Perjalanan dari Jakarta ke Bandung di tempuh hanya beberapa jam saja, menggunakan mobil pribadi milik Gerald, yang sekarang menjadi milik Bella.
Gerald yang duduk didepan sebelah Syauqi hanya tersenyum hangat, melihat laki-laki itu fokus menyetir untuk menuju kompleks perumahan keluarganya. Dan Gerald tidak akan pernah khawatir lagi untuk meninggalkan Bella sendiri di negara ini.
Sementara Bella, perempuan itu sibuk dengan ponselnya dan earphone yang menempel di kedua telinganya. Kepalanya mengangguk mengikuti alunan musik yang ia dengar bahkan sesekali Bella mengeluarkan suaranya untuk ikut bernyanyi dan mengabaikan dua orang didepannya.
"Mari Om, sudah sampai," kata Syauqi sopan setelah memakir mobil Bella di halaman rumahnya.
Gerald tersenyum lalu mengangguk, ia menoleh kebelakang untuk menyadarkan anaknya yang asik sendiri dengan dunianya.
"Bella, ayo turun udah sampai."
Bella langsung mendongak menatap Gerald lalu bergantian menatap Syauqi yang juga menatapnya.
"Sampai mana?" tanya Bella asal, seraya melepas earphone lalu memasukkan kedalam tas kecilnya.
"Neraka!" batin Syauqi geram melihat Bella.
"Rumah mertua kamu," jawab Gerald lembut.
"Oh iya!" lantas Bella langsung merapikan rambutnya yang di gulung satu ke atas lalu menyisakan anak rambut di bagian tengkuk dan pelipisnya, sangat menambah kesan betapa cantiknya Bella, apalagi ia memakai dress hitam selutut dengan lengan pendek, sedikit menutup tubuhnya.
Syauqi menarik napas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu rumahnya. Rasanya Syauqi ingin tenggelam saja saat ini, ia gugup sekali. Ia takut jika Papanya tidak akan merestuinya menikah bersama Bella, mengingat jika Alaska sangat tidak suka kepada perempuan yang tidak menutup aurat.
Ketukan ketiga, akhirnya pintu di buka dan yang membukanya adalah Rasyid. Laki-laki itu tersenyum lebar menatap kakak sulungnya pulang. Mata Rasyid jatuh pada pria paruh baya berkebangsaan Amerika itu lalu pindah pada Bella yang cantik natural, dengan wajah blasterannya.
"Ma, Squidward pulang!" teriak Rasyid kuat dalam rumahnya.
Reaksi Syauqi saat adiknya itu masih memanggil tokoh kartun membuat Syauqi ingin memotong lidah Rasyid agar tidak memanggilnya dengan sebutan aneh itu.
"Ayo masuk, Om, Bell." Syauqi mempersilakan keduanya masuk, lalu Syauqi berjalan menuju ruang tamu dan kembali mempersilakan mereka untuk duduk.
Tidak lama itu suara tapak kaki mengiringi dari tangga dan memperlihatkan Senja dan Alaska yang berjalan menuju sofa dimana Syauqi berdiri disebelah Bella yang duduk di sofa single.
"Ma, Pa," sapa Syauqi, ia membungkuk lalu mencium lembut punggung tangan kedua orang tuanya.
Jika Rasyid tersenyum lebar, maka Senja terkejut luar biasa seraya duduk disebelah Alaska. Wanita dengan tiga anak itu tidak percaya jika perempuan yang di maksud oleh Syauqi bukanlah Maira yang sholehah dan dia teman kecil Syauqi, melainkan perempuan yang berbanding terbalik dengan Maira.
"Ma, Pa kenalin ini Bella dan ini Om Gerald Ayahnya Bella," ujar Syauqi memperkenalkan keduanya pada Senja dan Alaska.
"Senang bertemu dengan kalian." sapa Gerald hangat tak lupa mengulurkan tangannya pada Alaska dan Alaska menyambutnya dengan baik. Lalu pada Senja tentu wanita itu lekas menangkupkan tangannya didepan d**a dan Gerald paham akan itu. Begitu pun dengan Bella, ia ikut menyalami calon mertuanya itu.
Syauqi yang duduk disebelah Rasyid, menarik napasnya dalam-dalam. Sebelum bersuara kembali.
"Ma, Pa Syauqi mau minta restu Mama sama Papa buat menikah dengan Bella." kata Syauqi lembut dan tenang, matanya menatap penuh harap pada Senja dan Alaska.
Sementara Bella tegang saat suasana dalam rumah Syauqi mencekam, karena ada tatapan tidak suka dari Alaska.
"Kamu yakin?" tanya Alasan penuh intimidasi.
Syauqi mengangguk cepat, dan membuat Alaska menghela napas. Sementara Senja ia tersenyum saat Bella menatapnya.
"Papa mau bicara sama kamu, Syauqi!" kata Alaska tanpa jeda, dan langsung berdiri menuju ruang kerja Alaska dengan diikuti Syauqi dari belakang.
"Rasyid temenin Om Gerald sama Kak Bella dulu ya, Mama mau buatin minum." kata Senja pada Rasyid dan anak keduanya mengangguk paham. "Maaf ya saya tinggal kebelakang dulu." lanjut Senja pada Gerald dan Bella.
***
"Papa tidak merestui kamu, Syauqi untuk menikah sama Bella!"
Syauqi langsung berdiri dari sofa ruang kerja Alaska dan menatap penuh tanya pada Alaska.
"Pa, Syauqi mohon," kata Syauqi penuh harap pada Alaska.
Tunggu!
Kenapa Syauqi memohon mendapatkan restu dari Alaska? Sementara dirinya sempat menolak menikah dengan Bella.
Ada yang salah dari diri Syauqi!
Alaska menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya satu tangan. Ia tidak masalah jika Syauqi ingin menikah di usia muda, karena buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tapi, masalahnya adalah menikah dengan perempuan seperti Bella.
"Kamu cinta sama dia?" tanya Alaska.
Kini Syauqi yang menghela napas panjang.
"Cinta akan hadir kalo kita terbiasa bersama."
Ayolah, Syauqi apa yang kau lakukan? Kenapa ia bisa berkata seperti itu?
Alaska langsung duduk di kursi kerjanya. Memorinya terulang kembali saat hidup bersama Senja, dulunya. Rasa cintanya pada Senja hadir saat mereka sering bersama dan tinggal di satu atap yang sama.
"Pa, please jangan lupain masa lalu Papa, kalo Papa dulu juga awalnya gak cinta sama Mama dan Papa cinta sama Mama karena terbiasa bersama kan?"
Percayalah ucapan Syauqi barusan membuat Alaska kehabisan kata-kata. Katakan saja jika Syauqi memiliki sifat seperti Alaska, keras kepala dan memiliki keinginan untuk di turuti.
Alaska mendongak menatap menatap Syauqi yang masih setia berdiri di sampingnya.
"Gimana kalo kamu gak tahan sama dia? Papa lihat dia bukan seperti perempuan baik-baik."
Syauqi tersenyum tipis pada Alaska.
"Jangan lupakan jika dulu Mama juga gak tahan sama Papa yang belum mencintai Mama. Tapi kenyataannya Mama bertahan sama Papa kan? Sampai Papa benar-benar jatuh cinta sama Mama lalu cinta kalian berdua berakhir indah, bukan? Dan karena cinta kalian Syauqi serta Rasyid dan Akilla ada di dunia ini." lagi dan lagi Syauqi membuat Alaska kehabisan kata-kata.
Ada rasa sesal di hati Alaska, karena sudah menceritakan perjalanan panjangnya bersama Senja pada Syauqi. Dan Alaska tidak bisa menyalahkan Syauqi, karena sifat Alaska telah mendarah daging pada Syauqi. Putra sulungnya, benar-benar memiliki sifat seperti dirinya. Selalu memang dalam beragumen.
"Dan Syauqi yakin, kalo Syauqi akan tahan sama dia seperti Mama yang tahan sama Papa dulunya. Jadi Syauqi mohon sama Papa, restuin kita. Syauqi janji kalo Syauqi akan membimbing Bella ke jalan yang benar, dan Syauqi akan membuktikan kalo Bella itu adalah perempuan baik." lanjut Syauqi dengan tenang dan tersenyum penuh kemenangan saat melihat Alaska menghela napas kasar.
"Dan Syauqi masih ingat kata-kata Papa, 'don't judge someone by the cover' bukankah begitu, Tuan Alaska Reyfano?"
Rasanya Syauqi ingin lompat sekarang juga saat melihat Alaska kehabisan kata-kata dan guratan wajahnya terlihat pasrah.
"Restu untukmu, Tuan muda Syauqi Ardavan Atmaja." kata Alaska pasrah dan berharap pilihan anaknya adalah pilihan yang tepat.
Syauqi melihat Alaska berdiri, dan itu membuat Syauqi langsung memeluk Alaska dengan erat.
"Thankyou so much, Pa."
***
Di ruang tamu itu ada Bella yang sudah duduk bersebelahan dengan Senja. Sementara Gerald keluar sebentar untuk menerima panggilan dari sekretarisnya di Amerika.
"Maaf Tante kalo pakaian Bella seperti ini." keluh Bella, dia merasa malu saat harus berhadapan dengan Senja yang begitu tertutup oleh hijab syar'inya.
"Gapapa, nanti kamu juga akan tahu apa kewajiban seorang perempuan muslim, dan Tante yakin kalo Syauqi akan membimbing kamu." balas Senja dengan tenang.
"Makasih Tante." Bella menatap sayu pada Senja dia seperti menemukan Ibunya yang telah meninggal pada diri Senja. "Tante, ngingetin Bella sama Mommy Bella."
"Oh ya?" seru Senja riang. "Memangnya Mama Bella kemana?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Bella menunduk, lalu kembali menatap Senja.
"Mommy Bella udah meninggal sejak melahirkan Bella," kata Bella pelan. "Bella cuman bisa lihat dari fotonya aja. Mommy Bella persis kayak Tante, dia wanita yang tertutup sama pakaian lebarnya. Dan itu adalah alasan Daddy pindah agama lalu nikah sama Mommy."
Senja terdiam sejenak mendengar penuturan Bella. Ia paham bagaimana perasaan perempuan itu saat harus di tinggal oleh seorang Ibu. Dan Senja juga yakin Bella seperti ini karena tidak adanya sosok Ibu di tambah lagi Senja bisa melihat betapa sibuknya Gerald dengan urusan pekerjaan hingga mengabaikan Bella.
"Percaya sama Tante, kalo suatu saat nanti kamu akan jadi perempuan seperti Mama kamu." balas Senja hangat dengan menggenggam erat jari-jari mungil Bella.
Bella mengangguk antusias, dan dia akan menunggu hari itu.
***
"Om Gerald, saya akan menikahi Putri Om besok. Untuk persiapannya biar Syauqi yang urus." kata Syauqi yakin saat semuanya berkumpul kembali di ruangan tamu.
Sebelumnya Alaska sudah melamar Bella untuk putranya, dan tentu saja Bella dengan senang hati menerima lamaran tersebut.
Gerald tersenyum senang mendengar ucapan Syauqi.
"Terimakasih Syauqi. Dan terimakasih untuk anda karena telah mengizinkan putra anda menikah dengan putri saya." ujar Gerald pada Alaska dan Senja.
"Sama-sama." balas Alaska ramah dengan senyuman lebarnya.
Sementara Syauqi, matanya melihat Bella yang tersenyum senang menatap dirinya. Gadis itu seperti bahagia saat melihat Syauqi akan menikahi dirinya.
Tangan Syauqi segera mengambil ponsel di saku celananya, lalu mengetikkan sesuatu disana.
Selang beberapa detik, ada getaran notifikasi masuk di ponsel Bella yang berada digenggamannya. Matanya kini memicing saat melihat nomor yang tidak dikenal masuk di ponselnya.
085694xxxxxx
Siap-siap besok, pasang telinga dengan baik, buat denger peraturan sesudah menikah dari gue!
"WHAT? Dia juga punya peraturan?"