bc

Running in the Rain

book_age16+
145
IKUTI
1K
BACA
badboy
badgirl
tomboy
sweet
bxg
campus
highschool
coming of age
school
love at the first sight
like
intro-logo
Uraian

Briliani Ananda menjalani hari-harinya yang sunyi, di tengah ricuh yang selalu menghampirinya setiap hari. Hidupnya hampir berwarna abu-abu jika ia tidak bertemu dengan Regan Adijaya Putra, sosok yang mencegahnya untuk lompat dari gedung tinggi. Sejak pertemuan di atas gedung itu, Nanda mulai mengingatnya. Hingga suatu hari ia kembali bertemu dengan sosok Regan, di tengah hujan deras dan petir yang menggelegar. Keadaan terbalik, sekarang pria itu terlihat rapuh dengan pakaian serba hitamnya berdiri di tengah hujan lebat yang mengguyur. Dua sosok manusia itupun sekarang kembali bertemu.

“Mau tinggal serumah bareng?”

Satu kalimat itu memulai segala perjalanan kisah mereka. Rahasia yang mereka simpan, perlahan mulai terungkap. Apa yang akan terjadi jika dua manusia yang berbeda jenis kelamin, tinggal berdua di atap yang sama? Apakah Nanda akan bertahan jika ia mengetahui rahasia Regan? apakah mereka akan tetap bersama jika ada bahaya yang mengincar? Atau memilih mencari aman dan saling melepaskan?

chap-preview
Pratinjau gratis
1
seorang perempuan sedang duduk di depan meja belajar, mengerjakan tugas sekolahnya. Jam sudah menunjukan pukul 1 malam, tetapi ia masih berkutat dengan laptop di depannya. Dahinya berkerut-kerut memikirkan jawaban dari soal yang dibacanya. Ia semakin mengacak rambutnya, karena kesal tidak bisa berpikir cepat. Mencari jawaban lewat internet, lalu buku. Semakin frustasi, ia lalu hanya merebahkan kepalanya di atas meja belajar. Otaknya tidak mau diajak bekerja sama malam ini. Dan kantuk semakin menghinggapinya. Baru saja dia akan jatuh ke alam mimpi, suara keras terdengar dari luar. Perempuan itu lalu duduk tegak kembali, kantuk yang tadi menyerang tiba-tiba hilang begitu saja setelah suara bising itu timbul. Berusaha fokus terhadap tugas yang ada di hadapannya, tetapi ia gagal. Kali ini suara bising terdengar lebih keras, padahal jam sudah menunjukan lewat tengah malam. Lalu suara bising itu disusul dengan bantingan barang ‘prangg’ Suara pecahan gelas terdengar, mengganggu konsentrasinya belajar. Ia menghela napas lelah, sudah terbiasa dengan keadaan ini. Samar-samar suara bentakan dan teriakan di luar kamarnya terdengar, u*****n-u*****n tiap hari yang selalu ia dengar. “KAMU GAPERNAH COBA NGERTIIN AKU” seorang perempuan paruh baya berteriak dengan nyaring “BUKAN KAMU AJA YANG CAPEK! AKU JUGA CAPEK!” balas pria di hadapannya dengan nada tinggi. “aku capek kerja mas, aku harus nurutin atasanku dan kamu enak enaknya makan ketawa ketiwi sama temen-temen kamu.” “aku makan makan juga buat bangun relasi! Kalo aku gaikut acara itu, bakal dapet darimana proyek aku selama ini? Dapat biaya darimana sekolah anak-anak? Kamu?cih.” balas pria itu meremehkan. “cih? Kamu kira aku kerja ga dapet penghasilan? Kamu kira aku kerja buat santai-santai?!” perempuan paruh baya itu terdengar ingin menangis. Laptop di depannya berakhir dengan mode sleep, terlalu lama tidak ia sentuh. Ia ingin menangis, setiap kali ia belajar tengah malam orangtuanya selalu ribut. Setiap kali ia ingin melakukan sesuatu, selalu terganggu dengan pertengkaran dan teriakan kedua orangtuanya. Anak perempuan itu mengambil eraphone dari laci meja belajar, ia terbiasa menaruh barang itu di sana agar saat ia membutuhkannya tidak perlu repot-repot untuk bergerak. Perempuan itu memakai earphonenya, memutar lagu dari band kesukaanya. Why am I alone-day6. Lagu itu berputar dengan keras, menutupi kebisingan malam itu. Memudarkan suara teriakan di luar sana. Anak perempuan itu bernama Briliani Ananda, seorang anak perempuan biasa yang selalu mengandalkan kerja kerasnya untuk hidup mandiri dan bertahan seorang diri. Ananda, semua teman-temannya memanggilnya dengan nama belakangnya. Ia enggan dipanggil brilian karena merasa tidak cocok dengan nama yang terlalu tinggi yang tidak sebanding dengan kapasitas otaknya. Ananda hidup dengan satu keluarganya, dengan kedua orangtuanya dan kakak perempuannya. Nanda hidup dengan keluarga yang terlihat cukup lengkap, tetapi tidak baginya. Setiap hari ia harus berhadapan dengan pedebatan kedua orangtuanya, dan bentakan dari kakaknya. Setiap hari, seorang diri. Karena sikap keluarganya, di rumah ia sangat menutup diri. Berbicara seadanya, bergerak seperlunya ketika keluarganya di rumah, dan bergerak bebas ketika keluarganya tidak berada di rumah. “ribut terus tu ga bosen apa ya mereka?” nanda menggelengkan kepalanya. Ia kembali menatap laptop di depannya, mengerjakan tugasnya. Sesekali menggaruk kepalanya gatal, karena bingung dengan isi soal yang dikerjakannya. “untung ya, ni tugasnya bahasa inggris. Coba kalo matematika, ya elah dah gue tinggal tidur ni tugas daritadi.” Nanda tetap berkutat sibuk dengan tugasnya, setelah 30 menit kemudian akhirnya ia sudah menyelesaikan tugasnya. “udah jam 2, gue cuman punya 3 setengah jam buat tidur. Yaudahlah.” Ia lalu menaiki ranjang dan menarik selimut menutupi tubuhnya, lambat laun nandapun tertidur. ****** Nanda sibuk dengan buku-bukunya, lupa memasukkan buku sesuai mata pelajaran sekolah hari ini. “duh anjir, ni buku fisika gue kemanaa” “duh buku paket buku paket pkn” “anjir kaos olahraga juga” ia repot pag-pagi hari. Dengan tergesa-gesa ia keluar dari kamarnya, membuat sarapan untuk keluarganya sebelum ia berangkat sekolah. Kebiasaan ini sudah ia lakukan, karena keluarganya sangat tidak peduli tentang kesehatan dan bagaimana keadaan rumah. Sesudah membuat nasi goreng dengan telur orak arik, ia menuang s**u hangat dan memasak air untuk membuat teh. Sembari menunggu, ia menyapu seluruh rumah dan memasukkan baju yang ada di keranjang kotor ke mesin cuci. Sesudah air mendidih, ia segera membuat teh 2 macam, teh pahit dan teh manis. Ayahnya suka manis dan mamahnya suka pahit. Sedangkan s**u coklat sudah siap untuk diminum kakaknya. setelah semua pekerjaan selesai, ia bersiap untuk menuju sekolah dengan menggunakan bus. Sementara orang rumah belum juga bangun, dia sudah melangkah keluar dari pintu. Dia sudah terbiasa melakukan semua pekerjaan ketika semuanya masih terlelap, enggan untuk menghadapi perdebatan yang tidak penting nantinya. Ia berangkat dengan membawa bekal dan air minum sendiri, dengan tujuan untuk menghemat uang sakunya sendiri. Tasnya cukup berat hari ini, karena ia membawa baju olahraga dan bekal serta buku paket yang menambah beban. Sebenarnya bisa aja sih nanda ninggalin semua buku paketnya di laci meja, tapi dia enggan ambil resiko untuk menanggung biaya buku hilang karena kelakuan teman teman laknatnya yang sembarangan. Nanda sudah berada di halte, ia duduk menunggu bus tiba dengan bermain hp. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30, perjalanan menggunakan bus menempuh waktu 15 menit. Ia menggunakan earphone yang ia taruh di saku. Bus akhirnya tiba, nanda melangkah maju untuk menaiki bus itu. Memilih tempat duduk di pinggir jendela, ia memutar lagu dari band luar kesukaannya sembari menikmati hembusan angin campur polusi yang ada di ibu kota. Bus terlihat ramai hari ini, sudah bisa diduga karena ini hari dimana para pekerja, siswa dan mahasiswa harus memulai aktivitasnya Hari senin, hari yang hampir dibenci oleh seluruh warga indonesia bahkan hampir seluruh masyarakat yang ada di berbagai belahan negara. Hari dimana semua penduduk memulai aktivitasnya lagi, berangkat kerja, berangkat sekolah, berangkat kuliah. Bertemu dengan atasan yang menyebalkan, bertemu dengan guru yang suka menunjuk random muridnya, ataupun bertemu dengan dosen killer yang sebelas dua belas sama garangnya dengan singa. Hari senin, hari yang melelahkan bagi hampir semua masyarakat. Lama kelamaan kantuk semakin menghampiri Nanda, ia tertidur dengan keadaan jendela di sebelahnya terbuka lebar. Lalu tidak lama kemudian, seorang laki-laki menaiki bus tersebut dan duduk di sampingnya. Setelah sadar jendela itu dapat membahayakan perempuan yang duduk di sampingnya, ia pelan-pelan menahan kepala Nanda dan menutup jendela agar perempuan itu aman. Lalu ia melepaskan tangannya dari kepala Nanda setelah memastikan kepalanya tidak membentur sesuatu. Laki-laki itu memandang Nanda sejenak. “cantik, tapi keliatan cape banget dia.” Batin laki-laki itu. “Oh masih SMA, SMA Alaska? Deket kampus gue berarti.” Setelah selesai memandang, laki-laki itu kembali memfokuskan dirinya pada Hpnya, mengecek apakah tugas kuliahnya tadi sudah masuk di situs web kampus atau belum. Setelah memastikan tugasnya sudah terkumpulkan, ia memasukkan hpnya kembali ke dalam saku yang berada di kantong kanannya. Perlahan ia menoleh ke perempuan yang duduk di sampingnya, senyum tipis muncul di wajah laki-laki itu. Bus berhenti di dekat kampus laki-laki itu, akhirnya ia turun terlebih dahulu. Bertepatan dengan langkahnya keluar, Nanda terbangun. Ia mengumpulkan kesadarannya, berharap kantuk itu hilang. “oh, masih di deket kampus ini.” Ia bergumam dengan pelan, lalu matanya tidak sengaja melirik ke arah pintu bus yang masih terbuka. Ia melihat seorang laki-laki tinggi yang baru turun, memakai pakaian serba hitam dengan sepatu converse yang lusuh. Saat ingin lebih jelas memerhatikannya, laki-laki itu tiba-tiba menghadap ke arah bus. Kedua pasang mata itu bertemu, tapi tidak lama kemudian, bus menutup pintu dan nanda tidak sempat melihat dengan jelas wajahnya. Nanda hanya bisa mengingat topi baseball hitam yang melambangkan inisial R dan mata hitam legam yang tajam menatapnya. “tu cewe bangun juga.” Laki-laki itu memandang bus yang perlahan menjauh. Senyum tipis, kembali muncul di wajahnya. Lalu tanpa ia sadari ia melirik ke jam tangan yang berada di tangan sebelah kirinya. “g****k, TELAT.” Ia segera berlari kencang setelah menyadari jam yang sudah mendekati angka 7, ada kelas pagi hari ini. Dosennya sangat baik hati sekali mau mengajar di pagi hari. ***** Akhirnya ia sampai di pemberhentian dekat sekolahnya, nanda berjalan dengan agak cepat karena jam sudah menunjukan waktu 6.55 sedangkan gerbang sekolahnya ditutup pukul 7 tepat. Dengan kaki yang panjangnya pas-pasan ia berhasil sampai di depan gerbang dan memasuki sekolahnya. Perjalanan melelahkan tidak hanya sampai di situ saja, nanda harus berjalan ke lapangan lalu menaiki tangga untuk menuju kelasnya yang berada di lantai 3. “ni kelas gue bisa pindah ga si, tiap hari jogging mulu gue perasaan.” Gerutu nanda sebal. Ia memasuki kelasnya, suasana sudah ramai dengan teman-temannya yang sibuk dengan bukunya. “oi nan” sapa seorang perempuan yang berada di belakang tempat duduknya. “ai oi ai oi, apaan?” “lo udah ngerjain fisika?” tanya Vina, perempuan yang tadi menyapa nanda. “hah? Emang ada tugas?” Nanda bertanya dengan bingung. “lah lo gatau? Ada njir 2 soal, tapi punya anak 5 sih.” “bukannya cuman bahasa inggris tugasnya?” “ngga nan, fisika juga. Buru nih salin punya gue, 5 menit lagi bu Yeni bakal masuk.” Dengan cepat nanda mengambil buku yang diberi oleh Vina, menyalin dengan tulisan yang agak susah dibaca karena kepepet. Ia harus menyelesaikan semua soal ini dalam waktu 5 menit, kalo ga guru fisikanya, bu Yeni bakal melontarkan kata kata mutiaranya. Suara ketukan sepatu hak tinggi mulai mendekati kelas, semua murid panik dan berlarian menuju tempat duduknya masing-masing. Setelah mereka sudah duduk rapi di tempat, bu yeni memasuki kelas. “pagi anak-anak” bu yeni mengucapkan sapaan pagi dengan nada ceria, tetapi berbanding terbalik dengan respon murid di kelas yang hanya membalas sapaan itu dengan lesu. Bu yeni mulai menaruh laptop, buku paket, dan seperangkat alat perangnya untuk mengajar di kelas hari ini. “bu yeni, minggu kemarin ada tugas” ucap seorang murid perempuan dari bangku tengah yang kemudian diiringi tatapan horror siswa bangku depan dan bangku belakang. “caper” batin semua siswa yang ada di kelas, semuanya mendesis kesal. Baru saja bu yeni hendak lupa. “oiya, saya lupa. Terima kasih fira karena sudah mengingatkan.” Bu yeni sudah duduk di kursi guru, perlahan menatap semua murid satu persatu. Matanya melirik mencari mangsa, memilih siapa yang akan dia tunjuk untuk mengerjakan tugasnya hari ini. Semua murid menunduk, berpura-pura sibuk mengerjakan sesuatu. Lalu mata itu tidak sengaja bertemu pandang dengan nanda secara tidak sengaja, bu yeni menarik senyum tipis memandangnya. Nanda sudah membatin, pasti akan ada hal buruk di pelajaran ini. Apalagi dia tidak sempat mengerjakan tugas dan hanya main asal contek tanpa tau asal muasal hasilnya. “pasti gue nih.” Nanda membatin. “iya murid di sana, bangku paling pojok. Briliani Ananda, silahkan maju kerjakan tugas saya ke depan” ucap bu yeni dengan tegas. Nanda menghela nafas, siap-siap dia akan kena semprotan yang dahsyat dari guru yang ada di kelasnya saat ini. Dia mulai berjalan ke depan kelas, sambil menenteng buku catatan dan tugasnya. Setelah ia berada di depan kelas dan hendak mengerjakan, kalimat horror lain dari bu yeni terucap. “tidak boleh membawa buku, buku catatan dan tugas kamu kasih ke saya. Saya akan mengecek tugas kamu satu-satu dan catetan kamu selama pelajaran saya. “mati.” Hanya butuh satu kata untuk menggambarkan suasana yang ada. Nanda hanya menulis seadanya, dan catatannya tergolong seperti cacing kepanasan. Dia merinding membayangkan bagaimana respon bu yeni, guru yang terkenal akan sifat tegas dan kerapihannya setelah membaca semua isi catatannya. Dengan ragu-ragu ia mendekati bu yeni untuk memberikan catatannya. “jalannya dicepetin.” Bu yeni mengatakan kalimat itu dengan nada pelan tapi menyindir. Nanda langsung berlari kecil untuk mempercepat langkahnya. Setelah itu, dengan cepat ia membalikkan badan menjauh. “wallahu alam.” Nanda hanya bisa menguatkan mentalnya, karena dia siap akan dicerca dengan kalimat pedas gurunya. “cepetan dikerjain.” Dengan melihat bu yeni yang fokus men-judge catatannya ia mencuri-curi pandang ke teman sebangkunya sampai berhasil mengerjakan separuh soal, namun keburuntungan nanda ternyata habis hanya sampai situ saja karena dikejutkan dengan teriakan keras bu yeni. “YANG MEMBANTU NANDA SAYA AKAN MINUS 50” Semua murid di kelas langsung terdiam, nilai tugasnya saja belum tentu mendapat 50. Jika mereka membantu nanda, maka nilainya akan minus dan otomatis akan masuk kedaftar murid remed tersayangnya bu yeni yang akan diajar dengan tulus sepenuh hati. Alias mereka akan diberikan hukuman menulis ulang minimal 5x. Satu soal bu yeni saja sudah beranak pinak dari a sampai e, disuruh nulis ulang sampe 5x? mereka hanya bisa berdoa semoga tidak mendapatkan gilirannya saat ini. Nanda mengerjakan soal yang berada di papan tulis dengan tangan gemetar, berusaha mengingat semua jawaban yang dia tulis tadi di buku. Semua teman menatapnya cemas, mereka ikut merasakan suasana sesak karena melihat tangan nanda yang sudah seperti itu. Suasana bertambah mencekam ketika suara sepatu hak tinggi bu yeni sudah berbunyi, bu yeni mendekati nanda dengan tangan yang berada di depan d**a. Mengamati anak didiknya dari belakang langsung. Nanda semakin berkeringat dingin, merasakan adanya tatapan horror yang memandangnya dari belakang, jika bisa dideskripsikan seperti di komik, punggung nanda sekarang sudah berlubang karena ditatap tajam oleh bu yeni. Lalu bu yeni memecahkan suasana hening itu, bukan memecahkan sih tapi lebih tepatnya menambah suasana horror sehingga para murid meringkuk di mejanya masing-masing. “Ananda? Bisa atau tidak kamu mengerjakan soalnya?” Nanda hanya berdiam diri mematung tidak menjawab pertanyaan bu yeni, sehingga menambah deg-degan hati semua murid yang ada di kelas. “kalo kamu ini tidak bisa mengerjakan soalnya, terus bagaimana cara kamu mengerjakan pr saya?” bu yeni bertanya dengan tegas. Nanda masih terdiam. “Briliani Ananda, saya bertanya kepada kamu. Dan setau saya, kamu masih mempunyai mulut.” Semua murid tidak ada yang berani bergerak di mejanya masing-masing. “nyontek bu.” Nanda menjawab pertanyaan bu yeni dengan suara kecil yang hampir tidak terdengar. “saya tidak dengar. Ulangi pernyataan kamu barusan.” Bu yeni sudah melotot horror memandangnya. Nanda semakin menundukan kepalanya, walaupun ia tadi sudah bersiap diri untuk menghadapi situasi ini tadi tetap saja ia kena mental. “menyontek teman bu.” Usai mendengar pernyataan nanda, bisa diibaratkan bu yeni sudah mengeluarkan tanduknya. Nanda sudah berkomat kamit mengucap sholawat dan doa doa apa saja yang bisa ia lafalkan, ingin segera lari dari situasi ini. Bu yeni memutar badan menghadap semua teman kelasnya. “ulangi pernyataan kamu sekali lagi dengan keras, supaya teman teman kamu di sini bisa mendengar.” “saya bisa mengerjakan tugas dengan cara menyontek teman bu.” “kalian tau apa peraturan pelajaran saya?” bu yeni memandang tajam semua murid yang ada di kelas. “tahu bu.” Semua murid menjawab dengan suara kecil. “JAWAB DENGAN BENAR.” Bu yeni berkata dengan keras yang membuat semua murid ikut berteriak. “TAHU BU.” “kalo tahu, sebutkan.” “Satu, tidak boleh menguap ketika pelajaran. Dua, tidak boleh telat memasuki kelas, baik itu 1 menit ataupun berjalan di belakang ibu ketika masuk kelas. Tiga, tidak boleh menyontek ketika ulangan. Empat, tidak boleh menyontek pekerjaan teman.” Semua murid dengan kompak menyebutkan kontrak belajar dengan bu yeni. “saya kira kalian semua sudah paham, tapi kenapa masih ada yang menyontek?!” bu yeni menatap satu persatu murid di kelas. “saya tahu kalian pasti tidak semuanya mematuhi peraturan ke empat, saya sudah menduga dari awal. Tetapi harapan saya, walaupun kalian menyontek sebisa mungkin bertanya dengan teman yang mengerti. Jangan asal menyontek dan tidak tahu asal muasal jawaban semua itu. Setidaknya saya butuh usaha kalian, PAHAM?” “PAHAM BU.” “apakah kamu paham Briliani Ananda?” bu yeni membalikkan badan, menghadap ke Nanda. “paham bu.” Nanda menjawab dengan anggukan kepala. “yasudah kembali ke tempat duduk kamu.” “baik bu.” Setelah nanda berjalan dan hampir sampai ke tempat duduknya, Bu yeni membuat nanda menghentikan langkahnya. “oiya Ananda, jangan lupa menulis soal tersebut ya. Ga banyak ko, cuman 7x. dikumpulkan kepada saya besok pagi ke kantor guru sebelum pukul 6.45 ya. Hukuman kamu tidak akan saya terima, jika saya sudah duduk di meja guru. Ingat baik-baik.” Perkataan bu yeni itu membuat nanda semakin menurunkan bahunya. “dan satu lagi, perbaiki tulisan kamu. Mata saya sakit melihat tulisan kamu seperti tulisan ceker ayam. Saya ga bisa baca tulisan kamu.” Perkataan itu membuat nanda merebahkan kepalanya ke meja sambil menghela napas lelah. Setelah 5 detik nanda merebahkan kepalanya, suara menggelegar membangkitkan energinya kembali. “JANGAN TIDUR NANDA, APA SAYA TAMBAH HUKUMAN KAMU LAGI?1” “SIAP BU, TIDAK.” Nanda menjawab dengan gelagapan. Gila saja kalo nambah hukuman lagi. Menulis soalnya saja sudah membuat tangannya pegal, ditambah ini harus menulis jawabannya sebanyak 7x. Lalu bu yeni melanjutkan pelajarannya dengan suasana kelas yang tenang, dan mencekam. Setelah 1 jam kemudian, ia baru menyelesaikan materinya dan keluar dari kelas. “oi nan, mau ke kantin gak?” vina bertanya kepada nanda yang sibuk mengerjakan hukuman dari bu yeni tadi. “ngga dulu deh vin, ntar ga keburu.” Nanda menjawab sambil tetap fokus dengan pekerjaannya. “yaudah, lo mau nitip?” “engga.” “beneran gamau nitip nan?” Jenan, teman laki-laki yang bisa disebut sahabat nanda itu bertanya memastikan. “yoi je, lo sama vina duluan aja gapapa. Sana buru, nanti keburu rame.” “yaudah gue sama vina ke kantin dulu, ntar kalo mau nitip apa apa chat aja.” “okee ntar gampang.” Setelah itu nanda kembali sibuk berkutat dengan pekerjaannya, menulis hukuman dari bu yeni. Tring Tringg Terdengar suara notifikasi w******p dari David, cowo yang berstatus pacar nanda. Yah, nanda bukan cewe yang bisa dibilang jelek. Dia masih bisa layak dipandang ko, nanda memiliki kulit putih bersih, hidung mancung, dengan rambut yang panjang. David Nan, kantin gakk? Aku ini mau ke kantin. Nanda Ga deh dev, aku masih harus ngerjain hukuman dari bu yeni. David Yaudah. Setelah membaca pesan David, nanda kembali sibuk. Tidak membalas lagi, karena menurutnya pesan itu gaperlu dibalas, lagian juga bingung dia harus membalas apa. Pasti akhirnya juga akan sama sama berakhir dengan simbol dua centang biru. Perutnya terasa lapar, nanda baru ingat jika ia membawa bekal tadi pagi. Ia segera memakannya, mengingat jam istirahat tinggal 7 menit lagi. Nanda memang mempunyai kebiasaan membawa bekal, membantunya menghemat uang jajan. Tetapi kadang juga ia pergi ke kantin bersama Vina dan Jevan ataupun pacarnya David. Hanya sekedar membeli roti untuk mengganjal perutnya. Nanda harus menghemat semua uang yang diterimanya dari orang tuanya, lebih tepatnya sih ga digunakan. Karena semua uang yang nanda terima, dia simpan di rekening tabungannya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.9K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
44.9K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook