bc

Cinta Sendiri

book_age16+
10.6K
IKUTI
141.2K
BACA
family
love after marriage
arrogant
single mother
drama
polygamy
like
intro-logo
Uraian

Zahra Ayunda. Tak pernah menyangka jika di malam pertama pernikahannya, tanpa sengaja ia mengetahui bahwa suaminya Revan Atmadeva telah salah menikahinya. Rara Agni Gupita, wanita yang sesungguhnya di cintai Revan sejak awal Revan melihatnya. Yang tak lain adalah sepupu Zahra.

Bagaimana itu bisa terjadi? Bagaimana akhir kisah mereka?

Cover by Andros Luvena

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Perjodohan (Zahra)
Pagi sekali Bunda sudah membangunkanku. Padahal ini hari Minggu, waktu yang tepat untuk bermalas-malasan. Tapi rencanaku gagal sudah, karena pagi ini harus menemani Bunda untuk menghadiri pengajian di rumah sahabatnya. Aku yang terbiasa menggunakan celana jeans dan kaus oblong, harus rela menggantinya dengan gamis dan kerudung yang terlalu kedodoran. Tapi tidak bagi Bunda. "Bun, nggak bisa ya aku pakai kaus saja?" rengekku pada Bunda. "Aneh kamu, ya nggak matching lah, masa mau ke pengajian pakai kaus." "Tapi aku nggak nyaman Bun, apalagi kerudungnya kegedean." "Itu bukan kegedean, memang modelnya seperti itu. Masa nggak bisa membedakan mana kedodoran, mana yang disebut syar'i. Sudah, nurut saja sama Bunda." Dengan berat hati, akhirnya aku menuruti Bunda. Hari ini Ayah masih ada pekerjaan di luar kota. Karena aku anak tunggal, akhirnya aku dan Bunda hanya pergi berdua ke pengajian itu. *** Setibanya di sana, aku langsung berkenalan dengan sahabat Bunda. Namanya Tante Maryam. Aku juga mengenalkan diri. Oh iya, namaku Zahra Ayunda. Bunda biasa memanggil Rara. Sekarang usiaku 21 tahun. Sedang kuliah di jurusan kedokteran. Aku itu sedikit tomboy, dan sedikit cuek dengan hal yang berbau keagamaan. Makanya waktu Bunda menyuruh memakai gamis, aku sedikit tidak setuju. "Rara, Tante," ucapku sambil menjabat tangan Tante Maryam. "Rara cantik ya, pengen deh punya menantu seperti Rara." Ucapan Tante Maryam langsung membuat pipiku memanas. Entah kenapa demikian. Tidak mungkin kan, aku ke-geer-an berharap dijodohkan dengan anak lelakinya. Belum tentu juga beliau punya anak laki-laki. Setelah mengobrol, aku putuskan untuk membantu Tante Maryam. Begitu juga dengan Bunda. Tepat bada Zuhur, pengajian selesai. Setelah semua sudah kembali rapi, kami duduk di ruang tengah. Sambil bercerita, dan sesekali diselingi gurauan. "Kamu kuliah ambil jurusan apa, Ra?" tanya Tante Maryam. "Kedokteran, Tante." "Wah, calon dokter dong, ya?" "Insya Allah, Tante." "Nanti kalau sudah lulus, ambil praktik di rumah sakit kami saja, Ra." "Keluarga Tante punya rumah sakit?" "Alhamdulillah iya, kebetulan kan suami dan anak Tante dokter. Makanya, karena hari ini pas jadwal mereka jaga, jadinya nggak bisa ikut pengajian. Tapi sebentar lagi pasti mereka pulang," jelas Tante Maryam panjang lebar. "Oh. Tapi itu juga masih lama kok, Tan. Masih harus koas juga." "Makanya Tante kasih tahu kamu dulu, Ra ...." "Iya, Tante." Tidak sampai setengah jam, terdengar mobil berhenti di depan rumah. Tante Maryam pun langsung berdiri dari duduknya untuk menyambut anak dan suaminya. Kami yang berada di ruang tengah langsung berdiri begitu melihat mereka mendekat. Terutama aku dan Bunda. Suami Tante Maryam terlihat sumringah. Tapi tidak dengan anaknya. Dia terlihat, Kaget? Entahlah, ini adalah pertemuan pertama kami. Aku langsung menjabat tangan Om Surya, suami Tante Maryam. Begitu juga dengan Bunda. Setelah itu aku menjabat tangan Revan, anak Tante Maryam. Sambil mengucapkan namaku, "Rara ...." Entah kenapa aku merasa pandangan matanya mengunci mataku. Untuk sekian detik aku terpesona pada ketampanannya. Sampai ucapan Tante Maryam mengagetkan kami. "Wah, wah, wah, kayaknya ada yang saling terpesona, nih." Aku salah tingkah. Tapi tidak dengan Revan. Malahan dia tak hentinya menatapku, sampai membuatku jengah. "Bagaimana kalau kalian kami jodohkan?" Ucapan Tante Maryam sontak membuat mataku melebar. "Aku setuju, Ma ...." Seketika mulutku ternganga mendengarnya. Pasti dia bercanda. "Apa, Van? Kamu serius, kan?" tanya Tante Maryam pada Revan. "Iya, Ma, aku serius." Apa-apaan ini, kenapa mereka seolah tidak menganggapku. "Bagaimana Lis, kamu setuju kan, kalau kita jadi besan." Sekarang giliran Bunda yang Tante Maryam tanyai. "Kalau aku sih, terserah anak-anak aja, Mar," jawab Bunda sambil tersenyum ke arahku. "Pasti kamu mau kan, Ra?" Nah loh, pede banget ya si Tante Maryam. "Eh, ah ... anu Tante ...." Aku bingung harus menjawab apa. "Jangan buru-buru Ra, kamu pikirin dulu. Sekalian nunggu ayah kamu dari luar kota." "Iya, Tante." "Ya udah Mar, Mas Surya, Revan ... udah sore, kami pamit pulang, ya." "Eh iya, keasyikan ngobrol jadi lupa waktu. Biar Revan antar, ya?" "Makasih, Tante. Tapi kami bawa mobil, kok." "Oh, ya sudah kalau begitu." "Rara pamit Tante, Om, Mas Revan." "Hati-hati nyetirnya, Ra ...." "Iya, Om." Setelah itu aku mencium tangan Om Surya dan Tante Maryam kemudian menjabat tangan Revan. Begitu juga dengan Bunda. "Jangan lupa kalau ayah Rara udah pulang kasih kabar ya, Lis." "Iya, Mar, tenang saja. Pasti aku kabarin." *** Sesampainya di rumah, "Bun, Bunda nggak serius kan mau jodohin aku?" tanyaku pada Bunda. Berharap apa yang tadi menjadi bahasan di rumah Tante Maryam hanyalah sebuah candaan. "Loh, kenapa nggak, Sayang? Lagian usia kamu juga udah pantas kok untuk menikah. Revan itu baik lho, Nak. Dan udah punya pekerjaan tetap juga. Jadi Bunda nggak khawatir kalaupun harus lepasin kamu." "Ih, Bunda ... kaya aku hewan piaraan aja dilepasin ...," jawabku sambil memanyunkan bibir. "Bukan begitu maksud Bunda, Sayang, Bunda hanya ingin yang terbaik aja buat kamu ...," ucap Bunda sambil mengelus kepalaku sayang. Aku memejamkan mata menikmati elusan Bunda. "Iya Bunda, Rara tahu. Rara janji akan lakukan apa pun, yang penting Bunda bahagia." "Jangan cuma Bunda yang bahagia, kamu juga harus bahagia." "Iya, Bunda ...." *** Esoknya Ayah pulang dari luar kota. Sesuai janji Bunda pada Tante Maryam, Bunda langsung menghubungi beliau. Dua hari kemudian, keluarga kami bertemu. Ya, perjodohan itu akhirnya terealisasi. Aku tidak dapat menolak. Karena aku tidak ingin mengecewakan mereka. Apalagi Revan sepertinya sangat menginginkan perjodohan ini. Padahal ini baru kali kedua kami bertemu. Pukul setengah sepuluh malam, mereka pamit untuk pulang. Setelah mendapat hasil rundingan tentunya. Dua bulan dari sekarang, kami akan menikah. Dan mereka memutuskan untuk tidak mengadakan pertunangan secara resmi. Hhh, rasanya seperti mimpi. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri. *** Dua bulan ini, aku benar-benar sibuk. Karena harus memesan gaun, cincin, juga undangan. Belum lagi aku harus ke WO untuk menentukan konsep pernikahan bersama Revan. Untungnya, aku sedang libur semester, jadi lebih leluasa untuk melakukan semua itu. Tanpa harus meminta izin ke kampus. Hampir setiap hari kami bertemu. Entah mengapa aku mulai merasa nyaman dengannya. Bagaimana tidak, jika dia memperlakukanku dengan amat manis. Orang yang tidak tahu pasti akan menganggap jika kami adalah sepasang kekasih yang telah lama menjalin hubungan. Saat ini, kami sedang berada di mobil. Dalam perjalanan pulang ke rumah Revan. Jam dua siang. Cuaca hari ini benar-benar panas. Belum lagi jalanan ibu kota yang selalu macet, membuat mood-ku benar-benar buruk. Aku menggerutu sebal. Revan yang melihatku hanya tersenyum sambil mengacak rambutku. "Kenapa, Sayang? Hm?" tanyanya. "Nggak apa-apa. Kesel aja!" jawabku sedikit ketus. "Kesel? kenapa?" "Udah panas, pakai acara macet lagi ...." "Ya, memang setiap hari seperti ini, kan?" "Iya, sih." Hening. "Sayang," panggil Revan lembut. Aku yang sedang asyik memperhatikan jalan, langsung menengok ke arahnya. "Hm?" "I Love You ...," ucap Revan, kemudian membawa tanganku ke bibirnya lalu menciumnya. Seketika hatiku menghangat. Aku tersenyum bahagia. **** Hallo ... saya sedih ketika di komentar cerita saya ini, ada yang menawarkan pdf ilegal. Kalau merasa keberatan di koin, kan bisa mengumpulkan koin gratis setiap harinya. FYI, pdf yang beredar itu versi lama, ya ... jadi kalaupun beli, ya percuma. Isinya nggak sama seperti yang di Dreame dan Innovel ini. Mubadzir jadinya. Versi Dreame hanya ada di aplikasi dan web resmi. Semoga teman-teman pembaca lebih bijak. Terima kasih ....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.7K
bc

PATAH

read
515.2K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

Noda Masa Lalu

read
183.8K
bc

Pengganti

read
301.8K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.9K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook