalah gadis itu! Dia harus mengeluarkan gadis itu dari tempat berbahaya ini.             Setelah berada di belakang tubuh Krystal, Azka langsung menarik lengan gadis itu dan menyeret tubuh Krystal dengan kasar. Krystal yang kaget hanya bisa menjerit pelan dan berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Azka.             “MAS ELANG!”             Elang yang masih sibuk meladeni dua orang siswa dari SMA Harapan Putra, menoleh dan terbelalak ketika melihat adiknya diseret oleh laki-laki yang tidak dikenalnya. Elang bermaksud untuk mengejar Krystal, namun sayangnya, dua orang yang tadi dihajarnya kini balas menyerang. Elang hanya bisa pasrah ketika melihat adiknya dibawa masuk kedalam mobil sedan berwarna silver dan mobil tersebut langsung pergi meninggalkan tempat tersebut.             “Turunin gue!” perintah Krystal saat mobil sudah melaju meninggalkan jalan Kasuari. Gadis itu menatap orang yang kini sedang meringis kesakitan dan memegang pelipisnya yang berdarah.             “Elo itu emang udah bosan hidup, ya? Kemarin sembunyi di bagasi mobil gue sampai pingsan, sekarang, lo malah diam aja ditengah-tengah orang yang lagi tawuran!”             Krystal menyipitkan mata ketika orang yang sedang menyetir itu menoleh sekilas ke arahnya dengan wajah kesal. Dia berusaha menggali ingatannya tentang orang tersebut.             “Elo Oom-Oom yang kemarin, ya?” tanya Krystal polos.             “Oom lagi!” dengus Azka jengkel. “Nama gue Azka Calvaro! Umur gue baru dua puluh lima dan gue bukan Oom-Oom.”             “Bagi gue, lo tetap Oom-Oom karena umur kita terpaut jauh,” balas Krystal ketus. “Sekarang, berhentiin mobilnya! Gue harus balik ke tempat tadi.”             “Lo udah gila?!” bentak Azka. “Lo bisa mati disana!”             “Lo nggak tau apa-apa, Oom Azka!” tukas Krystal keras. “Disana ada kakak gue! Dan gue harus—“             Belum selesai Krystal berbicara, bunyi ban berdecit membuat Krystal tersentak dan menatap jalan di depannya. Azka yang juga kaget, langsung menginjak pedal rem kuat-kuat dan mobil sedan itu berhenti tepat waktu, saat bemper mobil tersebut hampir menabrak sebuah motor yang kini berada di depan mereka. Krystal terperangah saat melihat orang yang mengendarai motor tersebut membuka helm-nya dan berjalan seperti kesetanan ke arah pintu pengemudi.             Begitu pintu pengemudi dibuka oleh Azka yang siap menghardik orang tersebut, orang itu telah lebih dulu bertindak. Dia, yang tak lain adalah Rizky, yang langsung berlari ke arah motornya dan mengikuti mobil Azka saat Azka menyeret dan membawa Krystal pergi dari jalan Kasuari, langsung menarik kerah kemeja Azka dan memukul wajah laki-laki itu.             Krystal menjerit dan langsung turun dari mobil untuk menghampiri kedua laki-laki itu. Krystal bisa melihat Azka bangkit berdiri setelah sempat tersungkur karena dihajar oleh Rizky, kemudian balas menghajar wajah musuh bebuyutannya itu. Rizky hanya terdorong beberapa langkah ke belakang dan menyeka sudut bibirnya serta hidungnya yang mengeluarkan darah. Bahkan, lengan laki-laki itupun masih mengeluarkan darah segar.             Dengan emosi yang semakin memuncak, Rizky kembali mendekati Azka dan mendorong tubuh laki-laki itu hingga punggung Azka membentur badan mobilnya. Kemudian, Rizky menekan leher Azka dengan kuat menggunakan sebelah lengannya yang tidak terluka. Matanya dan mata Azka saling menyorotkan ketajaman dan kesinisan satu sama lain.             “Rizky, lepasin Oom Azka!” jerit Krystal seraya berusaha menjauhkan tubuh Rizky dari tubuh Azka. Sia-sia saja mengingat tubuh Rizky jauh lebih besar dibandingkan tubuh mungilnya.             “Oh, jadi ini, Oom-Oom yang mobilnya lo pakai buat sembunyi kemarin?” tanya Rizky dengan nada dingin tanpa memandang wajah Krystal. Rizky masih terus menatap kedua mata Azka. Gejolak amarahnya semakin menjadi tatkala dia melihat seulas senyum sinis tercetak di bibir Azka. Akibatnya, Rizky semakin menekan lengannya ke leher laki-laki itu.             “Rizky, gue bilang lepas!” jerit Krystal lagi. Gadis itu sampai menarik lengan Rizky agar laki-laki itu melepaskan tekanan lengannya pada leher Azka.             “Gue peringatain sama lo, Oom... jangan... pernah... dekatin... atau ketemu sama Krystal lagi!” perintah Rizky dengan penekanan kata pada setiap kalimatnya.             Mendengar itu, Krystal kontan menatap wajah Rizky dan dia melihat kesungguhan disana.             Azka justru tertawa ketika mendengar ucapan Rizky itu. Dia menatap sinis Rizky dan tersenyum dingin ke arah laki-laki itu.             “Kenapa memangnya?” tanya Azka dengan suara terbata karena aksesnya untuk bernapas ditahan oleh lengan Rizky. “Lo suka sama Krystal, iya?”             Rizky dan Krystal sama-sama terperangah. Kedua orang itu saling pandang dan terdiam. Baik Rizky maupun Krystal sama-sama tidak bisa menjelaskan arti dari debaran jantung mereka yang mulai meliar.             “Kalau lo suka sama Krystal, gimana kalau kita bersaing secara sehat?”             Suara Azka itu menyadarkan Rizky dan Krystal yang langsung menatap Azka. Krystal bahkan sampai mengerutkan kening karena tidak mengetahui maksud ucapan Azka beberapa saat yang lalu. Bersaing? Secara sehat? Dalam hal apa?             “Apa maksud lo?” tanya Rizky tajam.             “Gimana kalau gue bilang, gue juga suka sama gadis ini?” ~~~  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN