Calon Suami

1372 Kata
Pagi ini tidak ada jadwal masuk kuliah. Dan Syauqi berdiam diri di sofa ruang tamu dengan ponsel ditangannya. Matanya lurus menatap pada nama yang tertera dilayar. Mama ❤ Syauqi belum siap harus membicarakan ini. Hatinya masih bimbang, apakah menikah dengan Bella akan membuatnya bahagia, seperti kedua orang tuanya? Atau justru sebaliknya, malah membuat ia sengsara. Jempol Syauqi menekan icon video di pojok kanan, untuk bisa bertatap muka dengan Mamanya. Ponselnya difokuskan kedepan. "Assalamualaikum, anak Mama. Tumben baru kasi kabar, Mama kangen banget, kamu kenapa gak pulang-pulang ke Bandung?" Suara Senja disana menyambut dengan tenang dan wajah yang bahagia. Berbeda dengan Syauqi, ia meringis. "Waalaikumsalam, Ma." Kening Senja berkerut, saat melihat wajah anaknya seperti ada beban. "Muka kamu kenapa, sayang? Kok gak semangat? Ada masalah kuliah?" tanya Senja lembut seperti biasa. "Gak ada Ma, oh ya Papa ada di rumah?" dengan cepat Syauqi merubah mimik wajahnya. Ia benar-benar belum siap untuk berbicara jujur. "Papa lagi anterin Killa ke pesantren kilat, kenapa?" "Syauqi cuma mau bilang, besok Syauqi pulang ke Bandung dan Syauqi mau minta.." ucap Syauqi menggantung membuat Senja menaikkan dua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Syauqi. Laki-laki itu menghela napas kasar dan mengerjapkan matanya beberapa kali lalu fokus menatap Senja dilayar ponselnya. "Minta restu Mama sama Papa, Syauqi mau nikah, Ma." Mulut Senja menganga, bersama raut wajah yang terkejut luar biasa. "Nikah? Kamu gak lagi berbuat anehkan Qi?" Syauqi menggeleng pelan, menundukkan kepalanya sebentar lalu mengangkatnya kembali menatap Senja. "Gak Ma." "Qi, jangan karena Mama sama Papa nikah muda, kamu juga pengen nikah muda. Mama gak mau masa muda kamu gak bebas karena udah nikah." Syauqi menghela napas, seandainya saja Mamanya tahu ia menikah karena apa dan siapa perempuan yang akan dinikahi. "Ma, Syauqi yakin. Dan Syauqi minta maaf kalau calon menantu Mama nggak seperti Mama. Syauqi harap Mama sama Papa kasi restu buat Syauqi." Senja hanya diam sejenak disana. Syauqi adalah Alaska kedua menurut Senja, dimana keinginannya harus diikuti. "Kalo itu mau kamu dan kamu yakin, Mama restuin. Terus calon menantu Mama siapa? Maira ya?" Syauqi tidak yakin harus menjelaskan Bella pada Senja yang jelas-jelas tidak seperti Senja. Apalagi Senja mengira bahwa yang ingin di nikahi adalah Maira. "Besok Syauqi ke Bandung sama Papanya. Dan lusanya Syauqi akan menikah sama dia." Untuk kesekian kalinya Senja di buat terkejut oleh putra sulungnya. Menikah dalam waktu cepat. "Yasudah, besok Mama sama Papa tunggu kamu. Dan Mama berdoa semoga keputusan kamu tepat." "Iya, Ma. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Sambungan terputus dan Syauqi menghempas kasar kepalanya disandaran sofa. Matanya terpejam untuk sesaat mengingat apa yang Gerald katakan. Tepat, seperti dugaan Syauqi. Dari mata Gerald, Syauqi sudah menangkap jelas bahwa pria itu mencoba mengatakan sesuatu. "Anak saya sendiri disini, saya harus bekerja di Amerika, pekerjaan saya membuat saya harus mengurangi waktu untuk berkunjung melihat Putri saya." jelas Gerald. Nada suaranya terdengar begitu menyedihkan. Untuk kesekian kalinya mata Syauqi membulat sempurna, rahangnya tampak mengetat dan hatinya bergejolak tidak terima. Sebisa mungkin Syauqi kembali bersikap sopan. "Maaf Om saya tidak bisa menikah disaat saya masih kuliah dan umur kami juga masih muda," sela Syauqi tenang. "Lagi pula saya juga tidak mempunyai pekerjaan untuk menafkahi Bella." Gerald menghembus napas pelan, pria itu berjongkok dihadapan Bella. Mengelus lembut pipi anaknya dengan jari-jari kekarnya. Sambil mencerna baik-baik ucapan Syauqi. "Saya bukan Ayah yang baik untuk Bella. Saya tidak tahu mengapa putri  saya begini, dan mungkin semuanya karena saya yang kurang memberinya perhatian." Syauqi bisa mendengar jelas ada nada penyesalan di sana. Wajah Gerald memancarkan aura kekhawatiran untuk anaknya. "Saya bekerja di Amerika, dan setiap 5 bulan sekali saya mengunjunginya. Saya dulu sempat untuk membawa Bella ikut ke Amerika, namun Bella tidak mau, karena disini adalah tempat Ibunya. Jadi saya terpaksa harus meninggalkan Bella disini." Gerald menatap sayu pada Bella, lalu menghembus napas pelan. "Kenapa Bella tidak tinggal bersama Ibunya, Om?" tanya Syauqi penasaran. Gerald mengalihkan tatapannya pada Syauqi. Ia berdiri, lalu mempersilahkan Syauqi duduk di sofa single sementara dirinya duduk di sebelah Bella yang tertidur. "Ibu Bella sudah lama meninggal sejak melahirkan Bella. 10 tahun kemudian, saya menikah dengan seorang janda anak satu. Namun, setahun kemudian saya memutuskan untuk berpisah, karena wanita yang saya nikahi itu tidak bisa menyayangi anak saya seperti dia menyayangi anaknya. Banyak tuntutan yang diberikan olehnya kepada Bella. Untuk itu saya hanya ingin melihat Bella bahagia." Syauqi tidak menyangka jika Gerald berani menceritakan masa lalu kepadanya. "Saya bisa memberi uang setiap bulan atau setiap minggunya kepada kamu, untuk menafkahi anak saya. Asal saya mohon nikahi anak saya, dan bimbing dia. Hidupnya sudah terlalu rumit selama ini." lanjut Gerald, dengan nada permohonan luar biasa. Syauqi menelan salivanya susah payah. Apa Syauqi bermimpi buruk kemarin malam? Sampai-sampai dia harus menikah disaat usianya masih 19 tahun dan kuliahnya juga baru semester 4. "Saya merasa tenang jika anak saya menikah bersama kamu." kata Gerald lagi. Lidah Syauqi terasa kelu untuk melontarkan sebuah kata atau kalimat. Entah ini takdir atau keturunannya yang harus menikahi diusia muda. Syauqi tidak tahu pasti. Mata Syauqi kembali teralih pada Bella, saat perempuan itu menggeliatkan tubuhnya. "Tapi.. Om.." "Saya mohon. Jika dalam waktu empat bulan kamu tidak tahan bersama Bella. Kamu bisa melepaskan Bella dan berpisah, lalu saya akan membawa Bella ke Amerika bersama saya. Entah kenapa saya yakin sama kamu untuk saat ini." ujar Gerald menatap sendu dan penuh harap pada Syauqi. Kenapa jalan hidup Syauqi seperti ini? Dia belum ingin menikah, apalagi menikahi perempuan seperti Bella. Syauqi menghembus napas panjang, matanya lurus menatap Gerald lalu melirik sekilas kepada Bella. "Baiklah kalo begitu, Om. Saya mau dan maaf jika saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini jika saya tidak tahan sama Bella suatu saat nanti." Menurut Syauqi, Bella itu cantik sangat cantik, bahkan Bella adalah putri kampus. Mahasiswi dengan jurusan pariwisata. Ahli dalam 5 bahasa asing pula. Bella terbilang sebagai mahasiswi yang pintar dan aktif. Dan jangan lupakan jika Bella pintar dalam menyanyi. Perempuan itu juga mempunyai banyak teman, termasuk teman laki-laki. Tubuh Bella sangat indah, tinggi yang ideal dan berat badan yang pas. Tidak ada yang terlewatkan dari Bella. Satu kampus mengenal Bella dan para pria juga tertarik pada Bella. Hanya saja Syauqi yang tidak tertarik kepada Bella, karena Syauqi telah lebih dulu jatuh cinta pada teman sekelasnya. Mungkin dimata orang lain, Bella memang sangat sempurna. Namun, bagi Syauqi, Bella masih mempunyai kekurangan yaitu tidak masuk dikritea calon istri idaman Syauqi. Salah satu impian Syauqi adalah mendapatkan istri seperti Senja. Baik, pintar masak, lemah lembut, sabar, rendah hati dan yang paling utama adalah menutup aurat dan tidak nakal seperti Bella. Dan Syauqi yakin, jika Papanya pasti beruntung mendapatkan istri seperti Mamanya. Walaupun Syauqi tahu bahwa pernikahan mereka dulu tidak berjalan baik, karena harus menikah muda. "Pagi, calon suami." Kepala Syauqi langsung tegak dan matanya menatap pada sumber suara. Ada seorang perempuan yang berdiri di ambang pintu apartemennya dengan rambut yang digulung ke atas. Celana jeans hitam serta tanktop merah yang di baluti oleh blazer hitam dan ransel warna cream yang bertengger manis di punggung perempuan itu. Mengartikan bahwa Bella akan ke kampus. Syauqi langsung membuat muka saat melihat Bella berjalan mendekatinya. "Pagi, calon suami." ulang Bella sekali lagi dengan senyum manisnya dan berdiri disebelah Syauqi. "Assalamualaikum dulu, Bella!" tekan Syauqi, matanya kembali menatap tidak suka pada Bella. "Eh iya, Assalamualaikum calon suami." Syauqi ingin muntah rasanya saat mendengar nada manja dan dari Bella. "Peraturan sesudah menikah!" seru Bella kencang, menatap lurus pada kertas yang ada ditangannya. Mata Syauqi langsung teralihkan pada Bella, mengernyit bingung mendengar peraturan sesudah menikah. "Calon suami, dengerin aja ya. Biar calon istri yang menjelaskan." kata Bella lembut dengan senyuman tak pernah pudar dari wajahnya. Syauqi memutar bola matanya jengah. Kenapa dia harus bertemu dengan makhluk seperti Bella? "Yang pertama : lo gak boleh larang gue mau kemana terus pergi sama siapa. Gue mau bebas!" "Gue juga mau bebas kali!!" Sahut Syauqi. Bella mengangguk paham, dan kembali menatap kertas ditangannya. "Yang kedua : gue gak pinter masak, gak pinter beres-beres jadi maaf gue gak masak buat lo!" "Hm!" "Yang ketiga : semua orang di kampus gak boleh tahu kalo kita sudah menikah." "Gue juga gak mau semua orang tau!" Lagi, Bella mengangguk setuju. "Yang keempat : lo harus sabar sama gue!" "Sabar juga ada batasnya!" Bella tidak menyahut ia hanya menganggukkan kepalanya. "Dan yang terakhir adalah : kita harus tidur seranjang gak boleh pisah!" "WHAT?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN