Alverno William Stone

2334 Kata
Bandara Heathrow, London. Javier akhirnya tiba di bandara setelah beberapa dibujuk oleh Melanie untuk pergi ke London. Entah kenapa ia kini selalu malas pergi-pergian jauh meninggalkan kedua anak-anaknya dan juga Melanie. Ya Melanie. Kali ini Melanie sudah tahu akan dirinya—yang merenggut kesucian—mencintainya. Meski Melanie tidak marah padanya hanya kesal. Namun Javier takut. Takut kalau Melanie nantinya menjauh darinya, ia belum siap kehilangan Melanie dan juga kedua anak-anaknya. Andri pandangi tuannya yang terlihat lesu. Berjalan pun rasanya terlihat terpaksa. “Are you okey sir?” tanya Andri memberanikan diri. Padahal semua barang-barang Javier, ia membawanya. Namun kenapa langkah tuannya itu terasa berat? “I am fine!” jawab Javier berjalan ke arah pintu keluar. “Aku baru merasakan seumur hidupku yang namanya ‘takut’ sebelumnya aku tidak pernah setakut ini.” Javier membuka obrolan pada Andri yang berjalan di sampingnya. Andri sudah tahu akan kemana pembicaraan tuannya itu. “Apa sir ada masalah dengan Nona Melanie?” “Sedikit, meski sudah cear semua. Namun kenapa masih ada rasa ‘takut’ kalau dia akan pergi dariku?!” “Sepertinya itu perasaan sir saja. saya lihat nona tidak akan sampai menjauh dari anda!” Javier hanya bisa bersemoga, Melanie tidak akan menjauhinya. “Baiklah sesampai di hotel nanti aku akan menghubungimu. Bila kamu mengabaikan panggilanku, berarti benar kamu sudah membenciku,” batin Javier. Javier berjalan cepat, rasanya ia ingin lekas sampai hotel. Ia sudah tidak sabar ingin mengabarkan Melanie kalau ia sudah sampai di London dengan selamat. Semoga Melanie masih mau menerima panggilannya. Ia lekas mengambil benda persegi yang ia letakan di saku jasnya dan menekan angka satu panggilan cepat yang langsung tersambung pada Melanie yang ada di Indonesia. “Hallo Jav. Apa kamu sudah sampai?” tanya Melanie di sebrang sana, membuat hati Javier langsung lega. Melanie masih mau menerima panggilannya. Javier sedari tadi sudah memikirkan hal yang tidak-tidak hingga ketakutan kehilangan Melanie. “Sudah. Aku sudah sampai tujuan dengan selamat,” jawab Javier kini menujukan wajah yang kembali ceria. “Alhamdulilah,” jawab Melanie. Keduanya kembali saling mengobrol hingga tertawa dan bahkan Javier tersenyum mendengarkan penuturan Melanie tentang kedua anak-anaknya itu. Javier seolah menggambarkan bagaimana wanita itu di seberang sana tersenyum bahagia. Brug! “Arrgghh…” Seorang wanita menabrak tubuh Javier karena berlari terlalu cepat hingga tidak bisa mengontrol kesimbangan dan pada akhirnya wanita itulah yang terjatuh bersamaan dengan ponsel Javier yang ikut terhempas ke lantai. Sambungan telepon bersama dengan Melanie pun terputus. “I am sorry sir,” ucap wanita itu pada Javier setelah bangun dan berdiri. Wanita itu langsung berlari kembali mengejar seseorang di depannya yang belum jauh. “Al…” teriak wanita itu memanggil pria di depannya. “Hallo, maafkan tadi terputus karena ada orang yang menabraku barusan dan ponselku jatuh. Tidak apa-apa. "Ya sudah nanti aku sambung lagi setelah aku berada di sampai hotel. Hati-hati di sana, bye,” ucap Javier mengakhiri panggilan teleponenya dan masuk ke dalam sebuah mobil jemputan dari hotel yang sudah ia reservasi sebelumnya. “Wanita tadi itu sungguh tidak punya sopan santun!” batin Javier. Luxury Hotel, London. “Tunggu di sini dulu sir, saya akan mengambilkan kunci kamar anda,” ujar Andri yang dianggukan oleh Javier. Ia duduk di ruang tunggu dengan menekan tombel power di ipadnya dan tidak lama layar itu menyala dan menujukan beberapa grafik perusahannya sembari menunggu Andri. “Hai Jav…” sapanya. “Hai…” jawab Javier pada seseorang koleganya yang akan menghadiri acara pesta besar nanti malam. Javier dengan santai berbincang, hingga temannya itu berlalu pergi meninggalkan Javier yang kembali bersikutat dengan ipadnya dan mengchek beberapa email masuk. Namun ia merasa keganggu dengan suara teriakan seseorang di belakang sana. Javier mengarahkan pandanganya lagi. ia melihat wanita yang sama yang tadi menabraknya di bandara dan kini wanita itu berada di hotel yang sama. “Sebenarnya siapa yang wanita itu kejar sejak tadi? Kenapa pria itu terlihat begitu acuh dan terlihat tidak begitu peduli?” batin Javier. “Please Al. aku mengaku salah karena sudah bohong padamu. Tapi tolonglah maafkanlah aku. Apa kau tidak punya belas kasih padaku? Aku rela mengejarmu hingga kemari?! Please maafkan aku, Al,” pinta Wanita itu. Pria itu menghembuskan napas jengah. “Aku sudah maafkan kamu. Sudah dengar bukan telingamu? Sudahlah sebaiknya kau pulang saja, jangan ganggu aku yang sedang bekerja!” “Tidak! Aku tidak mau, aku ingin menemanimu, Al!” “Pulanglah Kell. Aku sedang tidak ingin ribut dengan tunanganku itu!” jawab pria itu sama sekali tidak menoleh ke bawah di mana wanita bernama Kelly bersimpuh di kedua kakinya. “Aku nggak mau berpisah denganmu Al. Aku tidak mau kau memutuskanmu seperti ini. Aku mohon, izinkanlah aku kembali menjadi wanita simpananmu, selingkuhanmu atau apalah. "Aku tidak peduli, aku hanya ingin bersamamu, Al. aku mohon. Aku tidak bisa hidup tanpamu Al,” seru Kelly hingga semua orang yang berada di sana menatap adegan drama. Lagi lagi pria di depannya itu mendengus jengah dengan drama w************n ini. Ia pun menghempaskan kedua tangan Kelly yang masih sedari tadi memeluk kedua lututnya. “Pulanglah jangan permalukan aku di depan umum!” Pria itu menoleh ke samping sejenak dan lekas kembali menanjutkan jalannya ke arah lift dengan kedua pria yang mengikutinya dan satu lagi pria menahan wanita bernama Kelly agar tidak mengikutinya. “Re-revano? Apa dia benar Revano?” gumam Javier bangun dari duduknya dan setengah berjalan mendekat pada Revano. “Reevvv….” teriak Javier mengejar pria yang begitu mirip dengan Revano. Ya Javier tidak salah melihat kalau pria itu pasti Revano. “Re—“ Pria itu sudah masuk terlebih dulu ke dalam lift. Javier hanya bisa pandangi lift tersebut yang sudah tertutup. “Jika benar itu Revano. Lalu kenapa terlihat berbeda? Bahkan aku merasa asing dengan pria yang terlihat mirip Revano. yang aku kenal dulu, pria itu begitu sopan dan baik. Tetapi ini—“ Javier menjeda, masih menatap pintu lift tersebut. “Kenapa pri aitu begitu angkuh dan tidak peduli pada wanita. Bahkan pria itu meninggalkan wanita yang sampai saat ini masih duduk di lantai dengan posisi yang masih sama. apa aku salah melihat?” batin Javier bertanya-tanya. Javier kembali berjalan kea rah tempat duduknya. Andri pun sudah berada di depan sana mencari keberadaanya. “Sir dari mana?” “Tidak hanya mengejar seseorang saja!” “Ohh… ini kunci kamar anda,” ujar Andri memberikan card kays pada Javier. “Terima kasih Dri.” Sesampainya di kamar, Javier menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Sembari rebahan, Javier mengambil layar ponselnya dan mengetik sesuatu di akun sosmednya. ‘Apa kamu sudah sampai di kamar hotel?’—My heart nama tertera di ponsel Javier. Javier mengetik untuk membalas pesan masuk dari ‘My Heart’ yang tidak lain Melanie. ‘Aku sudah berada di kamar, sayang.’ ‘Baru saja rebahan.’ ‘Karena tadi aku harus mengejar seseorang—“ Javier menghapus balasan ketiganya itu. My Heart is typing… ‘Ya sudah kalau begitu istirahatlah, kamu pasti lelah.’ ‘Kenapa pesanmu di hapus? Kamu mengejar siapa?’ Javier kembali membalas pesan Melanie. ‘Tidak aku salah lihat, aku kira tadi itu adalah temanku. Namun ternyata bukan.’ Melanie is typing… ‘Oh ya sudah kalau begitu lanjut istirahat saja, bye.’ Javier menarik napas panjang sembari meletakan ponselnya di sampingnya. Otaknya masih menangkap jelas akan pria yang begitu mirip dengan Revano. ‘Hampir saja aku mengatakan pada Melanie kalau aku melihat Revano berada di London. Tapi itu belum pasti karena pria itu sungguh berbeda dengan Revano,’ gumam Javier dalam hati. “Aku harus memastikan semua ini. Apa benar itu Revano atau hanya mirip saja?” Javier mengusap keningnya dengan kepala yang berdenyut nyeri. “Apa aku harus mengatakan pada Melanie, kalau aku bertemu dengan Revano? "Lalu bagaimana nanti bila benar Revano kembali pada Melanie? Jelas Melanie akan memilih Revano pria yang sangat ia cintai itu,” gumam Javier di dalam hati. *** Mansion Mr Statham, London. “Silahkan Sir,” kata Andri seraya membukakan pintu mobilnya bersamaan dengan Javier melangkah keluar setelah mengucapkan terima kasih pada Andri. Ia berjalan memasuki Mansion Mr Statham, dengan langkahnya yang gontai, Javier mengedarkan kedua matanya melihat banyaknya tamu undangan yang kini sudah hadir di taman belakang. “Selamat ulang tahun Mr Statham,” ucap Javier seraya mengulurkan sebelah tangannya untuk berjabat tangan. “Ahh—Javier Abraham akhirnya kamu datang juga.” Mr Statham menerima jabat tangan Javier dan tersenyum karena ia sudah menunggu putra dari teman lamanya. “Terima kasih banyak kamu sudah mau datang ke sini. Lalu ke mana ayahmu?” “Ayah sedang berada di Dubai. Ia tidak bisa menghadiri acara hari jadimu dan memintaku untuk mewakilinya.” “Ohh baiklah. Sampaikan salamku untuk Abraham.” “Baik, saya akan sampaikan nanti.” Mr Statham mananggut-manggut melihat sosok Javier Abaraham pembisnis suskes asal Asia. “Hai ini pesta mewahku, nikmatilah jamuan yang aku telah siapkan. Bersenang-senanglah, nikmatilah hidup dan jangan kau selalu sendiri. Berkencanlah sana, aku sudah mengundang beberapa wanita kelas atas tentunya akan cocok denganmu,” bisik Mr Statham pada Javier. Javier terkekeh, Mr Statham sepertinya sudah mengetahui kalau saat ini dirinya berstatus duda. Javier mengedarkan pandangannya melihat sepenjuru ruangan ini yang terdapat banyak wanita berkelas dari kalangan atas. Namun sebagaimana pun wanita cantik di depan sana terlihat begitu menggoda. Tapi menurut Javier ada seseorang di seberang sana yang jauh lebih menggoda membuat Javier ingin lekas kembali pulang ke Indonesia. “Terima kasih banyak Mr Statham.” “Mumpung masih muda, lekaslah berumah tangga lagi dan berikan Abraham cucu yang tampan sepertimu!” bisik Mr Statham kembali. Javier mengangguk dengan wajah yang tersenyum lebar. *** Di depan sana, seorang pria tampan mengenakan tuxedo berwarna hitam lengkap dengan dasi kupu-kupunya. Jangan di tanya penampilan Ceo playboy Se-Amerika yang begitu memukau hingga banyak pasang mata wanita menatapnya penuh damba. Ceo playboy tersebut berjalan dengan gagah dengan dagu yang terangkat ke atas menghampiri sang empu yang mengadakan pesta mewah. “Selamat ulang tahun grandpa,” ucap pemilik suara baritone tersebut tepat di belakang punggung pria yang menghalangi dirinya untuk bertemu dan bertatap langsung dengan Mr Statham. “Cucuku, terima kasih banyak ucapanmu dan terima kasih banyak kau sudah menyempatkan waktumu untuk hadir di pesta ulang tahunku,” gumam Mr Statham membuat seseorang di depannya melangkah ke samping membiarkan seorang yang di panggil ‘Cucu’ itu maju ke depan. “Sama-sama grandpa.” Ia melirik ke samping di mana seseorang pria berdiri di samping Mr Statham. “Aku ada sedikit hadiah ulang tahun untukmu.” “Ahh kau ini begitu repot-repot memberikanku hadiah ulang tahun. Apa Stone tidak ikut datang bersamamu?” “Tidak! Pria itu itu sedang ada kepentingan yang tidak bisa di wakil kan dan meminta ku untuk datang ke pesta anda,” jawabnya. “Tapi pria tua itu perpesan padaku akan datang lusa dan mengajak anda memacing bersama. Hanya itu saja!” Mr Statham mendengus lirih, “Dasr pria tua itu selalu menjengkelkan!” Pria itu mengangguk pelan, wajahnya datarnya sudah tidak di pusingkan oleh Mr Statham karena ia sudah tahu sifat cucu dari sahabatnya itu. “Oh ya, aku lupa. Perkenalkan Al, ini Javier Abraham bisnisman ternama se-asia. Dan Javier Abaraham ini Alverno William Stone,” ujar Mr Statham memperkenalkan kedua pria di sampingnya. Javier mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan sesorang yang sedari tadi ia tatap. “Senang berkenalan dengan anda Mr Stone.” “Saya juga Mr Javier,” jawab Revano menerima jabat tangan Javier dengan tatapan keduanya terlihat tajam. Javier melepaskan uluran tangan itu dan masih menatap pria di depannya. “Apa Revano kini sedang berperan menjadi orang kaya? "Aku sangat yakin kalau pria yang kini di depanku ini adalah Revano Willam Stone. Ada nama William di tengah nama pria itu,” batin Javier, tersenyum tipis saat Mr Statham masih mengobrol dengan pria yang begitu mirip dengan Revano. “Jav, Al ini seorang penguasaha sukses di New York. Stone Company salah satu perusahan raksas di Amerika yang sudah lama melebarkan sayap ke asia, termasuk Singapore.” Javier mengangguk, ia tahu Stone Company karena perusahaan itu pun terbilang maju di negaranya. “Mungkin kalian bisa saling kenal dan bisa bekerja sama. Dan kau Al, tentu kau pasti akan tertarik bekerja sama dengan MMT Crops yang kini memiliki perusahaan sendiri di London dan Javier inilah pemiliknya. "Tentu Alverno si penguasa Amerika pasti akan tertarik untuk bekerja sama yang banyak menguntungkan ini,” ungkap Mr Statham pada Alverno. Revano menarik bibirnya ke samping. “Itu pasti. Biar orangku nanti menghubungi Mr Javier untuk urusan kerja sama ke depan.” “Terima kasih. Mr Stone.” “Oh ya, granpa apa anda punya barang bagus untukku? Aku bosan tidak ada yang menemaniku beberapa hari ini ke depan nanti,” ujar Revano pandangi kesepenjuru ruangan ini. Mr Statham terkekeh dan mendekat. “ Tentu grandpa punya. Ikutlah bersama dengan orangku, dia akan memberikan apa yang sudah aku siapkan untukmu. Jangan lupa pengamanmu Al,” jawab Mr Statham. Kedua pria itu tertawa kecil, tapi tidak dengan Javier yang banyak menatap Alverno. “Baiklah kalau begitu, saya permisi.” Revano berlalu pergi meninggalkan kedua pria itu dan mengikut salah satu anak buah Mr Statham. Javier menghembuskan napas lirih, ia tahu dan sangat paham dengan pembicaraan kedua pria tadi. Tidak jauh dari ‘Wanita’ “Mr Statham saya baru mendengar nama Alverno Stone di dunia bisnis?” “Itu karena kamu selalu bermain di asia nak. Alverno Stone salah satu pemuda penguasa Amerika. Bahkan anak perusahaan Stone Company begitu banyak di mana-mana. "Ya, nama Alverno Stone memang tidak banyak di muat di beberapa majalah atau televise. Namun di dunia bisnis namanya sudah tidak asing lagi, pria ambisius itu kini membangung perusahan di Dubai. Dia penggila one night stand meskipun dia sudah bertunangan dengan anak perdana menteri. "Ngomong-ngomong ayahmu juga mengenal baik siapa Alverno Stone! Memangnya ada apa, kelihatanya kau begitu penasaran pada Alverno Stone?” “Saya hanya penasaran saja Mr Statham.” Pria tua itu mengangguk paham karena semua orang pasti penasaran dengan Alverno Stone. “Kau akan beruntung bila mengajak Stone Company untuk bergabung di perusahanmu Jav,” kata Mr Statham. “Wajah boleh mirip, tetapi kelakuannya benar-benar minus!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN