Mami memegangi dadanya, tidak mampu bernapas dengan benar, perkataan Tyas membuat Diana makin merasa bersalah.
“Saya tidak ada pilihan, selain menyerahkan anak itu kepada bulik. Kalau Mami berpikir saya adalah ibu yang jahat, itu terserah mami.”
Ruangan makan yang lumayan cukup besar ini membuat Tyas sesak juga. Ingin berlari, tapi ke mana? Tyas tidak punya siapa-siapa selain keluarganya. Ke rumah orang tuanya? Mungkin Tyas tidak diterima juga di sana.
Setelah beberapa lama mengatur napas, Diana menoleh ke arah Tyas. “Di mana anak itu tadi?”
“Yogya. Dan aku sangka Genta juga sudah ada di sana,” jawab Tyas pelan, suaranya hampir menghilang.
“APA?!” mata Mami memelotot, tidak percaya tentu saja. “Apa kamu bilang tentang anak itu ke Genta?”
Tyas menggeleng, “Saya tidak pernah menc
