"Shadaqallahul Adzim."
Laki-laki dengan baju koko putih dan kopiah hitam dikepala itu menutup kitab suci Al-Qur'an, lalu menciumnya dengan lembut.
Ia berdiri, mengayunkan kakinya untuk meletakkan kitab suci itu pada tempat semula. Senyumannya merekah kala tanpa sengaja melihat foto keluarganya diatas nakas. Ada wajah yang membuatnya rindu setelah hampir 4 bulan ia tidak pulang ke Bandung, karena harus melanjutkan kuliahnya di Jakarta.
Alaska, Senja, Rasyid dan Akilla adalah orang yang paling dirindukan olehnya.
Merasa puas melihat foto keluarganya, ia kembali berjalan menuju lemari untuk mengambil T-shirt dan celana trainingnya setelah meletakkan kopiahnya di atas nakas.
Tubuh nya yang seksi, tegap, rahang kokoh dan bibir yang sexy serta perut yang berkotak-kotak, membuatnya persis seperti Ayahnya diwaktu muda, terlihat jelas saat ia melepas baju kokonya lalu menggantungkannya di belakang pintu agar bisa digunakan kembali saat ia ingin melakukan sholat.
Brak!
Belum sempat laki-laki itu menggunakan bajunya suara bantingan pintu apartemen lebih dulu mengalihkan pergerakannya untuk membuang T-shirtnya di ranjang, berjalan cepat keluar kamar dengan bertelanjang d**a, dan kain sarung yang melekat di bagian bawah. Pasalnya, ia ingat jika pintu apartemen belum dikunci saat dirinya membeli makanan diluar.
Begitu keluar, matanya membulat sempurna saat melihat seorang perempuan dengan dress putih tulang, tanpa lengan yang memperlihatkan bahunya yang putih dan mulus, terkulai lemas di lantai dengan paha yang terekspos dan leher jenjang yang terlihat akibat rambutnya yang digulung satu ke atas. Ia tertunduk seperti tidak berdaya.
"Lo siapa?" tanyanya dengan nada terkejut luar biasa, bagaimana tidak, dirinya belum pernah melihat perempuan masuk dikamar apartemennya apalagi menggunakan baju kekurangan bahan seperti itu.
Perlahan perempuan itu mulai berdiri meski sulit karena tubuhnya terasa terhuyung akibat alkohol yang bereaksi ditubuhnya. Tangannya melekat didinding sebagai tumpuan untuk menahan beban tubuhnya. Kepalanya mendongak menatap seorang laki-laki didepannya yang bertelajang d**a.
"Syauqi?" lirihnya pelan.
Saat itu juga, Syauqi kembali membulatkan matanya. Ada sosok perempuan yang Syauqi kenal.
"Lo ngapain di apartemen gue?" tanya Syauqi, suaranya menjelaskan ketidaksukaan pada sosok didepannya. Terlebih lagi mata tajam miliknya menikam pada mata perempuan tersebut.
Perempuan itu terkekeh geli, pikirannya kacau. Kepalanya terasa dilanda oleh badai.
"Apa? Apartemen lo? Ini apartemen gue kali!" katanya. Nada suaranya terdengar melantur.
"Apartemen lo disebelah, Bella!" ucap Syauqi tegas.
Perempuan bernama Bella itu, tersenyum sumringah pada Syauqi. Mata indahnya tertuju pada d**a bidang Syauqi lalu turun pada perut kotak-kotak Syauqi yang sangat sexy menurut Bella.
"Lo sexy, Qi. Pantes di kampus banyak yang suka sama lo," kata pujian untuk Syauqi dari Bella.
Mata Syauqi langsung turun melihat dadanya.
Astaga! Syauqi lupa bahwa ia tidak sempat memakai kaosnya.
Dengan sigap Syauqi langsung memegang kedua bahu Bella saat perempuan itu hendak tumbang.
Hidung Syauqi bisa mencium aroma alkohol dari napas Bella.
"Lo mabuk?" tanya Syauqi dengan mata yang menunduk menatap Bella.
Perempuan berwajah blasteran itu menggeleng pelan, matanya mulai sayu, kakinya sudah tidak tahan untuk menopang tubuhnya. Hingga pada akhirnya, Bella membanting tubuhnya kehadapan Syauqi.
Tidak ada yang dilakukan Syauqi selain menghela napas panjang. Hatinya kesal bukan kepalang. Detik berikutnya ia meletakkan tangan kanannya di bawah lutut Bella dan tangan kiri berada di pinggang Bella. Mengangkat tubuh indah Bella bak gitar Spanyol itu.
Kaki Syauqi mengayun keluar kamar apartemen menuju kamar apartemen sebelah, membawa Bella dalam gendongannya. Setidaknya Syauqi masih berbaik hati mengantarkan Bella ke kamarnya.
Didalam hatinya, Syauqi terus mengucap istigfar. Niatnya adalah menolong bukan untuk berbuat dosa.
"Syauqi lo ganteng," lirih Bella tangannya menyelusup untuk melingkar di leher Syauqi.
Syauqi hanya mendengus kesal, ia tahu bahwa Bella dalam pengaruh alkohol. Ia tidak heran jika melihat Bella yang sering mabuk, karena Bella bukan gadis baik seperti tipe gadis idaman Syauqi.
Syauqi membuka pintu apartemen Bella yang ternyata tidak dikunci, ia melangkahkan kakinya menuju sofa. Lalu membaringkan tubuh Bella di sofa.
"Lepasin tangan lo!"
Bella menggeleng pelan mendengar nada perintah Syauqi, tangannya malah mengeratkan pelukan pada leher Syauqi, membuat laki-laki itu terus membungkuk, menunduk menatap wajah Bella dalam jarak yang dekat.
"Mau main sama gue, Qi?" tanya Bella dengan nada menggoda dan s*****l matanya yang indah menusuk masuk di manik mata Syauqi.
"Lo gila, Bell!" sarkas Syauqi, dan berusaha menarik dirinya untuk memberi jarak diantara mereka. Namun, lilitan dileher Syauqi tidak bisa dilepas terlalu kuat menurut Syauqi.
"Gue gak gila kok," jawab Bella tenang, senyuman menggoda terus dilempar untuk Syauqi.
Bella berusaha menarik leher Syauqi untuk semakin dekat dengan wajahnya.
Laki-laki itu menggeram kesal, matanya jelas memancarkan kemarahan. Seandainya saja perempuan itu tidak mabuk sudah dapat Syauqi pastikan, jika Syauqi akan melontarkan kalimat pedas.
"What are you doing, boy?"
Suara tegas dan besar itu, membuat arah pandang Syauqi yang menunduk menatap nyalang Bella, langsung teralihkan pada sosok yang berdiri di ambang pintu apartemen.
Seorang pria paruh baya berdiri dengan pakaian formal. Tegap dan berwibawa. Matanya berwarna coklat terang, dan wajahnya bukan wajah asli orang Indonesia. Dan pria itu mirip seperti Bella. Mungkin Ayahnya.
"Maaf Om, ini gak seperti yang Om lihat," sela Syauqi cepat, dan menghempas kasar tangan Bella yang melilit lehernya.
Bella bergumam kesal di sana, sementara Syauqi sudah berdiri tegak. Sungguh, ini sangat memalukan bagi Syauqi, dirinya terpergok bersama Bella saat tubunnya bertelanjang d**a.
"Ada apa dengan putri saya?" pria paruh paya itu tak membalas ucapan Syauqi. Ia berjalan mendekati putrinya, dan Syauqi memberi jalan. Matanya menerawang jauh melihat keadaan putrinya selalu begini.
"Dia mabuk Om, tadi dia masuk kamar saya. Dia salah kamar, jadi saya membawanya kemari," jelas Syauqi harap-harap cemas. "Demi apapun saya tidak melakukan hal aneh dengan Bella."
"Syauqi gue mau rasain hidup sama lo."
Itu suara Bella yang melantur, dengan mata terpejam rapat. Syauqi hanya menatap tajam pada Bella, entah ada apa dikepala cantik milik Bella itu. Sampai dia harus berbicara seperti itu.
Sementara pria berwajah bule itu langsung terkejut dengan penuturan anaknya.
"Kamu kenal dengan anak saya?" pertanyaan itu terlontar untuk Syauqi. Membuat fokus matanya beralih pada pria itu.
Syauqi mengangguk dua kali, dan membuat pria itu tersenyum senang.
"Saya Gerald, Ayahnya Bella." Gerald mengulurkan tangannya pada Syauqi dan dengan cepat Syauqi membungkuk badannya, mencium punggung tangan Gerald dengan sopan.
"Saya Syauqi, Om," jawab Syauqi.
Entah mengapa Syauqi merasakan atmosfer didalam ruangan ini mendadak berubah mencekam. Otak Syauqi bekerja keras untuk segera keluar dalam ruangan ini. Namun hati kecilnya menolak mentah-mentah.
"Kamu sangat sopan, dan baik hati." puji Gerald dengan melirik sekilas ke Syauqi lalu kembali beralih pada Bella yang tampaknya sudah tertidur pulas.
Syauqi yang dipuji hanya diam. Bibirnya terpaksa dilengkungkan. Hatinya sudah bergejolak bahwa disini akan ada sesuatu yang terjadi. Melihat sikap Gerald yang tenang dan tidak marah saat anaknya di sentuh oleh seorang lelaki.
"Kamu mau menikah dengan anak saya?"