Memergoki Suami
"Ahhh … Mas, kamu luar biasa sekali."
Suara desahan yang terdengar dari kamar itu membuat wanita itu sungguh meradang. Bagaimana mungkin lelaki yang sudah menjadi seorang kepala keluarga, tega menggoreskan luka dengan cara berbagi peluh dengan wanita lainnya.
Hati wanita itu seperti kosong kala mendengar suara desahan yang saling bersahutan. Apalagi, keduanya seperti sangat menikmati dan berhasil mencapai puncak kenikmatan bersama bernama o*****e. Sungguh, wanita itu sedemikian hancur hatinya.
Ia berjalan pelan-pelan, berusaha melihat langsung apa yang sedari tadi terdengar dalam indera pendengarannya. Mungkin saja itu bukan suara wanita selingkuhan sang suami. Batin wanita muda itu tidak henti-hentinya berkaca.
'Sungguh biadab kamu, Mas. Bisa-bisanya kamu tidak menutup pintu saat melakukan semuanya. Kamu benar-benar tidak punya hati, Mas.'
Meskipun sudah sedemikian kecewa, wanita yang sejujurnya menjadi istri sah lelaki yang tengah bergumul panas dengan wanita lain itu, tetap saja berusaha kuat melihat pemandangan tak senonoh di hadapannya.
"Oh, Ayumi. Dirimu sungguh luar biasa. Aku, merasakan kepuasan besar yang tidak pernah diberikan oleh istriku sendiri," puji Hendrik yang tidak puasnya dan tidak ingin berhenti mengecap rasa manis pada sebongkah daging padat di bagian d**a itu.
Bercak-bercak kemerahan memenuhi d**a wanita itu. Seolah dengan begitu, Hendrik telah menempelkan bukti kepemilikan pada tubuh wanita yang tengah ia gagahi. Birahi sungguh menguasai keduanya, hingga tidak sadar jika wanita yang sudah sah menjadi istrinya hanya bisa menatap pilu permainan liar mereka.
Air mata Hanna keluar begitu deras. Ia melihat langsung bagaimana sang suami dengan rakus mencumbu wanita lain pada ranjang cinta mereka. Suara desahan wanita itu juga tidak mau berhenti sedari dari, membuat gejolak amarah dadanya kian memuncak saja rasanya.
'Mas, apa sejujurnya kekuranganku? Apakah karena wajah ini tidak secantik Ayumi sehingga kau tega meninggalkan perih hingga sesakit ini?'
"Ahhh … uhh … Mas, bolehkah aku yang berada di atas? Aku tidak gampang puas jika hanya begini," ucap Ayumi membuat Hendrik menghentikan sejenak aktivitas senggama mereka.
"Kamu ingin di atas? Wah, aku sebenarnya sangat suka memimpin. Gak masalah, deh. Aku jadi bawahanmu kali ini," jelas Hendrik sambil tertawa pelan sekali setelah sebelumnya mencuri bibir wanita yang tengah berada dalam kuasanya itu.
Hanna segera beringsut keluar dari kamar ini. Pintu yang tidak ditutup rapat memudahkan ia langsung keluar agar saat pasangan laknat itu berganti posisi, mereka tidak tahu jika dirinya sudah menyaksikan live show yang justru membuat lukanya semakin dalam saja itu.
Kedua pasangan tidak halal itu berganti posisi. Hanna mengintip betapa sang suami memandang wanita itu dengan tatapan memuja. Tatapan yang hampir tidak pernah diperlihatkan pada wanita yang sudah mendampingi dirinya sebagai istri setahun belakangan ini.
"Oh, Mas, jika sudah begini, rasanya nikmat sekali. Sungguh, aku benar-benar tidak mau jika momen seperti ini harus berhenti," rajuk Ayumi dengan desahan manja yang sungguh membuat Hendrik kecanduan setengah mati.
"Tenanglah, Sayang. Meskipun bukan namamu yang tercetak dalam surat pernikahan itu, aku akan memastikan jika hanya nama Ayumi Nairobi yang sanggup menjungkirbalikkan duniaku menjadi sangat berwarna seperti ini. Bersama denganmu, aku sungguh merasa menjadi seorang lelaki seutuhnya," puja Hendri setinggi langit seraya melancarkan ciuman pada leher jenjang yang sungguh membuat dirinya tidak ingin permainan panas ini dihentikan.
Dan ketika suara lenguhan keduanya terdengar kala sama-sama mencapai puncak, Hanna seperti tidak bisa lagi berpijak. Air matanya masih saja keluar. Lantas, ia segera pergi sebelum sang suami mengetahui jika ia telah melihat pertunjukan hebat tadi.
Sungguh hebat, karena bisa menyakiti hatinya yang masih saja dilanda rasa harap akan cinta yang hadir di tengah-tengah hubungan mereka. Nyatanya, sejauh apapun ia berusaha memberikan cinta, tetap saja hadirnya seolah tidak ada di mata lelaki yang sudah mengikat janji di hadapan Tuhan itu.
Hanna memantapkan hatinya. Ia akan pergi keluar sebentar, sebelum kembali sesaat lagi. Hanna sungguh yakin jika sebentar lagi, kedua pasangan kumpul gajah itu pasti akan keluar sebentar lagi. Tidak, bukan kumpul kebo. Kasian, kalau kebo dibawa-bawa terus.
"Mas, sudah jam berapa ini? Aku yakin sebentar lagi istri bulukmu pasti akan kembali," tanya Ayumi seraya masih saja menikmati d**a bidang yang membuatnya candu akan nikmatnya sebuah hubungan antara pria dan wanita dewasa itu.
Hendrik melihat sekilas jam yang melingkari pergelangan tangannya. Meskipun tubuhnya tadi polos tanpa sehelai benangpun, aksesoris bermerek Rolex itu tetap saja berada di tempatnya.
Di antara puncak gairah yang menggebu, mana mungkin ia sanggup berpikir untuk melepaskan atribut seperti ini. Yang penting, senjatanya terpuaskan, begitu juga Ayumi dengan desahan manjanya yang membuat Hendrik merasa jika ia adalah lelaki paling perkasa.
"Wah, sudah hampir jam lima sore, Sayang. Sebentar lagi pasti Ayumi pulang kerja. Ayolah kamu harus bersiap-siap. Padahal, aku sendiri tidak ingin kebersamaan kita segera berlalu," sesal Hendrik yang hingga kini tidak bisa meyakinkan Ayahnya untuk menerima Ayumi sebagai istrinya yang kedua.
Wanita berwajah buluk itu sungguh mengganggu pemandangan saja. Meskipun ia sungguh muak, dirinya tidak mungkin menolak ultimatum sang ayah yang sangat ingin menjadikan Hanna menantu sebagai upaya balas budi itu.
'Dasar, Ayah. Uang yang banyak sudah cukup untuk membuat wanita itu menjauh. Bulshit rasanya kalau gak ada perempuan yang gak doyan duit. Mustahil. Lah ternyata, malah harus dijadikan menantu. Bagaimana caranya agar menantu ular itu bisa pergi dari kehidupan keluarga besar Hartawan?'
"Ya sudah, aku pamit dulu, deh. Meskipun badanku lengket-lengket karena dirimu yang begitu perkasa, tidak mungkin aku membersihkan diriku sekarang, pasti nanti perempuan itu sudah tiba dan malah mengacaukan semua rencana yang sudah kita susun ini."
"Kamu jangan khawatir, Sayang aku pasti akan mencari cara agar kita bisa segera bersama. Perempuan itu bukanlah tipeku. Pokoknya kamu jangan khawatir pasti kita bisa bersatu dan ayahku menyetujui hubungan kita ini."
Ucapan Hendrik membuat Ayumi serasa berada di awang-awang. Dirinya sungguh yakin jika nantinya akan menjadi nyonya Hartawan selanjutnya. Kekayaan yang tidak terbatas itu, membuat ayumi rela menggadaikan tubuh dan harga dirinya untuk menjerat Hendrik yang memang tidak mencintai istri sahnya itu.