bc

Skandal Elanor

book_age18+
904
IKUTI
3.9K
BACA
revenge
dark
contract marriage
mistress
drama
mxb
victorian
cruel
virgin
office lady
like
intro-logo
Uraian

Historical Romance 21+

Elanor begitu mencintai Harry--Tuannya. Dia tahu bahwa dia hanya sebatas pelayan Harry tapi semakin hari dia semakin memuja-muja Harry.

Apakah Harry juga mencintai Elanor? Beranikah dia meninggalkan Anne dan status kebangsawanannya demi seorang pelayan?

chap-preview
Pratinjau gratis
BAB 1
Elanor melangkahkan kakinya dengan hati berdebar tak keruan. Sejam yang lalu Susan menyuruhnya menghidangkan teh hangat untuk Anne—tunangan tuannya—Harry. Dia sebenarnya enggan mendatangi ruang tamu jika ada Anne. Entah kenapa dia sangat dan teramat tidak menyukai Anne meski semua keluarga tempatnya bekerja begitu menyayangi Anne. Elanor tidak bisa menutup mata bahwa tunangan Harry itu bukan wanita baik meskipun statusnya sebagai keluarga bangsawan. Elanor tahu rahasia Anne. Rahasia yang tidak diketahui siapa pun—termasuk Harry. Susan—Ibu Harry baru saja meninggalkan rumah bersama ayah Harry untuk berkunjung ke rumah saudara mereka yang sedang sakit selama beberapa hari ke depan. Rumah bernuansa konsep kerajaan dengan d******i warna cokelat tua ini hanya dihuni Harry, Elanor, dan beberapa pelayan rumah. Khusus Elanor adalah pelayan Harry. Dia bekerja nyaris selama empat tahun hingga dia tahu apa saja kesukaan Harry. Apa saja yang perlu disiapkan untuk Harry setiap hari. Dan nyaris selama itu waktunya hanya untuk Harry dan Harry. Sialnya selama itu pula dia mencintai Tuannya sendiri. Elanor memuja-muja Harry. Dia begitu teramat mencintai Harry hingga jika Harry meminta tubuhnya pun dia akan berikan. Elanor menggantikan posisi ibunya yang dulu bekerja di keluarga Roget sehingga sejak kecil dia terbiasa melayani keluarga Roget. Dan empat tahun lalu ibunya menyuruh Elanor menggantikan posisi dirinya sebagai pelayan Harry. Elanor menempelkan telinganya di dinding ruang tamu. Hatinya tersayat. Dia mendengar desahan Anne. Dia ragu untuk muncul ke depan Harry dan Anne, tapi dia tak pernah tidak menuruti perintah Susan. “Di ruang tamu pun mereka begitu,” ujarnya sedih. Elanor menghela napas panjang. Matanya membentuk bulan sabit. Cepolan rambutnya dirapikan dengan sebelah tangan. Saat dia memasuki ruang tamu, Harry dan Anne terlonjak. Hening beberapa saat. Mereka saling menatap dalam waktu yang lama. “Elanor,” akhirnya suara Harry memecahkan keheningan yang menegang itu. Harry menyingkirkan Anne secara lembut yang sedari tadi berada di atas pangkuannya. Anne tidak berniat mengancing kemejanya. Dia menatap Elanor kesal yang berjalan mendekat. Harry membereskan celananya. “Ma’af, aku mengganggu, Tuan—“ “Ya, kau memang mengganggu kami.” Mata hijau Anne menatap sengit Elanor. “Nyonya Susan menyuruhku mengantarkan teh pada Anda, Nona.” “Ya, kau seharus—“ “Anne,” protes Harry menatap tunangannya dengan tatapan teguran. Dia menoleh pada Elanor. “Kau boleh pergi.” Elanor mengangguk. “Ma’af, aku menggangu kalian selamat menikmati.” Katanya dengan wajah menekuk. Elanor berbalik. Saat keluar dari ruang tamu dia masuk ke kamarnya. Mengunci pintu kamarnya dan menangis. Elanor meraih sebuah boneka anjing berwarna merah muda. Dia menatap mata lebar boneka itu. Pemberian Harry bulan lalu saat dirinya berulang tahun yang ke-24 tahun. “Mencintaimu apakah harus sesakit ini...” Elanor memeluk boneka anjing itu seraya terus menangis sedih. *** Elanor memiliki hidung yang cantik dengan garis tegas. Bibirnya tipis memikat. Rambutnya yang selalu dicepol pirang alami. Dan matanya sungguh elok dengan bulu mata lentik. Meskipun bekerja sebagai pelayan dia tetap meneruskan pendidikannya. Dan dia wanita yang cerdas di dalam kelas. Dia sekolah di sekolahan tempat anak para bangsawan. Dia terpinggirkan—itu jelas karena statusnya. Tapi guru- guru di sekolah begitu menyayanginya karena kecerdasannya. Pukul tujuh malam dan Anne masih di sini. Di rumah Harry. Elanor memilih tetap di dalam kamarnya sampai Anne pergi. “Elanor,” Harry berdiri di depan pintu kamarnya. “Ya, Tuan.” Elanor bangkit dan mendekati Harry. “Kau menangis?” Harry menatap lekat pelayannya yang matanya sembab. “Oh, tidak.” Elanor mengusap-usap matanya dan tersenyum. Senyum khas pelayan yang siap melayani perintah Tuannya. “Siapkan aku air hangat. Aku akan mandi.” “Baik, Tuan.” Harry hendak berbalik badan namun Elanor mencegahnya. “Nona Anne masih di sini, Tuan?” “Tidak. Dia sudah pulang. Aclair mengantarnya.” Aclair adalah salah satu pelayan di rumah. Dia bekerja untuk mengantar dan menjemput keluarga Roget. Elanor mengangguk. Setelah mempersiapkan air panas di bathub, Elanor bersiap pergi meninggalkan kamar mandi ketika Harry sampai dengan bertelanjang d**a dan hanya handuk yang menutupi bagian bawahnya. “Jangan pergi dulu.” Cegahnya. Elanor berbalik dengan kedua daun bibir terbuka. Harry sudah merendam tubuhnya di bath dengan keadaan telanjang. Tentu saja. “Ada apa, Tuan?” tanya Elanor dengan desiran aneh di dadanya. “Menurutmu, bagaimana dengan Anne?” tanya Harry dengan mata terpejam. Kepalanya bersandar tenang di salah satu ujung bathtub. “Dia gadis yang cantik, Tuan.” “Selain itu?” “Dia...” Elanor terdiam. Harry membuka matanya.” Ya,” dia menatap Elanor dengan menuntut jawaban dari pertanyaannya. “Memiliki tubuh yang indah.” Ada rasa panas yang aneh di d**a Elanor. “Bukan. Maksudku, karakternya.” Elanor berusaha memendam hasratnya ketika berbincang dengan Tuannya yang sedang telanjang itu. Sesekali matanya beralih pada d**a bidang Harry. Dan dia berusaha mengenyahkan fantasi konyolnya. “Aku tidak terlalu mengenal Nona Anne, Tuan.” Dia menekuk wajahnya. “Permisi.” Dia berbalik pergi. Harry menatap punggung Elanor hingga tubuh wanita itu lenyap dari pandangannya. “Aku tahu kau mencintaiku, Elanor. Tapi semua itu percuma. Kita tak kan bisa bersatu. Kalau aku memilihmu aku akan kehilangan status kebangsawananku. Dan pertentangan yang akan kita hadapi lebih sulit dari pada cinta itu sendiri.” Harry menghela napas perlahan. “Aku hanya berpura-pura menutup mata, Elanor.” *** Pagi ini Elanor tampak sibuk menyiapkan makanan untuk Harry. Bibi Arra yang sudah berumur 57 tahun mencicipi bumbu daging panggang. “Pas,” komentarnya. Harry datang dan duduk dengan tenang. “Elanor, hari ini aku akan pergi memancing dengan Aclair. Apa kau mau ikut?” tanyanya seraya mendongak menatap Elanor yang sibuk memotong daging panggang untuk piring Harry. “Oh, tidak. Elanor di sini saja.” Bibi Arra menyentuh lengan Elanor. Elanor menoleh. Selain dirinya, Bibi Arra tahu akan perasaan Elanor pada Harry. Dia hanya mencoba agar Elanor tidak mencintai Harry terlalu dalam. Itu hanya akan menyiksa perasaan Elanor. “Bibi benar.” Dia menatap Harry. “Aku lebih baik di rumah, Tuan.” Harry mengangguk. “Tidakkah kau paham Elanor, kau dan Harry tak kan bisa bersatu?” Bibi Arra berkata dengan nada yang tajam. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook