Kupandang kepergian Mas Rasya dan istrinya dengan nanar. Kedekatan mereka sungguh membuatku iri juga kesal. Kalau tahu Mas Rasya bakal bersikap begini kasar padaku, tentu waktu itu tak akan kuberikan obat pereda sakit pada istrinya, tapi beli obat penggugur kandungan sekalian. Waktu itu saat melihat Puspita pendarahan, tiba-tiba aku begitu kasihan, dan membayangkan seandainya aku di posisinya. Pasti sangat menyakitkan. Tapi kini, perbuatan Mas Rasya barusan membuatku menyesal. Sungguh tak nyaman rasanya tubuhku yang bau bakso ini. Rasanya begitu lengket dan memuakkan. Tiba-tiba, aku membayangkan kami sudah menikah, Mas Rasya memperlakukanku layaknya seorang majikan yang kejam pada pembantunya. Bagaimana kalau nanti setelah kami menikah Mas Rasya menjadi suami yang kejam dan mengerikan?

