For Life

1423 Kata
Tubuh Nathaline masih bergetar dengan hebat, suatu kebiasaan jika dirinya ketakutan dan dilanda kecemasan. Apa yang ia ceritakan pada Dr.Jimmy sungguh tiada kepura-puraan, namun tidak ada tanda-tanda Dokter muda itu mempercayai dirinya barang sedikitpun. Alih-alih membantunya pulang ke Rutland, Dr.Jimmy memberi Nathaline sebuah benda silinder yang terisi penuh butiran-butiran yang disebutnya sebagai vitamin B kompleks. "Terdapat Serotonin dan Asetilkolin di dalam vitamin B kompleks. Itu akan meredakan kecemasan dan memperbaiki suasana hatimu. Bahkan sesuatu yang baik akan jadi buruk jika berlebihan. Jadi kau harus mendengarkanku. Ini bukan obat, tapi Vitamin, baik untuk dikonsumsi asal dalam batas kewajaran." Dr.Jimmy berulang kali memberi petuah agar Nathaline mampu mengendalikan diri dalam kecemasan. Dr.Jimmy mengerti perasaan Nathaline, tapi tidak mampu mempercayai ucapan Nathaline. Atau mungkin belum, sebab setelah hari ini Dr.Jmmy menyarankan Nathaline kembali ke kliniknya seminggu tiga kali. Ia berjanji akan membantu Nathaline, kendati begitu diragukan oleh perasaan Nathaline sendiri. Nathaline pulang dengan bibi Pawn, wanita yang tadi pagi begitu kasar dan memukulinya tiba-tiba murung setelah keluar dari klinik. Nathaline tahu bibi Pawn sedih saat ini, sebab puterinya tak mampu mengingat apapun. Sepanjang perjalanan pulang Nathaline begitu merepotkan bibi Pawn. Jeritan kaget ketika mendengar suara klakson, videotron yang terpampang di gedung-gedung pencakar langit, bahkan suara ponsel pun tak luput membuat mereka menjadi pusat perhatian para pejalan kaki yang lain. "Apa yang kau lihat?! jangan berbisik-bisik, puteriku tidak gila.!" Bibi Pawn tidak henti-hentinya membela Nathaline di hadapan orang-orang yang berbisik dengan tatapan aneh. Nathaline terenyuh dengan sikap bibi Pawn terhadapnya, ia pun memutuskan untuk mengatasi ketakutannya sendiri. Membungkam mulut selama perjalanan agar tidak lagi membuat ibu dari Peony Powell ini malu dan kerepotan olehnya. Nathaline tahan semua pekikan ketika melihat hal-hal mengejutkan, sesungguhnya ia takut. Namun ketika tangan bibi Pawn menggenggam erat tangannya, entah mengapa itu seolah membuatnya merasa sedikit lebih tenang. Sebab Nathaline Owen dari Rutland telah kehilangan ibunya sejak kecil, dan menerima perlakuan kecil dari seorang ibu membuat hatinya merasa begitu hangat. Ia yakin Peony Powell adalah gadis yang beruntung. Bibi Pawn terlihat tegas, bukan keras. Dibalik itu Nathaline percaya ada kelembutan di hati wanita paruh baya ini. Hanya saja ia belum mengenalnya. "Ibu akan siapkan makanan kesukaanmu. Duduklah, hari ini ibu tidak akan buka kedai untuk menemanimu seharian." Bibi Pawn memberi seulas senyuman, ia lantas berlalu menuju ruangan yang diyakini Nathaline sebagai dapur. Nathaline duduk tepat di depan meja berbentuk bulat dengan dua kursi, ada beberapa kursi dan meja serupa disini, ditambah meja kasir, dan dua meja pengunjung lainnya yang ditaruh di depan kedai. Nathaline menunggu bibi Pawn dengan sabar, ia tidak memiliki tujuan, namun ia harus tetap bertahan. Ia tidak tahu dunia seperti apa di luar sana, yang jelas ia tidak bersahabat dengan mereka, sebab tak henti-hentinya membuat Nathaline ketakutan selama perjalanan pulang barusan. Rasanya tidak ada jalan lain selain mengikuti bibi Pawn dan tinggal disini sementara waktu. Sampai Dr.Jimmy mungkin saja menemukan cara agar dirinya bisa kembali. Nathaline mendesah, terdengar suara pintu kedai terbuka dan dua orang gadis tersenyum seraya menghampirinya. "Siapa kalian?" tanya Nathaline. "Aku Mellonie, dan ini Rosalyn. Kami sahabatmu, Peony. Bibi Pawn meminta kami untuk datang, beliau sudah menceritakan apa yang kamu alami pagi ini." Nathaline memandang gadis berambut coklat ini penuh penilaian, takut-takut dua orang ini adalah penipu yang berusaha memanfaatkan keadaan. "Ohh Mellonie dan Rosalyn sudah datang ya. Duduklah, kita makan sama-sama." Bibi Pawn datang dengan nampan terisi penuh makanan, gadis bernama Mellonie berhambur membawakan nampan di tangan bibi Pawn, sedangkan Rosalyn menarik kursi dan mempersilakan mereka semua untuk duduk. Mereka terlihat begitu akrab, jika benar dua orang ini teman dari Peony Powell. Maka, lagi-lagi Nathaline merasa bahwa ia tidak lebih beruntung dari seorang Peony Powell. "Sup ayam kesukaan Peony. Semuanya makanlah, bibi tahu kalian juga lapar." Bibi Pawn menyodorkan mangkuk kehadapan Nathaline, Mellonie, serta Rosalyn. "Sesungguhnya aku sudah kenyang bibi, tapi aku tidak pernah bisa menolak masakan bibi," ujar Rosalyn "Ck, masakan lain pun sama bi. Jangan percaya padanya, dia memang suka makan," cibir Mellonie, dan bibi Pawn hanya mampu tersenyum menanggapi mereka. "Apa yang Dr.Jimmy katakan tentang Peony, bi? aku khawatir, ekspresinya terlihat tegang dan ketakutan," ucap Mellonie, yang sesekali melihat kearah Nathaline. "Dr.Jimmy menyarankan terapi psikologis jangka panjang. Belum ditemukan apa penyebabnya, tapi ia mengaku-ngaku sebagai orang lain dari masalalu," tutur bibi Pawn, seraya menyeruput kuah sup, berupaya menyembunyikan kesedihan atas apa yang dialami puterinya ini. "Apa Dr.Jimmy menyarankan obat khusus untuk dikonsumsinya?" Rosalyn yang bertanya. Mereka tampak sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan, sedang Nathaline hanya memandang kosong pada kuah bening dalam mangkuk yang terisi beberapa potongan ayam. "Tidak ada, Dr.Jimmy hanya memberinya vitamin B kompleks untuk diminum jika kecemasan berlebihannya datang lagi." Kedua kawan dari Peony Powell ini mengangguk mengerti. "Bagaimana dengan besok?" tanya Mellonie tiba-tiba. "Bibi rasa akan jauh lebih baik jika ia izin sampai benar-benar sembuh. Atau--tidak akan melanjutkan pendidikannya sama sekali." Bibi Pawn menghentikan suapan ke mulutnya, setetes air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Dan Nathaline melihatnya, "Tidak bibi, Peony memiliki impian. Ia butuh pendidikan untuk melangkah ketempat yang lebih tinggi. Siapa tahu dengan pergi ke kampus ia akan mengingat jati dirinya sebagai Peony," Rosalyn berujar, seraya mengusap-usap pundak bibi Pawn. Hening sesaat, sampai akhirnya Nathaline lah yang bersuara, "bisa tolong tinggalkan aku dengan teman-teman Peony? aku ingin bicara dengan mereka." *** "Kamu percaya apa yang dikatakan Peony?" gumam Mellonie, kedua tangannya sibuk memperbaiki letak kaca spion di motornya. "Dia teman kita, sudah bertahun-tahun sejak sekolah menengah pertama. Peony bukan gadis yang suka berbohong, kita tahu itu kan? tapi sulit untuk mempercayai ceritanya, tidak tega juga jika kita sebut dia sakit." Rosalyn turun dari motornya, ia mengambil helm di jok, lantas berujar, "biar dia naik motorku saja. Mungkin aku bisa mengorek isi kepalanya selama di perjalanan." "Awas kalau dia tidak sampai kampus cuman gara-gara kewalahan menanggapi pertanyaanmu," ujar Mellonie, namun Rosalyn malah menatap ke arah lain sembari melambaikan tangan kanannya. "Disini.!!!" "Ohh ya tuhan Ros, lihat apa yang dia pakai?! memakai gaun pesta ke kampus? seriously?!" Mellonie menepuk jidat. "Dia benar-benar wanita dari abad 18 rupanya," Rosalyn terkikik, lantas tak memusingkan pakaian apa yang dipakai Peony saat ini. Peony sudah berjalan menghampiri mereka sekarang, Rosalyn memberinya helm dan bersiap menyalakan mesin motor. Namun Peony malah diam dengan raut wajah kebingungan. "Aku duduk dimana?" tanya Peony dengan polosnya. Rosalyn hanya mampu memperlihatkan deretan giginya seraya menepuk jok di belakangnya yang kosong. "B-bagaimana caraku duduk?" "Mmm...begini, kamu pernah naik kuda kan? lakukan saja seperti itu." Nathaline mematuhi ucapan Rosalyn, karena ia memakai dress se-mata kaki jadi ia duduk miring. Nathaline serasa melayang menaiki kendaraan itu, ternyata menyenangkan hidup di masa depan, dimana semua pekerjaan dibantu oleh mesin. Nathaline memandang ke samping kiri, Mellonie dengan sepeda motornya mengekori mereka. Sesekali Mellonie tersenyum dan melambaikan tangannya pada Nathaline. Tanpa sadar Nathaline membalas lambaiannya, ia baru bertemu dengan dua gadis ini namun, Nathaline merasa nyaman berada di antara mereka. "Seperti apa kampus itu?" tanya Nathaline, setengah berteriak. "Tidak perlu berteriak, aku masih bisa mendengar," ujar Rosalyn. Nathaline mengulum senyum, ternyata ia begitu konyol disini. Namun tak mampu memungkiri ia merasa muda kembali, bebas, dan liar. Itu adalah impiannya semasa kecil dulu, tanpa mengekang diri dengan adat istiadat kebangsawanan. "Kampus ya tempat belajar, dan para siswa-siswi disana mengenalimu sebagai Peony Powell. Peony adalah gadis yang pintar, banyak yang menyukaimu disana. Jadi, bisakah kamu tidak mengaku sebagai orang lain?" lanjut Rosalyn, entah mengapa itu malah membuat Nathaline merasa ragu. Ia bukan Peony, apa tidak masalah jika ia berbohong? "Tapi--aku seorang wanita dari abad 18. Yang tidak pernah melihat gambar bergerak dalam kotak yang menyala, tidak pernah menemui kendaraan terbang di angkasa, tidak pernah memakai celana yang seperti para pria pakai. Aku hidup dimana ketika aku berusia tujuh tahun sudah mencekik diri dengan aturan kebangsawanan, mulai dari memahat tubuh indah dibalik korset, hingga hal kecil tentang kesopanan. Dimana manusia begitu menjungjung tinggi martabat, sopan santun, serta adat istiadat untuk membangun citra sempurna di hadapan orang banyak. Aku bukan Peony Powell, seorang pelajar berprestasi anak dari pedagang ayam goreng. Aku buta akan dunia ini, jujur saja. Aku tidak bisa berpura-pura menjadi dirinya. Bagaimana jika orang-orang curiga kenapa seorang Peony Powell mendadak bodoh dan aneh sepertiku?" ungkap Nathaline terus terang. "Aku tahu jika kukatakan aku tidak mempercayaimu, maka kamu akan sedih. Tapi yang harus kamu tahu, aku dan Mellonie tidak akan meninggalkanmu, kami akan membantumu mengenal kehidupan seperti apa yang di jalani Peony disini. Mau kan, jadi Peony kami.?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN