8. Bertemu Lagi

1811 Kata
"Dan....... Selesai! Terima kasih atas kerja kerasmu Mia." Mia menghembuskan nafas lega saat perekaman lagu terbarunya akhirnya selesai dengan mulus. Setelah berjam-jam berdiskusi, mereka akhirnya mendapatkan lagu utuh yang benar-benar sesuai dengan apa yang Mia bayangkan saat membuatnya. Semua kru tersenyum lega, karena pekerjaan mereka untuk hari ini akhirnya selesai juga. "Nah Mia, pekerjaanmu telah selesai untuk hari ini. Ayo pulang, Bos sudah menunggumu di ruang tunggu." Lily, manager pribadi Mia segera mendekat ketika dia merasa Mia telah selesai dengan urusannya saat ini. Mendengar arahan Lily, Mia juga langsung mengangguk mengerti. Dia tidak bisa membuat orang sesibuk sepupunya menunggu terlalu lama, karena Mia yakin Enzo masih memiliki banyak urusan setelah ini. "Ayo Kak Lily. Semuanya, terima kasih banyak untuk hari ini," ujar Mia sopan. Melihat kesopanan Mia, para kru yang sedang bekerja menyempatkan diri untuk membalas ucapan gadis manis itu. Bagaimana pun Mia adalah harta langka, yang memiliki segalanya namun tetap mempertahankan kesopanannya pada siapapun. "Bos, kami akan turun ke lantai bawah sekarang." Saat mereka berjalan memasuki lift, Lily menyempatkan dirinya untuk menelepon Enzo yang menunggu di ruangan lain. "Aku akan menemui kalian di lobby," balas pria itu dari sisi lain panggilan. Perjalanan lift mereka terasa singkat, saat dalam beberapa detik mereka akhirnya tiba di lantai dasar gedung perekaman tersebut. "Maaf membuatmu menunggu Kak." Ketika Mia dan Lily akhirnya sampai di lobby, telah duduk Enzo yang ditemani oleh sekertaris pribadinya di salah sofa yang tersedia di sana. Lily mengangguk kecil pada bosnya, lalu tersenyum kecil pada kakak perempuannya yang tengah berdiri di belakang Enzo saat ini. Mia yang berada di belakang Lily segera mendekati Enzo, yang dihadiahi usapan lembut di kepala oleh pria itu. "Kamu lelah bukan? Apa kamu sudah makan siang Mia?" tanya Enzo perhatian. Mia dengan jujur menggeleng, dia bersikeras untuk menyelesaikan perekaman lagunya hari ini tadi sampai tanpa sadar mereka telah melewatkan makan siang. Selesai mendapat jawaban dari Mia, Enzo langsung menghela nafas panjang. Dia sudah menduga hal ini. Bahkan Lily yang bertugas sebagai manager Mia juga tidak akan bisa membujuk gadis itu jika Mia telah menetapkan pilihannya. "Ini memang sudah melewati waktu makan siangmu, namun aku ingin membawamu makan di restoran terlebih dahulu sebelum mengantarmu pulang hari ini. Apa ada makanan khusus yang ingin kamu makan saat ini?" tanya Enzo lagi. Mia kembali menggeleng untuk menjawab pertanyaan Enzo. "Tidak Kak, aku akan memakan apa saja. Kakak juga pasti belum makan kan? Jika Kak Enzo belum makan siang, aku jamin Kakak juga telah membuat Kak Rose melewatkan makan siangnya. Kak Lily juga belum makan siang hari ini. Kita makan bersama-sama ya," balas Mia. Kali ini Enzo mengangguk, dia bangkit dan berjalan diikuti oleh Rose dan Lily yang mengekor di belakang mereka. "Kalau begitu, ayo kita datangi restoran favoritku hari ini," ujar Enzo memberitahu. ***** "Kamu makan seperti tidak bertemu makanan selama satu tahun Leon." Leon mendengus saat kalimat pertama yang dikeluarkan bosnya setelah mereka selesai makan adalah sebuah kalimat penghinaan yang diucapkan dengan sangat tenang. Leon menghapus sisa makanan di bibirnya dengan cepat, sebelum membalas komentar pedas yang Victor berikan sebelumnya. "Menghadapi orang yang menyebalkan membuatku lapar Bos. Aku benar-benar sebal padanya tadi. Bagaimana bisa dia merendahkan Bos yang derajatnya lebih tinggi daripada cecunguk macam dia?! Sekarang ini, organisasi dipimpin oleh Bos. Orang tua sepertinya seharusnya sudah tidak ikut campur lagi dalam urusan organisasi yang sudah bukan masanya lagi." Victor hanya diam saat dia mendengarkan protesan yang dibuat oleh Leon. Gelang wine di tangannya dia mainkan, ketika tatapan tenangnya menyapu gerakan benda cair yang berputar di gelasnya. "Aku yang menghadapinya Leon. Kamu tahu benar siapa yang seharusnya lebih kesal padanya tadi. Tapi kamu juga jelas tahu kita tetap harus melakukannya. Dia orang penting dari masa kepemimpinan organisasi sebelumnya. Aku masih harus mendengarkannya, jika ingin membangun koneksi dengan beberapa orang berguna yang dia kenal selama ini." Mendengar jawaban Victor, Leon akhirnya berhenti mengeluh. Yah, mereka memang masih harus banyak berusaha saat ini. Semuanya tidak akan mudah, apalagi dunia mereka memang tidak mengijinkan orang untuk lengah walau hanya sebentar. "Bos, mereka......" Mengikuti arah pandang Leon, Victor menemukan orang-orang familiar yang baru saja memasuki restoran. Victor jelas mengenal keempat orang itu. Mata Victor hanya fokus pada satu orang dari awal hingga akhir. Kakinya tanpa sadar terangkat, untuk segera menghampiri orang yang menganggu pikirannya sejak awal pertemuan mereka. Melihat bahwa bosnya bangkit untuk mendatangi keempat orang itu, Leon pun segera bangkit untuk ikut menghampiri mereka bersama dengan bosnya. Kakinya baru saja mengambil dua langkah maju, saat seseorang tiba-tiba saja maju untuk menyapanya dengan akrab. "Um...... Kamu orang yang membantuku saat hujan beberapa hari yang lalu bukan, Tuan?" Leon terkejut saat Mia nampaknya mengenalinya dan berinisiatif untuk menghampirinya dengan kehendaknya sendiri. Wajah gadis itu nampak cerah berseri, saat dia akhirnya berhasil bertemu secara tidak sengaja dengan penolongnya saat itu. Masalahnya, saat ini Mia dengan polos melewati Victor dan langsung bergegas menuju Leon yang berjalan agak jauh di belakang Victor. Leon dengan jelas bisa melihat wajah bosnya yang menghitam, menatapnya dengan alis berkerut seakan Leon lah yang paling bersalah disini. "Um, aku....." "Maaf aku menghentikan mobilmu seenaknya waktu itu. Jika Tuan bersedia, aku ingin mengajak Tuan makan bersama kami sebagai tanda permintaan maaf karena telah menganggu waktu Tuan saat itu." Suasana berubah canggung saat Mia terlihat bersikeras berterima kasih hanya pada Leon. Mia selalu ingat bahwa dia harus membalas jasa orang-orang yang telah menolongnya. Bisa bertemu di situasi kebetulan seperti sekarang, Mia menyakini bahwa pertemuan mereka memang bagian dari takdir. Mia yang pingsan sebelum melihat Victor jelas tidak tahu bahwa penyelamat sebenarnya ada tepat di belakangnya. Kesalah pahaman itu berlangsung cukup lama, sampai Mia sendiri bingung dengan orang-orang di sekitarnya yang tiba-tiba terdiam. Karena berbeda dengan wajah Mia yang terlihat senang, wajah-wajah lain di dekatnya nampak sangat canggung saat mereka saling bertatapan satu sama lain. Lily mencoba memberitahu kakaknya yang waspada tentang peristiwa yang wanita itu lewatkan sebelum ini, dan apa hubungan yang dimiliki Mia sampai gadis itu bisa mengenal tangan kanan Victor. Setelah mendengarkan penjelasan itu Rose memang menurunkan kewaspadaannya, namun suasana canggung masih terus berlangsung karena tidak ada satupun dari mereka yang ingin membuka pembicaraan. "Itu......." Leon terkejut saat dia melihat Victor, pria itu nampaknya benar-benar terganggu pada fakta bahwa Mia hanya mengingat Leon sebagai penyelamatnya saat itu. Alis tegas pria itu menyatu, saat matanya turun untuk menatap lama Mia yang sama sekali tidak juga memandangnya. "Um, orang yang menyelamatkanmu sebenarnya adalah bosku. Dia yang mengesampingkan pekerjaannya untuk mengantarmu pulang saat itu. Jika kau ingin berterima kasih, kau lebih baik berterima kasih padanya saja." Untuk menghindari bencana yang lebih buruk, Leon segera meluruskan kesalah pahaman Mia dengan mengenalkan Victor yang berdiri diam seperti bongkahan batu es. Ketika Mia akhirnya menatap Victor, Mia akhirnya sadar bahwa dia telah bertindak tidak sopan dan mengabaikan sosok penyelamat lainnya yang ada di dekatnya sedari tadi. Gadis itu dengan cepat membungkuk, saat dia berniat meminta maaf pada Victor dia diamkan sedari tadi. "Ah, tolong maafkan sikap tidak sopan yang aku lakukan sebelumnya Tuan. Aku...... Aku terlalu fokus pada orang yang kuingat sampai tidak sadar bahwa Tuan juga telah menyelamatkanku pada saat itu. Maaf jika perlakuanku membuat Tuan tidak nyaman. Dan terima kasih Tuan, karena sudah bersedia meluangkan waktu untuk mengantarku pulang tanpa memberitahu siapa pun pada saat itu." Leon melihat dengan mata dan kepalanya sendiri bahwa ekspresi Victor langsung kembali santai saat Mia akhirnya menyadari kesalahannya. Leon berpikir Victor mungkin sama sepertinya, tidak menyangka bahwa sepupu dari orang sombong yang angkuh seperti Enzo adalah gadis manis yang sopan seperti Mia. Senyumnya yang tulus entah mengapa mampu membuat orang-orang tidak tega untuk memarahinya lebih jauh lagi. "Tidak apa-apa, kamu juga nyatanya pingsan sebelum kita bisa bertemu secara langsung." Mengabaikan tatapan Enzo yang terus menatapnya dalam, Victor tetap membalas ucapan Mia tanpa ragu sedikit pun. Mata tajamnya terus menatap Mia saat gadis itu menghela nafas lega. Dari bibirnya yang berwarna merah muda keluar sebuah tawa kecil, yang bertindak seperti mantra yang membuat Victor rasanya ingin ikut tersenyum mendengar suara merdu itu. "Syukurlah....... Ah, maaf aku tidak memperkenalkan diri sebelumnya. Namaku Mia Caroline, sepupu sari Kak Enzo. Kak Enzo bilang kalian sudah saling mengenal sebelumnya. Aku tidak tahu dunia bisa sesempit ini." Mata Victor dan Enzo bertemu begitu Mia menyebut mereka saling mengenal sebelumnya. Keduanya terdiam, sebelum Victor mengulurkan tangannya agar dia bisa berjabat tangan dengan Mia. "......Ya, aku memang mengenal sepupuku. Kamu bisa memanggilku Victor. Dan dia........ Sekertaris pribadiku, Leon." Victor tidak ingin Mia tahu bahwa dia berada dalam dunia yang sama dengan sepupunya untuk saat ini. Dia hanya mengenalkan diri dengan cepat, namun sudah cukup untuk membuat orang-orang di sekitarnya terdiam karena terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa Victor sekali lagi mau bersikap ramah pada seseorang yang belum lama ini dia temui. Apalagi pada seorang gadis manis yang berprofesi sebagai seorang penyanyi, salah satu bagian dari dunia entertainment yang sangat tidak disukai oleh Victor. Karena jika Enzo digambarkan sebagai sosok yang sombong dan kejam, maka Victor sering digambarkan sebagai sosok apatis yang tidak mudah ditebak pikirannya semenjak kematian adiknya. Pria itu juga tidak akan merasa bersalah jika dia melukai seseorang. Sehingga sejak awal Enzo harus waspada pada pria itu ketika Mia bisa bertemu dengan Victor saat ini. Dibandingkan suasana yang semakin aneh karena percakapan tidak terduga dari Mia dan Victor, Mia yang sama sekali tidak peka dengan keadaan hanya mengangguk mengerti setelah dia mendengar perkenalan singkat yang dilakukan Victor. Senyum manis manis terlihat di wajahnya, saat Mia berucap dengan ramah untuk sekali lagi. "Kalau begitu aku akan memanggil kalian Kak Victor dan Kak Leon. Um, apa kalian sudah memesan makanan? Aku masih ingin berterimakasih pada kalian dengan mengundang kalian makan bersama jika tidak merepotkan." "Mia-" "Bos-" "Kami belum makan, kita bisa makan bersama sekarang." Ketiga pemilik suara itu berucap secara bersamaan ketika Mia selesai menawarkan rasa terima kasihnya. Enzo mencoba mengalihkan perhatian Mia agar gadis itu tidak semakin akrab dengan Victor. Leon mencoba memberitahu Victor bahwa sekalipun Mia bersikap baik dan ramah pada mereka, makan malam di meja yang sama dengan Enzo tetap lah bukan sebuah ide yang baik. Sementara Victor, tanpa peduli pada siapa pun, segera mengiyakan saja permintaan dari Mia. "Ah syukurlah....... Kak Enzo, aku boleh mengundang mereka bukan? Aku ingin berterimakasih pada Kak Victor dan Kak Leon atas bantuan mereka padaku waktu itu. Makan bersama-sama lebih menyenangkan bukan? Apalagi kalian juga sudah saling mengenal satu sama lain sejak lama." Dihadapkan dengan mata penuh semangat milik sepupunya, semua kata-kata penolakan yang semula dipikirkan Enzo tiba-tiba hilang begitu saja. Enzo diam-diam melirik Victor dengan dingin, sebelum kembali lagi menatap Mia yang menunggu jawabannya dengan harap-harap cemas. "Tentu saja kamu bisa melakukannya. Aku juga merasa, bahwa aku seharusnya berbincang banyak dengan Victor setelah ini." Dapat Leon rasakan bahwa Enzo menatap mereka dingin saat suara lembutnya membalas permintaan Mia. Satu-satunya gadis dalam kelompok itu tersenyum bahagia, saat dia menatap Victor dan Leon dengan sebuah senyuman lebar. "Kalau begitu mari kita makan bersama-sama, Kak Victor, Kak Leon. Hari ini akan menjadi traktiranku," ucap Mia sambil tersenyum lepas. To be continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN