bc

RAJENDRA

book_age18+
16
IKUTI
1K
BACA
dark
powerful
brave
drama
tragedy
comedy
sweet
mystery
lies
crime
like
intro-logo
Uraian

Hidup Davina kini memasuki babak baru dimana ia harus menikah di usianya yang masih muda dengan Rajendra Yudha Dirgantara karena tragedi kecelakaan yang menimpa Ibunda Rajendra. Terlebih saat Davina menyadari banyak teka-teki dan juga rahasia yang disembunyikan oleh Rajendra yang ternyata adalah ketua dari sebuah organisasi mata-mata. Ini tentang memperjuangkan mana yang salah dan mana yang benar, tentang kekeluargaan, kekompakan, dan juga kebersamaan.

chap-preview
Pratinjau gratis
01 - Dia Rajendra
Teeettt... Teeettt... Tepat di jam 09.15, bel istirahat berbunyi, dan seperti biasa seluruh murid berbondong-bondong keluar kelas dengan penuh suka ria untuk menuju kantin dan memanfaatkan waktu istirahat yang ada. Begitu juga dengan seorang siswa tampan di kelas 12 IPA 1 bernama Rajendra Yudha Dirgantara atau yang sering disapa Aje oleh orang-orang terdekatnya. Pria itu tengah melangkah keluar kelas menuju kantin bersama kedua sahabatnya. Ketiga manusia itu berjalan beriringan berjejer memenuhi koridor tanpa dosa. Dan sepertinya pemandangan seperti ini sudah lumrah terjadi di sekolah itu. Buktinya banyak siswa yang terlihat santai saja tak mengomel dan justru mendahului mereka bertiga melalui sisi kiri tanpa permisi. "Gue gak ngerti materi apa-apa anjir tadi di kelas." gerutu Kevin Gevano, teman sebangku Rajendra. "Makanya ni rambut dipotong dulu biar ilmunya cepat masuk ke otak. Orang rambut lo aja udah kaya sarang burung, yang ada ilmunya nyangkut di rambut terus ilang ketiup angin." sahut Rivo Andrean yang juga menjadi salah satu teman dekat Rajendra. Kevin mendorong kepala Rivo dengan begitu mudahnya dan tanpa rasa bersalah. Tak ada rasa sakit hati di antara mereka berdua karena mereka selalu seperti ini jika bercanda, mereka tak pernah memasukkannya ke dalam hati. "Gini-gini gue wakil mayor di GOJA." ujar Kevin membanggakan diri. Yaps, GOJA singkatan dari GANG OF JAGUAR AARDWOLF. Suatu organisasi mata-mata yang Rajendra, Kevin, dan Rivo bentuk. Bermula dari Kevin yang dulu memata-matai mantan kekasihnya yang selingkuh di belakangnya. Tapi ternyata hal tersebut diketahui oleh paman Rajendra yang bekerja sebagai seorang polisi, dan ternyata dia membutuhkan bantuan GOJA dalam membantunya mengusut suatu kasus. Dan kini GOJA sudah berkembang pesat memiliki hampir 300 anggota yang terdiri dari siswa SMA yang didominasi siswa laki-laki dari beberapa SMA di kota ini. Dan mereka bertiga adalah pilar utama di dalam GOJA. Dimana Rajendra menjabat sebagai mayor dan ketua seluruh tim, Kevin dan Rivo sebagai wakilnya. "Dih pegang petasan aja meledak di tangan." sarkas Rivo. "Hahahaha." tawa mereka berdua. Menyadari ada yang berbeda dari gerak-gerik sang ketua GOJA yang sedari tadi hanya diam saja tak ikut tertawa bersama, Rivo berinisiatif untuk menanyakan apa yang terjadi kepada Rajendra. "Kenapa, Je? Ada job lagi?" Rajendra melirik ke arah Rivo di sela-sela langkahnya menuju kantin. Banyak siswi melihat ke arah Rajendra dengan penuh damba. Tubuhnya yang tinggi dan memiliki wajah yang tampan, rambut berwarna hitam agak kecoklatan, dan juga sorot mata yang tajam menambah pesona seorang Rajendra di mata para siswi di sekolah ini. "Iya, Je, dari tadi gue perhatiin lo diem terus. Bisu lo?" interogasi Kevin. Tampaknya Rajendra enggan untuk menjawab pertanyaan teman-temannya saat ini. Ia rasa di sini bukanlah tempat yang tepat untuk memberi tahu teman-temannya tentang apa yang ada di pikirannya saat ini. "KAK JENDRA!!" histeris adik kelas Rajendra yang sudah menunggu kehadiran Rajendra di kantin sedari tadi. Rajendra memang bisa dibilang hits dan terkenal di sekolahnya, namun popularitasnya masih kalah jauh dari geng pembuat onar di sekolah ini yang anggotanya didominasi oleh siswa tampan. Rajendra, Kevin, dan Rivo pernah ditawari untuk masuk dan menjadi anggota dari geng tersebut namun mereka bertiga menolak tegas karena mereka malas berurusan dengan geng VOZCA yang selalu membuat keributan. "Eh gantian dong! Aaa! Kak Kevin, gitu. Bosen gue Kak Jendra mulu." pinta Kevin kepada adik kelas yang meneriaki nama Rajendra tadi. "Idih! 50ribu dulu baru kita panggil nama Kakak." balas adik kelas yang justru memalak Kevin. "Je, lo mau makan apa?" tanya Kevin pada Rajendra. "Bakso aja." jawab Rajendra dengan cepat. "Dih! Lo kalo beli bakso, baksonya gak pernah dimakan lo cuma minum kuahnya doang. Psikopat lo sumpah!" sarkas Kevin dengan nada menghina. "Hahaha, iya bener psikopat banget, dia yang beli bakso kita yang makan." sambung Rivo setuju. Rajendra tak merespon perkataan mereka, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang kosong disini. Hari ini adalah hari yang suram baginya. Begitu juga nasibnya ke depan setelah keluarganya membahas wasiat almarhumah sang mama malam tadi. "Huh!" helaan nafas Rajendra terdengar begitu berat. Ia menoleh ke arah belakang dan melihat kedua temannya datang mendekat ke arahnya membawa satu mangkok bakso yang ia minta. "Nih, makan, Je." ujar Rivo meletakkan mangkok putih berlogo ayam jago di hadapan Rajendra. "Kuah doang?" tanya Rajendra keheranan. "Iya sengaja gue pesenin kuahnya doang khusus buat si psikopat." balas Kevin sarkas. "Untung temen." gumam Rajendra yang kini mulai mengaduk kuah baksonya dengan sambal. "Gratis kata abangnya." "Pinter kan kita?" ungkap Rivo merangkul pundak Kevin dan membanggakan diri mereka di hadapan Rajendra. "Kalian gak makan?" tanya Rajendra kepada kedua sahabatnya. Rivo dan Kevin saling bertatapan dan terkekeh tanpa dosa. "Lo kaya gak kenal kita aja, Je, uang saku kita kan ditahan 3 bulan." Tanpa mengucapkan sepatah katapun Rajendra segera mengeluarkan 2 lembar uang 100 ribu untuk mereka.Tatapan Rivo dan Kevin berubah menjadi begitu bahagia dan berbinar melihat uang yang Rajendra berikan. "Makasih, Bos." seru Kevin dan Rivo bersamaan. "Vin, gue nasi goreng ya!" kata Rivo, Kevin mengangguk dan melangkah menjauh untuk memesan makanan. "Je, lo mikirin apa sih?" "Penyerangan besok?" selidik Rivo. "Gak, Vo." jawab Rajendra dingin. "Je, gila kali lo! Gue kenal lo dari SD, dan baru kali ini gue liat lo murung kaya gini." "Vo, gue pesenin es teh aja ya biar gak kelamaan." kata Kevin yang baru saja kembali seraya meletakkan pesanan Rivo di meja, dan kini ia duduk di hadapan Rajendra yang terlihat begitu frustasi. "Je, cerita, Je." ucap Rivo sedikit memaksa karena bagaimanapun juga ia adalah sahabat Rajendra. Ia ingin menjadi tempat untuk Rajendra berbagi cerita. Rajendra menatap ke dua temannya secara bergantian, dan meyakinkan dirinya untuk bercerita tentang hal ini kepada teman-temannya. "Gue dijodohin." tegas Rajendra. "Hah?!" kaget Kevin dan Rivo mencelos secara bersamaan. Suara Kevin dan Rivo yang cukup besar membuat perhatian banyak murid yang ada di kantin ini memusatkan pandangannya kepada tiga pilar utama GOJA. "Lo berdua bisa diem gak?" sarkas Rajendra. "Hehe, iya maaf, kok bisa? Dijodohin sama siapa?" Rivo terkekeh dan menyengir kuda. "Davina." jawab Rajendra dengan cepat. "Uhuk uhuk!" Kevin tersedak saat mendengar nama Davina disebut oleh Rajendra. "Dia punya gue!" ucap Kevin tak terima saat mendengar Davina lah yang akan dijodohkan dengan Rajendra. Plak! Rivo memukul bahu Kevin dengan cukup kencang, "Enak banget tu mulut ngomongnya, dia punya gue!" ujar Rivo yang juga tak terima dengan ucapan Kevin yang mengaku jika Davina adalah miliknya. Ya, memang kedua manusia berisik itu sangat mengagumi kecantikan yang dimiliki oleh Davina. "Kita gak terima, Je. Lo rebut dia dari kita!" papar Kevin dan Rivo bersamaan. Rajendra memilih untuk menyenderkan punggungnya di kursi. Tatapannya kini kosong dan mengarah lurus ke depan. "Huh.." "Eh tapi kok bisa lo dijodohin sama dia?" tanya Kevin ingin tahu. "Ya, secara seorang Rajendra, dijodohin sama Davina. iya gue akui dia cantik banget. Tapi dia korban bullying di sekolah ini. Lo tau sendiri kan?" tanya Kevin. Rivo mengangguk setuju. "Iya Je, hampir semua anak bully dia sampe kepala sekolah aja gak suka sama Davina cuma gara-gara dia cantik banget." jelas Rivo. Rajendra menggelengkan kepalanya dan menaikkan kedua bahunya, mau bagaimana lagi ia harus melakukan hal ini demi almarhumah mamanya. "Keluarga Davina udah tau, Je?" Rivo yang penasaran pun terus menanyakan pertanyaan yang lebih mengarah ke interogasi. Rajendra mengangguk mantap. "Udah." "Terus lo udah coba ngomong sama Davina?" "Belum." jawab Rajendra apa adanya. "Kayanya si dia gak mau deh." celetuk Kevin. Alis Rivo mengkerut seketika menanggapi celetukan Kevin, "Kenapa?" "Karena dia maunya cuma sama gue." Plak! Rivo menepuk kencang pundak Kevin, "Halu aja terus!" ketus Rivo tak terima dengan ucapan ngawur Kevin. Kevin sendiri hanya terkekeh tanpa berdosa. "Terus alasan lo dijodohin sama Davina apa?" Rivo lanjut bertanya. "Wasiat almarhumah mamah gue. Sebelum mama meninggal, dia minta gue nikah sama Davina karena Davina yang bantuin bawa mama ke rumah sakit waktu kecelakaan itu." jelas Rajendra menceritakan semuanya. Kedua sahabat Rajendra saling pandang dan menatap iba Rajendra. "Kalo itu permintaan almarhumah Tante Dira kita gak bisa lakuin banyak hal selain nurutin keinginan Mama lo, Je." ujar Rivo. Rajendra mengangguk ia setuju dengan perkataan Rivo. Karena bagaimanapun juga pernikahan itu adalah wasiat terakhir mamanya. "Gue gak kenal sama Davina masalahnya." ucap Rajendra dengan nada bicara yang melemah. "Urusan itu biar kita yang urus. Sekarang yang harus lo lakuin coba omongin hal ini sama Davina." sahut Kevin. Rajendra menganggukkan kepalanya dan meyakinkan dirinya bahwa ia bisa memenuhi keinginan terakhir sang mama. "Eh HP gue ketinggalan di kelas ayo balik. A1!" kata Rajendra. Arti dari A1 yang sempat Rajendra sebutkan tadi adalah salah satu kode rahasia yang hanya dimengerti oleh anggota GOJA. Banyak sekali kode rahasia yang hanya dimengerti oleh anggota GOJA. Dan kode-kode itu harus dihafal dan diingat oleh seluruh anggota terlebih saat GOJA turun lapangan dan mengurus suatu kasus. Beberapa kode yang harus dipahami dan diingat oleh anggota GOJA. - A1 : emergency / keadaan darurat. - B1 : untuk memberitahu bahwa kondisi lapangan aman untuk melakukan penyerangan. - X5 : Aba-aba dimana seluruh anggota standby di tempat masing-masing yang sudah direncanakan. - Tiger : Digunakan untuk memberitahu seluruh anggota untuk berkumpul. - Lion : aba-aba yang biasa Rajendra gunakan saat melakukan aksi di lapangan untuk menyerang atau menangkap korban sesuai permintaan klien. Dan melakukan penyerangan. - K8 : Aba-aba bahwa kondisi lapangan tidak aman atau ada pihak lain yang sudah mengetahui keberadaan GOJA. - 90 : aba-aba untuk melindungi diri dan lari. - Bat : Lakukan pengintaian/pengawasan. - Do : Lakukan. Mengerti akan kode yang Rajendra ucapkan Kevin dan Rivo dengan cepat menghabiskan makanannya. Lalu bangkit dari duduknya menghampiri Rajendra yang sudah lebih dulu meninggalkan area kantin. "Kak Jendra." seperti biasa Rajendra selalu mendapat sapaan manis dari para siswi, banyak yang mengidolakan Rajendra karena kecerdasan dan juga ketampanannya. Namun di balik semua itu semua ada sisi gelap Rajendra yang tak banyak orang tahu. Bisa dibilang karena perintah Rajendra lah banyak nyawa berhasil melayang oleh anggota GOJA. Di satu sisi GOJA bukan lah sembarang organisasi mata-mata yang dengan mudah melakukan penyerangan. GOJA tak akan menyerang siapapun jika calon sasaran tidak bersalah. Sebelum melakukan aksi turun lapangan, GOJA akan melakukan penyelidikan terlebih dahulu bersama paman Rajendra beserta timnya dan menjunjung tinggi kebenaran. 'Yang salah harus mendapat hukuman dan yang benar akan dibela' itulah semboyan GOJA. "Je, siapa emang kliennya?" tanya Rivo sedikit berbisik. "Keluarga yang anaknya dibunuh." jawab Rajendra di sela-sela langkahnya. "Motifnya?" "Dendam lama, masih proses penyelidikan." jawab Rajendra dengan cepat. Ketiga pilar utama GOJA terus berjalan menyusuri lorong kelas untuk kembali ke kelas. "Ikut kita lo!" "Lepasin!" Di tengah-tengah langkahnya mereka harus dihadapkan dengan beberapa siswi yang tengah menyeret paksa seorang gadis menuju depan gudang. "Bullying lagi.." kesal Rivo menggembungkan pipinya kesal. Kasus bullying di sekolah ini adalah hal yang wajar dan sering terjadi. Dan yang lebih herannya lagi kepala sekolah pun sama sekali tak pernah turun tangan untuk menangani kasus bullying tersebut. Langkah Rajendra terhenti dan memantau para siswi yang ia yakini adalah kelas 11 dari pin yang mereka gunakan. Karena tiap kelas disini menggunakan pin yang berbeda. "Tahan, Vo!" Rajendra menahan Rivo yang hendak melangkah untuk menghentikan pem-bully-an ini. "Je, itu pem-bully-an!" tegas Rivo tak terima. "Pantau aja mereka ngapain, biar mereka gue urus." ucap Rajendra. "Ikutin mereka!" Rajendra memerintahkan Kevin dan Rivo untuk mengikuti para pelaku pem-bully-an tadi. Tak lupa ia pun juga turut ikut memantau tindak bullying yang dilakukan oleh adik kelasnya itu. "Muka lo terlalu cantik buat sekolah disini tau gak?! Gara-gara lo semua cowo disini suka sama lo!" "Pacar gue nyimpen foto lo di HP-nya! Murahan lo!" "Lo harusnya sekolah di sekolah negeri aja! Banyak yang mau sama lo pasti disana, dan pasti lo bakal jadi primadona!" "Atau bahkan bisa tuh part time buat jadi sugar baby kepala sekolah atau guru olahraga." hina beberapa siswi dengan rambut panjang yang tergerai dan juga perkataan yang sungguh menghina. Rajendra masih terdiam memperhatikan bagaimana dan ke lima pelaku bullying itu belum juga menyadari kehadiran Rajendra. Byurrr! Seorang siswi menyiram korban bullying itu dengan seember air yang diberikan oleh salah satu temannya. Rajendra terus memantau perlakuan adik kelasnya itu seraya melipat kedua tangannya di atas perut. Siswi yang memberikan ember berisi air tadi terdiam mematung menyadari kehadiran Rajendra, Kevin, dan Rivo di belakangnya. "Ekhmm," Kevin pura-pura batuk. Dan sontak kelima siswi tersebut membalikkan badannya, bisa Rajendra liat mereka semua terkejut bukan main dan membeku di tempat. "Kenapa? Kaget?" sindir Rajendra memicingkan senyumnya. "Udah ngerasa pinter kalian bully anak orang?" "Geser lo semua gue mau liat siapa yang kalian bully!" teriak Rivo dengan penuh emosi menunjuk ke gerombolan adik kelas yang melakukan bullying. Deg! "Je, itu Davina Je.." lirih Kevin terkejut melihat Davina yang lagi-lagi menjadi korban pem-bully-an di sekolah ini. Rajendra melirik Davina yang kini tengah berjongkok memeluk lutunya dengan baju yang basah kuyup. Ia sungguh iba melihat Davina yang harus menjadi sasaran bullying murid di sini hanya karena kecantikan yang Davina miliki. Fyi, aksi bullying terhadap Davina sendiri sudah berlangsung sejak Davina masuk dan menginjakkan kaki di sekolah. Rajendra tahu dan hafal jika ada kasus bullying pasti ada Davina di sana yang turut menjadi korban. Rajendra sudah berkali-kali menyuarakan suara kepada anggota OSIS untuk menghentikan kasus bullying ini dan melaporkannya kepada ketua yayasan dan pihak berwajib. Namun suara Rajendra tak diindahkan sama sekali oleh mereka. "Huh!" Rajendra menghela kasar nafasnya, lalu menatap tajam nan sengit kelima pelaku bullying terhadap Davina itu. "Kak, maafin kita, Kak.." lirih 5 siswi tersebut. "Kak Rajendra, kita gak sengaja.." "Gak usah minta maaf, gue udah liat semuanya." ujar Rajendra yamg masih berusaha menetralkan amarahnya. "Kak, maafin kita.." "Udah jadi cantik kalian setelah bully orang lain?" interogasi Rajendra kepada adik kelasnya. Mereka menggeleng cepat, "Enggak, Kak." "Dengan kalian bully orang lain karena kecantikan yang dia punya secara gak langsung kalian itu ngaku kalo kalian jelek." "Kalo kalian cemburu sama kecantikan orang lain dan sadar kalo kalian jelek, jangan bully dia yang menurut kalian cantik. Tapi rawat diri kalian, percantik diri kalian sendiri gak usah urus kecantikan orang lain." ujar Rajendra dengan tegas kepada adik kelasnya. Ia ingin adik kelasnya itu sadar jika apa yang mereka lakukan itu salah. "Iya, Kak. Maaf.." ucap mereka bersamaan dan pergi meninggalkan Rajendra, Kevin, Rivo, dan Davina di tempat mereka melakukan aksi bullying tadi. Rajendra melangkah dengan cepat mendekati Davina dan berjongkok mengulurkan tangannya kepada Davina yang masih menduduk ketakutan. "Bangun!" ucap Rajendra pada Davina menawarkan bantuan. Davina hanya mendongakkan kepalanya menatap wajah Rajendra sejenak dan bangkit sendiri membiarkan telapak tangan Rajendra menganggur di sana. "M-maaf.." lirih Davina dengan tubuh basah kuyup karena ulah adik kelasnya. "Permisi." ucap Davina berlari menjauhi Rajendra. Sorot mata Rajendra mengikuti Davina, tampaknya Davina berlari ke arah koridor yang mengarah ke kelasnya. Dengan penuh tanda tanya Rajendra berdiri dari posisi jongkoknya dan menepuk pundak kedua sahabatnya lalu mengajak mereka untuk kembali ke kelas tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada pelaku pem-bully-an tadi. "Je, kenapa lo gak kejar Davina?" tanya Rivo menahan bahu Rajendra. "Iya, Je. Kasian sumpah gue gak tega liat Davina tiap hari di-bully. Gue malah seneng kalo Davina gak masuk sekolah artinya dia aman dari orang-orang jahat." papar Kevin yang begitu iba dengan kondisi Davina. Setelah Rajendra pikir-pikir lagi, ternyata benar juga apa yang diucapkan oleh kedua sahabatnya, ia harus menyusul Davina. "Biar gue urus." ucap Rajendra. "Vo, Vin, kalian ke kelas cek HP gue. Urus klien A1." pinta Rajendra. "Oke." jawab Kevin dan Rivo bersamaan dan meninggalkan Rajendra seorang diri. Setelah dirasa Rivo dan Kevin sudah jauh dari Rajendra. Rajendra memutuskan untuk melangkahkan kaki panjangnya menyusuri lorong. Rajendra menyenderkan punggungnya di salah satu pilar depan kelas Davina sembari menunggu gadis itu keluar dari kelasnya. Ia tak mau menyelonong masuk begitu saja ke dalam kelas orang, karena toh dirinya tak ingin mengganggu semua siswa yang ada di dalam kelas Davina. "Je, ngapain lo?" tanya salah satu teman Rajendra yang juga anggota GOJA. Kebetulan pria itu baru saja kembali dari kantin dengan memegang sebotol air mineral di tangannya. "Jogging." jawab Rajendra asal, karena ia kesal kepada salah satu anggotanya yang menyebalkan. "Hahaha sorry, Bro. Eh A1 gimana?" tanyanya. "Kevin sama Rivo lagi urus." jawab Rajendra dengan cepat. "Lah lo ngapain kok gak ikut urus?" "Gue ada urusan lain." jawab Rajendra, dan di detik yang sama juga terlihat Davina keluar dari kelas dengan membawa tasnya dan juga baju yang basah kuyup. "Gue duluan." Rajendra berlari mengejar Davina, ia terus mengikuti kemana gadis itu pergi. "Dav!" panggilnya. "Hey!" Davina justru terus berlari menuju halaman belakang sekolah tanpa mengindahkan panggilan Rajendra. Tampak Davina membalik tasnya, banyak pasir dan juga sampah keluar dari dalam tas Davina. Rajendra terdiam melihat hal itu, begitu parah dan kejam kah bully-an yang Davina terima? "Dav.." Namun Davina kembali berlari menuju toilet perempuan dan tak menghiraukan panggilan Rajendra. "Dav, berhenti!" panggil Rajendra sedikit berteriak. Davina pun berhenti dan membalikan badannya menatap Rajendra dengan penuh tanda tanya. Mengapa pria ini mengejarnya? "Bentar." ucap Rajendra. Terlihat Rajendra melepas kemeja seragam yang ia pakai dan memberikannya pada Davina. "Apa ini?" tanya Davina mengernyitkan alisnya, ia tak paham dengan apa maksud Rajendra. "Pake aja." "Gak usah, makasih." jawab Davina sembari tersenyum tipis menolak kaso seragam Rajendra. "Pake! Baju lo basah. Daleman lo keliatan." Davina mengecek kondisi tubuhnya dan benar saja bajunya yang basah memperlihatkan daleman yang ia kenakan. Dengan ragu menerima kaos seragam Rajendra dan masuk ke dalam kamar mandi. Tak butuh waktu lama untuk Davina mengganti bajunya. Gadis itu keluar dari toilet dengan rok yang masih basah namun kini keadaannya sudah lebih baik karena ia sudah berganti kemeja atasnya dengan menggunakan kemeja milik Rajendra. Tertera nama 'Rajendra Yudha D.' di seragam itu. Dan ya, kaos Rajendra terlihat kebesaran di tubuh Davina. "Makasih.." ujar Davina memasang senyum manisnya. "Sama-sama." "Kamu pake baju itu?" tanya Davina menunjuk kaos hitam polos yang menempel di tubuh Rajendra. "Iya." "Rajendra." Rajendra mengulurkan tangannya memperkenalkan dirinya kepada Davina. Kebetulan mereka belum sempat berkenalan saat berada di rumah sakit, mereka hanya saling diam dan tak berkata sepatah katapun di sana kala itu. "Aku tau kok, hehe." balas Davina terkekeh kecil. "Aku Davina." Davina membalas uluran tangan Rajendra. Tak lama kemudian tautan tangan itu terlepas karena Davina yang melepas tautan tersebut. "Aje." panggil Davina. Rajendra terdiam saat Davina memanggilnya dengan sebutan yang hanya diketahui anggota GOJA dan orang-orang terdekatnya saja. "Kok?" Rajendra kebingungan. "Almarhumah mama kamu panggil kamu Aje kan?" tanya Davina. Huh, Rajendra bisa bernafas lega, ia kira Davina tahu tentang dirinya dan GOJA. "Iya, oh iya makasih ya udah bawa Mama ke rumah sakit waktu itu." kata Rajendra dengan penuh rasa terimakasih kepada Davina. Davina tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya. "Sama-sama." "Besok aku kembaliin bajunya." kata Davina. "Iya." Setelah mendapat respon dari Rajendra, Davina pun segera melangkah meninggalkan pria itu yang masih berdiri di depan toilet wanita. "Dav!" panggil Rajendra. Ia dibuat bertanya-tanya mengapa Davina tidak berkata apapun tentang perjodohan yang sudah direncakan keluarganya? "Kenapa, Rajendra?" Davina menghentikan langkahnya dan menjawab panggilan yang Rajendra layangkan kepadanya. "Panggil Aje aja gak apa-apa kok." papar Rajendra. Davina tersenyum. "Oh ya udah." "Nanti sore siapa yang jemput?" tanya Rajendra. "Kakak." "Oh ya udah, jangan pulang dulu sebelum gue nemuin lo nanti sehabis pulang sekolah." kata Rajendra, hal itu membuat Davina mengernyitkan alisnya. Ada apa ini? Mengapa Rajendra memintanya untuk menemui Rajendra saat pulang sekolah? "Ngapain?" "Lakuin aja apa yang gue mau." ucap Rajendra sedikit memaksa. "Oke." balas Davina berjalan cepat meninggalkan Rajendra. Kini Rajendra berjalan dengan santai menyusuri koridor untuk kembali ke kelasnya dengan kaos hitam yang melekat di tubuhnya. Ia tak takut jika guru bertanya kemana kemeja seragamnya karena ia sendiri tak suka dengan beberapa guru dan kepala sekolah disini yang juga ikut melakukan bullying kepada beberapa siswi di sekolah ini. Rajendra benci akan hal itu, tapi ia tak bisa berbuat banyak. Karena dirinya sudah duduk di kelas 12 dan tak lama lagi ia akan lulus. ***** Tak terasa kini bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas dengan perasaan sumringah, karena akhirnya rasa suntuk mereka di kelas telah beakhir. Begitu pula dengan Davina yang terlihat melambaikan telapak tangannya kepada teman sebangkunya, hingga ia teringat akan janjinya untuk menemui Rajendra sepulang sekolah. Dengan langkah kecilnya Davina melangkah keluar dari sekolah dan seperti biasa banyak siswi menyoroti Davina dengan tatapan sengitnya. Gadis bernama Davina itu tampak tak peduli tatapan sengit yang ia terima, karena kini ia bisa melihat sosok Rajendra sudah berdiri di gerbang sekolah dengan sepeda motor sport yang ada di sampingnya. "Aje!" panggil Davina mendekati Rajendra. Rajendra menoleh dan mendapati Davina telah tiba di sampingnya. Dan ya, gadis itu menepati janjinya. "Gue udah ijin kakak lo, dia ngijinin." kata Rajendra. Davina mengernyitkan alisnya ia tak mengerti apa yang Rajendra ucapkan. Dengan rasa takut Davina sedikit menepi ke tembok karena kini seluruh siswi yang menunggu jemputan tengah menatap tajam ke arahnya karena Davina mengobrol dengan Rajendra. "Ijin apa?" tanya Davina. "Ada yang mau gue obrolin." jawab Rajendra jujur. Karena benar ia akan membicarakan suatu hal penting dengan Davina kali ini. "Oh, bentar ya, aku bilang kakak nanti jemput jam berapa sama dimana." Davina mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan nama kakaknya di aplikasi w******p. Hap! Dengan cepat Rajendra merebut ponsel Davina dan memasukannya ke dalam saku celananya dari tangan Davina tanpa berdosa. Davina hanya melongo melihat kejadian tadi yang berlalu begitu cepat. "Gue yang anter lo ke rumah." tutur Rajendra. "Ayo naik!" seru Rajendra pada Davina. Kini Rajendra sudah menggunakan helm dan menaiki motor sport kesayangannya. "Tinggi banget, Je.." eluh Davina. Tapi memang benar adanya jika tinggi badannya dengan tinggi motor Rajendra cukup menyiksa Davina yang memiliki tubuh mungil itu. "Cepet naik waktu gue gak banyak!"  **** To Be Continued

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Troublemaker Secret Agent

read
59.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook