#2-Mr.Perfect

4759 Kata
Butuh waktu beberapa detik lamanya bagi Azka untuk sadar bahwa seseorang yang sedang bersembunyi di bagasi mobilnya adalah seorang perempuan. Masih SMA pula. Setelah tadi sempat berteriak karena terlalu terkejut, Azka kini menatap tajam gadis itu. Azka meneliti keseluruhan fisik siswi SMA yang saat ini sedang meringkuk dan memasang wajah yang sama terkejutnya seperti dirinya itu. Kulit putih, mata yang menatap waspada, hidung mancung, rambut yang lumayan panjang, wajah yang terbilang cukup cantik dan manis, serta... sudut bibir yang terlihat memar dan sedikit ada noda darah disana. Gadis itu kini sedikit mengangkat tubuhnya dan menatap keadaan diluar, membuat Azka lagi-lagi mengerutkan keningnya dan menyipitkan mata karena bingung dengan sikap dan tingkah gadis itu.             “Siapa lo? Apa yang lo lakuin di bagasi mobil gue? Lo mau nyuri, ya?” tanya Azka bertubi-tubi dengan nada sinis. Kini, Azka bisa melihat mata gadis itu terbelalak ke satu titik dan mau tidak mau, Azka mengikuti arah pandang gadis itu.             “Ssst...,” ucap gadis itu seraya menaruh telunjuknya di mulut. “Nama gue Krystal. Gue murid di SMA Bianca. Gue nggak ada maksud untuk nyuri atau apapun yang lagi melintas di pikiran lo saat ini.” Krystal menangkup kedua tangannya di depan d**a. “Please... biarin gue sembunyi di bagasi mobil lo ini. Gue lagi dikejar-kejar sama mereka.”             Azka kembali menatap arah yang ditunjuk oleh Krystal. Tiga orang siswa SMA yang beberapa saat lalu dilihatnya sedang mengumpat dan seperti sedang mencari sesuatu. Rupanya, ketiga siswa SMA itu sedang mencari gadis yang bernama Krystal ini.             “Kenapa lo harus sembunyi dari mereka? Lo abis nyuri barang-barang mereka, ya?!” tuding Azka lagi sambil kembali menatap Krystal yang kini mencibir dan mengerucutkan bibirnya.             “Emangnya tampang gue ada tampang pencuri, apa? Dari tadi lo terus-terusan bilang gue ini mau nyuri. Kalau gue mau, gue bisa beli mobil sedan silver lo ini, bung!” gerutu Krystal.             Baru saja Azka akan membalas ucapan Krystal, laki-laki itu mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Otomatis, Azka langsung menutup pintu bagasi mobilnya dengan keras dan memutar tubuhnya seraya memasang wajah tenang dan santai. Seolah tidak terjadi apa-apa. Azka menatap ketiga siswa SMA yang sedang mendekat ke arahnya dan sekarang berdiri tepat di depannya itu dengan tatapan datar dan wajah yang dibuat sepolos mungkin.             “Maaf, Mas,” ucap salah satu dari ketiga siswa tersebut. Andi Lukas. Dia menatap Azka dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu kembali menatap kedua mata Azka dengan tatapan tajam. “Mas liat ada cewek pakai seragam SMA lewat sini?”             “Nggak,” balas Azka cuek. “Buat apa anak SMA main ke daerah sini? Kalian juga sedang apa disini? Ini bukan tempat untuk bermain, ini kantor. Tempat orang-orang bekerja untuk mencari uang.”             Setelah terdiam dan saling menatap dengan kedua temannya, Andi kembali memusatkan perhatiannya kepada Azka. Andi mencibir dan mengibaskan sebelah tangannya di depan wajah Azka, membuat Azka mati-matian menahan emosi agar tidak kelepasan meninju wajah menyebalkan di depannya itu.             “Biasa aja, Mas, ngomongnya. Lagian, kan, gue cuma nanya apa Mas liat ada cewek SMA yang lewat sini. Bukannya main disini. Heran, udah kerja tapi nggak ngerti maksud ucapan anak SMA. Malu, Mas, sama jas!”             Selesai berkata demikian, Andi melemparkan senyuman sinis, lalu mengisyaratkan kedua temannya agar segera meninggalkan Azka dan tempat itu.             “Sialan!” desis Azka kesal lalu mengitari mobil sedannya dan langsung masuk kedalam mobil. Laki-laki itu melempar jas serta tas laptopnya ke kursi penumpang. Dengan satu gerakan cepat, Azka memutar anak kunci, menggas mobilnya lalu perlahan pergi meninggalkan pelataran parkir gedung kantornya dengan kecepatan sedang. “Untung anak SMA, kalau bukan, udah gue permak mukanya!” ~~~ Tepat pukul tiga sore, Azka tiba di rumah. Rumah mewah itu terlihat sangat sepi. Kedua orangtua Azka memang sedang keluar negeri guna mengurus perusahaan keluarga mereka yang ada disana. Yang berada di rumah saat ini hanyalah dirinya, serta dua orang pembantu rumah tangga dan dua orang satpam yang bertugas menjaga rumahnya.             Azka memarkirkan mobil sedannya tepat di depan teras rumah. Laki-laki itu mengambil semua peralatannya dan lekas turun dari mobil. Ijah, salah satu pembantu rumah tangga di rumah tersebut, bergegas menghampiri Azka dan mengambil alih semua peralatan yang dibawa oleh majikannya itu. Dia tersenyum sopan ke arah Azka dan dibalas dengan sama sopannya oleh laki-laki itu.             “Mas Azka mau makan?” tanya Ijah ramah. Azka tersenyum semakin lebar dan mengangguk. Dia memang terkenal ramah, sopan dan memperlakukan semua orang yang bekerja didalam rumahnya dengan baik. Tidak ada bentakan, teriakan bahkan ucapan-ucapan yang kasar keluar dari mulut Azka dalam memperlakukan para pekerja di rumahnya. Itulah yang membuat semua orang yang bekerja di rumah laki-laki itu menjadi segan dan betah bekerja disana.             Azka langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur, ketika dia sudah berada didalam kamarnya. Laki-laki itu memejamkan kedua matanya dan mengerang pelan. Mengeluarkan semua kelelahan dan kepenatan yang sedang dia rasakan. Kemudian, ketika kedua matanya kembali terbuka, Azka segera bangkit dari posisi berbaringnya, berjalan menghampiri lemari pakaiannya lalu mengambil sebuah kaus lengan panjang serta celana training berwarna abu-abu. Laki-laki itu kemudian pergi ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air segar dan mengeringkannya dengan handuk. Rasa segar yang menjalar di wajahnya membuat Azka kembali bersemangat dan langsung turun ke ruang makan untuk menyantap makanan yang sudah disediakan.             “Makan apa, Bik?” tanya Azka sambil menarik kursi, lalu menjatuhkan tubuhnya disana. Dia melihat Ijah sedang menata meja makannya dan tiba-tiba saja perutnya sudah berbunyi keras, meminta jatah makanan.             “Bibi masak makanan kesukaan Mas Azka. Ada gurame asam manis, bakwan jagung dan tempe orek.”             Tanpa buang waktu lagi, Azka langsung menuangkan nasi dan memindahkan beberapa lauk tersebut kedalam piringnya. Azka memejamkan kedua matanya sejenak, membaca do’a sebelum makan, menggosok kedua tangannya sambil tersenyum lebar lalu langsung menyantap makanan tersebut. Namun, baru tiga suap Azka menikmati makanan itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Sesuatu itu menyulut kerja otaknya untuk berpikir keras. Seperti ada sesuatu yang tertinggal. Tapi... apa?             Berusaha untuk mengingat dengan keras apa yang tertinggal itu, Azka menyilangkan sendok dan garpunya di atas piring. Laki-laki itu meneguk air dinginnya dan mengelap mulutnya dengan serbet. Kemudian, kedua tangan laki-laki itu dilipat di depan d**a. Keningnya berkerut tanda dia sedang berpikir keras. Jarinya kini mengusap dagunya. Yang membuat Azka terheran-heran, dia merasa jantungnya berdegup dengan keras dan ada perasaan cemas terselip disana.             Tiba-tiba, mata Azka terbelalak. Laki-laki itu langsung bangkit dari kursinya dan berlari seperti orang kesetanan, setelah sebelumnya dia menyambar kunci mobil dan menekan tombol di kunci tersebut. Segera saja terdengar bunyi ‘bip’ tiga kali dari arah mobilnya. Azka langsung berlari ke bagasi mobilnya dan membuka kap bagasi tersebut dengan satu gerakan cepat.             Disana, Azka bisa melihat tubuh gadis SMA yang bernama Krystal itu sedang meringkuk. Kedua matanya terpejam. Dadanya terlihat naik-turun dengan pelan. Langsung saja, Azka mengeluarkan Krystal dari dalam bagasi mobil dan menggendongnya tanpa mengalami kesulitan. Terkurung lama didalam bagasi mobil sepertinya membuat napas Krystal terlihat lemah. Sepertinya, gadis itu kekurangan oksigen.             “s**t!” umpat Azka sambil menggendong Krystal didalam pelukannya dan menuju kamarnya dengan setengah berlari. “Kenapa gue bisa lupa kalau nih cewek masih ada didalam bagasi mobil gue, sih?”             Ketika dia tidak sengaja berpapasan dengan Ijah, Azka menghentikan langkahnya sejenak dan menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan cemas.             “Bik... tolong ambilin minyak kayu putih sama baskom berisi air hangat untuk mengompres luka gadis ini!”             Ijah hanya bisa mengangguk dan mengikuti langkah Azka yang sedang menggendong Krystal melalui tatapan matanya. Selama bekerja di rumah ini, Ijah sama sekali tidak pernah melihat wajah Azka yang sangat cemas seperti itu, kecuali saat itu, ketika Ibu dari laki-laki itu sakit dan harus dirawat di rumah sakit.             Apa... gadis itu adalah orang yang sangat penting bagi Azka sehingga membuat laki-laki itu sangat cemas seperti tadi?             Ijah menggelengkan kepalanya ketika memikirkan hal-hal yang melintas di benaknya. Biarkan saja itu semua menjadi urusan majikannya. Toh, dia hanya bertugas untuk mengikuti semua perintah laki-laki itu, bukannya bertugas untuk mengurusi semua kegiatan maupun urusan pribadi laki-laki itu. ~~~ Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar  yang berwarna putih. Krystal mengerjapkan kedua matanya dan memegang pelipisnya ketika dia merasakan pusing menyerang kepalanya. Gadis itu mengerang pelan dan berusaha untuk bangkit dari posisi berbaringnya. Kini, kedua mata cokelat Krystal menatap keseluruhan ruangan tersebut.             Kamar ini terlihat luas. Ada satu set televisi beserta DVD player dan play station di depannya. Di dekat pintu kamar, terdapat satu buah pintu lagi yang Krystal yakini adalah sebuah kamar mandi. Di samping kirinya terdapat meja kerja karena di atas meja tersebut terdapat sebuah laptop yang dibiarkan terbuka dan setumpuk berkas-berkas. Pokoknya, kamar ini benar-benar luas, seperti kamar kakaknya, Elang.             “Ini gue dimana, ya?” gumam Krystal pelan. Gadis itu turun dari atas tempat tidur dan mengambil tasnya yang ditaruh di atas meja di samping tempat tidur. Gadis itu sekali lagi mengedarkan pandangannya dan mengerutkan keningnya. Rasa perih yang tiba-tiba saja terasa di sudut bibirnya, membuat Krystal meringis dan menyentuh area tersebut dengan pelan.             Jarum jam di arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya membuat Krystal tersentak hebat. Sudah pukul setengah empat sore! Elang pasti sedang khawatir menunggu kepulangannya saat ini. Ayah dan Ibunya pasti masih di kantor karena Krystal hafal dengan jam pulang kerja mereka. Langsung saja, tanpa banyak pikir lagi, Krystal menuju pintu kamar dan membukanya dengan gerakan cepat.             DUG!             Krystal terhuyung ke belakang ketika dia merasa tubuhnya menabrak sesuatu. Gadis itu pasti akan langsung terjerembab keras kalau saja pinggangnya tidak ditahan. Begitu Krystal mendongak, gadis itu melongo saat mendapati sosok pemilik mobil yang digunakan Krystal sebagai tempat persembunyiannya, tengah menatap ke arahnya dan tangan laki-laki itu melingkar di pinggangnya.             “Mau kemana?” tanya laki-laki itu menyelidik.             Sadar dari lamunannya karena suara berat Azka, Krystal langsung melepaskan diri dari lingkaran tangan Azka pada pinggangnya. Sayangnya, karena terlalu terburu-buru, hal tersebut justru membuat keseimbangan tubuh Krystal sedikit hilang dan akhrinya membuat tubuh gadis itu kembali terhuyung. Krystal menjerit pelan saat merasa tubuhnya akan jatuh ke belakang, dan saat itu juga, gadis itu menarik kaus Azka hingga membuat tubuh laki-laki itu juga limbung ke depan. Tepatnya ke arah Krystal!             Helaan napas di depannya membuat Krystal yang tadinya memejamkan kedua matanya kini membukanya perlahan. Dan gadis itu berani bersumpah bahwa detak jantungnya sempat berhenti ketika menyadari bahwa laki-laki pemilik mobil sedan silver tersebut berada tepat di atas tubuhnya!             Wajah yang tampan, rahang yang keras, hidung yang mancung, bibir tipis yang seksi, rambut yang terpotong rapih, kedua mata berwarna hitam legam dan menyorot tajam serta alis yang tebal dan menaungi kedua mata tajam itu membuat Krystal menahan napasnya. Jantungnya berdegup kencang. Helaan napas laki-laki itu yang menyapu wajahnya membuat wajah Krystal mulai memanas.             “Tadi lo sembunyi di mobil gue... sekarang lo narik baju gue dan akhirnya menyebabkan gue jatuh di atas tubuh lo. Lo itu sebenarnya berniat mencuri atau merayu gue, hmm?”             Ucapan Azka itu membuat Krystal melotot ganas dan langsung mendorong tubuh tegap Azka dari atas tubuhnya, hingga laki-laki itu terguling ke samping. Azka mengerang keras dan mengusap punggungnya yang membentur lantai kamarnya. Laki-laki itu mengangkat satu alisnya ketika dia melihat Krystal sudah berdiri tegak dan berkacak pinggang, serta menyipitkan kedua matanya.             “Dengar ya Oom, gue nggak ada niatan sama sekali untuk nyuri apalagi ngerayu lo! Amit-amit, deh! Kayak nggak ada cowok lain aja yang bisa dirayu, jadi gue mesti ngerayu Oom-Oom kayak lo.”             “WHAT?!”seru Azka keras. Laki-laki itu kini bangkit dan menjulangkan tubuh tegapnya tepat di depan Krystal. Krystal sampai harus mundur beberapa langkah ke belakang dan merutuk dalam hati saat lengannya ditahan oleh Azka. Mati-matian, Krystal berusaha melepaskan cekalan Azka pada lengannya, namun gagal. “Oom-Oom kata lo?”             “Emang lo Oom-Oom, kan? Yang suka memangsa gadis belia untuk dinikmati tubuhnya!” desis Krystal. Gadis itu menentang kedua mata Azka yang menyorot tajam ke arahnya.             “Emang nggak tau diri, ya, lo! Udah gue tolongin dari ketiga cowok berandalan tadi, sekarang malah ngatain gue Oom-Oom yang suka mangsa gadis belia! Kalaupun gue mau mangsa gadis belia, gue mikir-mikir juga, kali! Gue mana mau mangsa cewek begajulan macam lo?”             Krystal hanya bisa terpana ketika mendengar ucapan itu. Untuk sesaat, keduanya saling tatap. Azka menguliti gadis di depannya ini dengan tatapan sinisnya yang dibalas dengan berani oleh Krystal. Kemudian, dengan satu sentakan keras, Krystal melepaskan lengannya dari cekalan Azka dan langsung memutar tubuhnya untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.             Belum jauh Krystal melangkah, gadis itu kembali menatap Azka yang masih menatap ke arahnya sambil bersedekap dan mengangkat satu alisnya. Krystal memejamkan kedua matanya sejenak, ketika dia merasakan pusing pada kepalanya. Lalu, ketika kedua matanya kembali terbuka, Krystal menganggukkan kepalanya, membuat Azka tertegun dengan sikap gadis itu.             “Walaupun lo menyebalkan, tapi, gue tetap harus mengucapkan terima kasih sama lo karena udah nolongin gue. Meskipun sepertinya lo lupa kalau ada manusia yang lagi sembunyi didalam bagasi mobil lo, karena yang terakhir gue ingat lo nutup pintu bagasi terus jalanin mobil lo gitu aja dan setelah itu gue nggak ingat apa-apa lagi.” Krystal mendesis kesal dan sekali lagi menganggukkan kepalanya. “Makasih, Oom.”             Selesai berkata demikian, Krystal pergi meninggalkan Azka yang melongo dan mengerjapkan kedua matanya. Detik berikutnya, Azka tertawa keras dan menggelengkan kepalanya.             “Krystal, ya?” gumam Azka seraya menarik napas panjang. Senyum miring tercetak di bibirnya yang seksi. “SMA Bianca... boleh juga.” Azka mengusap dagunya seraya berjalan menuju jendela kamarnya. Dia bisa melihat Krystal berjalan menuju gerbang rumahnya dengan setengah berlari dan langsung mencegat angkutan umum pertama yang lewat. “Gila tuh cewek! Gue masih muda gini, kece bin keren pula, dipanggil Oom sama dia. Buta kali tuh cewek, nggak bisa liat cowok cakep!” ~~~ Sudah pukul lima sore namun Krystal belum juga menampakkan batang hidungnya di rumah. Hal yang membuat Elang senewen bukan main. Laki-laki itu berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil sesekali melirik jam dinding dan mendesis kesal. Pikirannya mulai melayang ke hal-hal yang tidak-tidak. Bagaimana kalau adiknya itu pingsan di pinggir jalan? Bagaimana kalau adiknya itu bertemu dengan gerombolannya si b******k Rizky dan melawan mereka sendirian tanpa bala bantuan?             Ugh! Mengingat nama Rizky dan apa yang sudah dilakukan oleh laki-laki itu pada adik kembarnya saat tawuran kemarin membuat amarahnya berhasil naik sampai ke ubun-ubun. Dia benar-benar tidak terima apabila Krystal terluka karena lemparan batu dari Rizky. Terlebih saat Krystal bercerita kalau Rizky sempat memeluk gadis itu dan memberinya satu ciuman di pipi. Bisa-bisa, adiknya benar-benar akan terkena penyakit rabies atau semacamnya.             “Ngapain kamu mondar-mandir kayak strikaan rusak gitu, Lang?”             Suara bernada heran dan lembut itu membuat Elang menoleh dengan cepat. Laki-laki itu langsung membeku di tempatnya saat dia melihat Grace dan Reynald memasuki ruang tamu dan duduk di atas sofa. Mereka baru saja pulang dari kantor. Kedua orangtuanya itu menatap ke arahnya dengan tatapan menyelidik. Terlebih Reynald. Elang sangat tahu tabiat Ayahnya itu. Beliau adalah orang yang cepat tanggap dan peka dengan keadaan yang terjadi disekitarnya. Tidak ada yang bisa disembunyikan oleh Elang dan Krystal selama ini dari Ayahnya itu.             “Hah... nggak apa-apa, kok, Bun...,” jawab Elang gugup. Sial! Tatapan mata Ayahnya semakin tajam dan keningnya sudah berkerut. Ini namanya malapetaka maha dahsyat!             “Mana adik kamu?”             Telak!             Pertanyaan Reynald itu langsung membuat tubuh Elang panas-dingin. Tamatlah riwayatnya sekarang. Habis sudah masa depannya. Beberapa detik kemudian, hidupnya akan berakhir di sebuah nampan di atas penggorengan. Dia akan digoreng oleh Ayahnya bersama belasan ekor ikan mujair yang ada didalam akuarium.             Baru saja Elang akan berkata jujur kepada orangtuanya, bahwa adiknya belum sampai di rumah hingga saat ini, suara bel di depan rumahnya membuat perhatian Reynald dan Grace teralihkan. Seketika itu juga, Elang mengucap syukur dalam hati dan mengelus dadanya dengan pelan. Lega dengan siapapun yang saat ini akan bertamu di rumahnya, karena hal tersebut akan menyelamatkannya dari eksekusi sadis Ayahnya.             Setelah saling pandang, Grace lebih dulu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu depan rumah mereka. Reynald yang bangkit tak lama kemudian, tidak langsung mengikuti jejak isterinya itu, namun malah menghampiri Elang. Dirangkulnya pundak anak sulungnya itu dan diberinya satu senyum miring. Senyuman yang entah mengapa membuat perasaan Elang menjadi tidak nyaman dan akhirnya hanya bisa nyengir lebar.             “Kalau sampai adik kamu belum ditemuin sampai jam enam petang ini, kamu yang Ayah gantung di pohon mangga belakang rumah! Jangan dikira Ayah nggak tau kalau kamu lagi nyembunyiin sesuatu, ya, Lang. Kamu tau persis kalau Ayah tau apapun yang menyangkut kamu dan Krystal.”             Mendengar hal itu, Elang semakin nyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Laki-laki itu mengangguk pasrah dan menelan ludah susah payah saat Ayahnya menepuk pundaknya beberapa kali, sebelum akhirnya ikut keluar untuk melihat siapa yang bertamu ke rumah mereka.             Gusar dengan keterlambatan pulangnya Krystal, Elang langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Laki-laki itu bersedekap dan memikirkan tempat-tempat yang kemungkinan besar dikunjungi oleh adiknya itu. Elang optimis kalau Krystal pasti baik-baik saja. Mungkin, kembarannya itu sedang bermain bersama teman-temannya dan lupa waktu. Ya, pasti begitu.             Tapi... bagaimana kalau ternyata asumsi awalnya benar? Bagaimana kalau Krystal benar-benar bertemu dengan Rizky dan para anak buahnya? Lalu mereka semua mencelakai Krystal? Aargh! Elang pasti akan langsung mengirimkan bazooka super dahsyat dan akan membunuh mereka semua satu persatu! Kalau perlu, Elang akan meminta bantuan para zombie dari film World War Z yang beberapa hari lalu baru saja dia tonton di bioskop bersama teman-temannya, untuk memakan Rizky hidup-hidup!             Lantas... kalau justru dia yang lebih dulu dimakan, bagaimana?             Terkadang, Elang heran dengan cara berpikirnya yang suka meliar kemana-mana. Mungkin, Ayahnya juga pernah seperti itu saat masa muda beliau.             Suara orang-orang yang mengobrol, membuat Elang mengerutkan keningnya. Suara-suara itu semakin mendekat ke arahnya. Ah, biarlah. Mungkin mereka adalah rekan kerja Ayah dan Bundanya. Nanti, kalau mereka semua sudah muncul di ruangan ini, dia baru akan pergi ke kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motor lantas langsung mencari Krystal.             “Elang....”             Suara Ayahnya membuat Elang bergidik. Ayahnya benar-benar menakutkan, meskipun pria itu sangat baik hati. Elang menoleh sekilas dan berdiri ketika melihat seorang pria dan wanita yang mengenakan pakaian formal berdiri di samping Ayah dan Bundanya. Kedua orang itu tersenyum ramah ke arahnya.             “Kenalin, Lang... ini Oom Kenzo dan Tante Arny. Mereka teman kuliah Ayah dan Bunda dulu. Mereka menetap di Amerika sejak sebulan setelah pernikahan dan baru kembali minggu ini. Tapi, Ayah baru tau kalau ternyata anak mereka sudah tinggal di Indonesia sejak tiga tahun yang lalu.” Reynald menjelaskan hal tersebut kepada Elang, yang hanya di respon dengan anggukan kepala oleh laki-laki itu.             “Sore, Oom... Tante....”             “Zo, Ar... ini Elang, anak sulung aku, sekaligus kakak kembar Krystal. Krystal belum pulang sekolah. Mungkin masih main dengan teman-temannya. Maklumlah, anak muda....” Reynald melirik Elang dan langsung membuat Elang menatap langit-langit ruang tamunya. Menghindari lirikan intimidasi yang dilayangkan oleh Ayahnya itu.             “Nah, Elang... yang ini anaknya Oom Kenzo sama Tante Arny,” lanjut Reynald lagi. Elang kembali memusatkan perhatiannya ke arah empat orang tersebut dengan seulas senyum tipis. Kemudian, senyuman itu langsung menghilang dari bibir Elang, tatkala dia melihat siapa orang yang ditunjuk oleh Reynald, yang baru saja muncul dari arah belakang Kenzo dan Arny.             “ELO?!” seru keduanya bersamaan.             Tidak ada hal yang paling dibenci Elang selama ini, selain bertemu dengan musuh bebuyutannya. Dan sialnya lagi, musuh bebuyutannya itu adalah anak dari teman Ayah dan Bundanya semasa kuliah dulu.             Dia... Rizky Aprilio! ~~~ “Kamar lo boleh juga.”             Suara bernada mengejek itu membuat Elang mendesis kesal dan mengabaikan komentar tersebut. Elang mengambil jaket kulitnya yang tergantung di belakang pintu kamarnya, kemudian menyambar kunci motornya. Ayah dan Bundanya sedang pergi keluar bersama orangtua Rizky. Katanya, sih, mereka berempat berniat untuk makan malam diluar sekalian bernostalgia, mengenang masa-masa kuliah mereka dulu.             Kegemparan sebenarnya sempat terjadi tatkala Rizky dan Elang bertemu tadi. Kedua laki-laki itu langsung memasang tampang santai dan polos, saat orangtua mereka menatap mereka dengan kening berkerut.             “Kalian sudah saling mengenal?” tanya Grace saat itu. Tepat ketika Elang dan Rizky berseru dan saling menunjuk karena kaget saat orangtua mereka mempertemukan mereka.             “Hah?” Elang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan cengengesan. “Nggak, juga kok, Bun... Elang cuma pernah beberapa kali ngeliat, mmm... dia... karena dia beberapa kali pernah datang ke sekolah Elang dan Krystal buat ngejemput... ceweknya. Iya, kan?”             Rizky langsung tergagap, ketika Elang menoleh ke arahnya. Laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti alur permainan yang diciptakan oleh Elang dan mengangguk sambil meringis aneh. “Iya... Tante... saya juga pernah beberapa kali melihat dia waktu saya menjemput pacar saya yang kebetulan satu sekolah dengan dia....”             Reynald, Grace, Arny dan Kenzo membulatkan mulut mereka dan mengangguk-anggukan kepala. Kemudian, Kenzo menoleh ke arah Rizky dan mengerutkan keningnya. “Selama Papa sama Mama belum kembali ke Indonesia, kamu sudah punya pacar, Ky?”             “Hah?”             Saat itulah, Elang melotot mengerikan ke arah Rizky. Mengingatkan laki-laki itu akan sandiwara yang baru saja dia ciptakan. Rizky yang baru paham beberapa detik kemudian, langsung tertawa renyah dan menjentikkan jarinya. “Iya, Pah... Rizky udah punya pacar. Tapi... mmm, udah putus, sih. Hehehe....”             Setelah itu, Reynald menyuruh Elang dan Rizky berkenalan secara resmi. Elang menjabat tangan Rizky dengan tegas dan keras, yang dibalas oleh Rizky dengan sama tegasnya. Kedua mata mereka menyorot tajam, dengan senyum sinis tercetak di bibir masing-masing.             “Elang Maladewa. Salam kenal.”             “Rizky Aprilio. Nice to meet you.”             “Kenapa? Belum pernah liat kamar sebagus kamar gue?” tanya Elang dengan nada mengejek juga. Mendengar itu, Rizky mendengus dan melirik Elang dengan tajam.             “Mau kemana lo?” tanya Rizky. “Masa lo mau ninggalin gue di rumah lo gitu aja? Lagian, kenapa, sih, lo menolak untuk ikut orangtua kita saat mereka ngajak kita buat ikutan makan malam? Gue, kan, jadi disuruh nemenin lo disini sama bokap gue!”             “Gue harus nyari Krystal,” jawab Elang cuek. “Dia belum pulang dari tadi.”             Mendengar itu, Rizky mengangkat satu alisnya dan melipat kedua tangannya di depan d**a. Kemana gadis itu? Kenapa dia belum pulang sekolah? Setahunya, sekolah Krystal dan Elang itu bubar pukul setengah dua siang, sama seperti sekolahnya. Buktinya, Elang sudah ada di rumah.             “Kemana dia?”             “Kalau gue tau, gue nggak mungkin secemas ini.” Elang membuka pintu kamarnya dan menoleh sekilas ke arah Rizky. “Lo tunggu aja sebentar disini. Kalau lapar atau haus, ambil aja di kulkas.”             “Gue ikut lo, deh.”             Ucapan Rizky itu membuat Elang memutar tubuhnya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan aneh. “Lo mau ikut?”             “Jangan mikir yang aneh-aneh,” ucap Rizky. “Gue bukannya mau berbaik hati buat bantuin lo nyari kembaran lo itu. Gue cuma nggak mau ditinggal sendirian aja di tempat asing, meskipun rumah ini adalah rumah dari sahabat baik nyokap-bokap gue. Heran, gue. Kalau gue tau dari awal lo sama Krystal adalah anak dari sahabat orangtua gue, mungkin gue lebih memilih untuk ngebersihin kandang harimau, ketimbang harus ketemu dan menginjakkan kaki gue di rumah lo.”             Sebenarnya, Elang ingin sekali menghajar wajah Rizky saat ini. Menghilangkan senyuman mengejek dari bibir laki-laki itu. Tapi, mencari Krystal jauh lebih penting sekarang. Elang akhirnya membiarkan Rizky mengikutinya dari belakang.             Sesampainya di garasi rumah, saat Elang akan mengeluarkan motornya dari sana, Elang mendengar suara pagar rumahnya berbunyi. Laki-laki itu menoleh dengan cepat dan terbelalak saat melihat Krystal terhuyung-huyung berjalan kedalam rumah sambil memegang pelipisnya. Langsung saja, Elang menghampiri Krystal dan menahan tubuh saudara kembarnya itu. Di belakangnya, Rizky mengikuti dengan wajah datar.             “Krys! Kamu dari mana aja?” tanya Elang cemas. “Ya ampun, ini ada bekas darah! Kamu, kenapa, Krys?!”             Belum sempat Krystal menjawab, gadis itu langsung jatuh tak sadarkan diri didalam pelukan Elang, setelah sebelumnya dia menunjuk wajah Rizky lurus-lurus.             “Apa?” tanya Rizky saat dia melihat Elang menatapnya dengan tatapan membunuh, ketika laki-laki itu sudah mengangkat tubuh Krystal kedalam pelukannya. “Lo tau betul kalau gue dari tadi sama lo. Gue nggak tau apa-apa soal keadaan Krystal saat ini. Lo boleh tanya sama bokap-nyokap gue nanti. Sepulang sekolah, gue berganti pakaian, makan siang, main play station sebentar terus langsung diseret ke rumah lo sama mereka karena katanya mereka kangen sama orangtua lo!”             Elang tidak berkomentar. Laki-laki itu hanya menatap Rizky dengan tatapan tajam, lalu berjalan melewati laki-laki itu. Elang sempat berhenti sebentar, saat dia berdiri bersampingan dengan Rizky.             “Kalau sampai gue tau ini ada kaitannya sama lo, gue harap lo langsung bersiap-siap buat ketemu sama raja neraka. Karena gue nggak akan pernah ngelepasin lo gitu aja!” desis Elang. ~~~ Sekelabat bayangan hitam melintas di depannya. Krystal tidak tahu pasti apa bayangan hitam tersebut. Yang pasti, bayangan hitam itu berkelebat dengan cepat dan sepertinya berusaha untuk menutup wajahnya. Atau... hidungnya? Hingga dia akhirnya akan mati karena kehabisan napas? NO! Dia tidak sudi mati begitu saja tanpa sempat membalas dendam pada si curut Rizky dan juga Andi kulkas, serta konco-konconya yang lain!             Merasa sudah kuat, Krystal akhirnya membuka kedua matanya. Gadis itu mengerjapkan kedua matanya dan melongo saat melihat apa yang berada tepat di depan wajahnya. Sesuatu itu benar-benar sangat dekat, hingga Krystal bisa melihat tahi lalat yang berada di dagunya.             “MAS ELAAAAAAANG!!!” teriak Krystal menggelegar dan langsung mendorong wajah seseorang yang berada tepat di depannya itu. Orang yang wajahnya di dorong oleh Krystal itu terjungkal ke belakang, jatuh terduduk di atas kerasnya lantai marmer kamar Krystal dan mengaduh keras. Kemudian, pintu kamar Krystal terbuka keras, disusul sosok Elang yang terengah-engah karena berlari dari luar saat akan menuju kamar kembarannya itu.             “Apa? Apa? Kenapa, Krys?” tanya Elang bertubi-tubi. Laki-laki itu maju mendekati Krystal yang langsung dipeluk dengan erat oleh gadis itu. Matanya menatap nyalang wajah Rizky, orang yang baru saja dilempar oleh Krystal dari atas tempat tidurnya dan menunjuk wajah laki-laki itu. Elang yang memeluk tubuh Krystal dengan erat dan mengelus rambut gadis itu, langsung mengkuti arah yang ditunjuk oleh Krystal dan mendapati Rizky sedang bersungut-sungut ria sambil mengusap pantatnya.             “Dia mau nyium aku!” seru Krystal langsung. Seketika itu juga, Rizky menghentikan gerakannya dan melongo ke arah Krystal seraya menunjuk dadanya sendiri.             “Gue? Nyium elo?” tanya Rizky polos. Sepertinya efek dorongan Krystal pada laki-laki itu menyebabkan kinerja otak Rizky menjadi sedikit lamban.             “Elo mau nyium adik gue?!” seru Elang emosi. Rizky langsung menggoyangkan tangannya dan berdiri tegak.             “Kagak! Enak aja lo nuduh!” bantah Rizky cepat. Laki-laki itu kini menoleh ke arah Krystal. “Sialan lo nuduh gue kayak gitu! Gue juga mikir seribu kali dulu, kali, kalau mau nyium elo! Bisa-bisa gue kena rabies!”             “Lah... tapi, waktu tawuran tempo hari, elo kan nyium pipi gue!”             Elang langsung menyipitkan mata menatap Rizky yang hanya mencibir dan mengalihkan pandangan. “Itu cuma buat ngisengin lo aja! Arrgh, udah deh! Intinya, gue nggak berniat buat nyium elo tadi! Elo kayaknya tadi lagi mimpi buruk, soalnya elo gelisah gitu, makanya gue mau mastiin. Pas gue lagi ngeliatin wajah lo, mastiin kalau lo baik-baik aja, elo keburu sadar dan salah paham. Akhirnya, muka ganteng gue jadi korban tangan lo itu!” sungut Rizky.             Krystal mengacuhkan penjelasan Rizky dan mendongak untuk menatap Elang. “Mas, kok, si curut Rizky bisa ada di rumah kita?”             “Panjang ceritanya.” Elang mencium puncak kepala Krystal dan melepaskan pelukannya pada tubuh gadis itu. “Intinya, dia anak dari sahabat Ayah dan Bunda.”             Krystal mengerang dalam hati saat dia mendengar ucapan Elang barusan. Rizky? Anak dari sahabat Ayah dan Bundanya? Dunia ini ternyata sempit banget, ya! Dari ribuan bahkan jutaan manusia berjenis kelamin laki-laki di dunia ini, kenapa harus si curut ini yang jadi anak dari sahabat Ayah dan Bundanya, coba? Kayaknya, dia kena kutuk, deh!             “Kamu sebenarnya kemana aja, sih? Mas sampai khawatir setengah mati karena jam lima tadi kamu belum sampai di rumah!”             Ucapan Elang itu membuat Krystal menundukkan kepalanya. Dia merasa bersalah karena sudah membuat kakaknya itu khawatir.             “Maaf, Mas... tadi, Krystal dicegat sama Andi kulkas....”             “Andi kulkas?” tanya Rizky seraya mengerutkan keningnya. “Andi Lukas, maksud lo?”             “Menurut lo?” balas Krystal sengit. “Iya! Gue dicegat sama anak buah lo itu! Ada tiga orang! Mereka ngajak gue berantem, sempat mukulin gue, pula! Untung gue bisa kabur dan sembunyi di bagasi mobil Oom-Oom.”             “WHAT?!” seru Rizky dan Elang bersamaan. Kedua laki-laki itu kini saling tatap dan langsung membuang muka. Elang kembali memusatkan perhatiannya pada Krystal dan meneliti keseluruhan fisik kembarannya itu.             “Tapi... kamu nggak diapa-apain, kan, sama Oom-Oom itu?” tanya Elang cemas. Krystal tersenyum dan menggeleng. Seketika itu juga, Elang langsung membuang napas lega.             “Lo diapain aja sama Andi?”             Pertanyaan Rizky itu membuat Krystal dan Elang menoleh ke arahnya. Krystal menatap kedua mata Rizky, begitu juga sebaliknya. Entahlah, tapi, Krystal merasa pertanyaan Rizky barusan terasa sangat asing dan janggal. Seolah-olah, laki-laki itu sedang menunjukkan perhatian dan kecemasannya pada Krystal.             Hah?! Yang benar saja! Ini Rizky Aprilio, gitu loh, pemirsa! Manusia b******k yang paling dibenci Krystal! Musuh bebuyutannya dan kakaknya, didalam kancah tawuran. Mana mungkin, sih, Rizky khawatir padanya?             “Apa pentingnya buat lo?” tanya Krystal cuek. “Gue rasa, lo juga akan senang kalau misalkan dapat kabar dari mereka, yang mengatakan bahwa mereka berhasil nyelakain gue. Nggak usah sok peduli!”             Rizky terdiam. Kedua tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya. Laki-laki itu mengalihkan pandangannya dan detik berikutnya, dia berjalan keluar dari kamar Krystal. Krystal dan Elang hanya menatap kepergian Rizky dengan tatapan datar.             Di teras rumah Krystal, Rizky menggeram pelan dan meninju dinding yang berada di sampingnya. Napasnya memburu. Emosinya naik sampai ke ubun-ubun. Kemudian, laki-laki itu meraih ponselnya yang berada didalam saku celana jeans-nya dan mencari nama seseorang di daftar kontak ponselnya. Setelah ketemu, Rizky langsung menekan tombol berwarna hijau dan tidak sampai sepuluh detik, panggilan itu sudah diangkat oleh seseorang di seberang sana.             “Halo?” sapa orang tersebut.             “Lo apain Krystal?” tanya Rizky dengan suara tajam dan dingin. ~~~  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN