She is My Wife

1980 Kata
Syauqi yang baru saja keluar dari kelas bergegas turun dari koridor jurusan menuju parkiran. Ia tidak mau membuat Bella menunggu lama di halte kampus. Mengingat sebentar lagi azand maghrib akan berkumandang. "Aw!" Rintisan seorang gadis membuat Syauqi langsung berjongkok dihadapan seorang teman sekelasnya yang sama-sama ingin menuruni tangga namun akibat berdesakan yang ramai ingin keluar dan Syauqi yang ingin menerobos cepat membuat gadis dengan hijab abu-abunya harus terjerembab dilantai karena tidak sengaja di senggol oleh Syauqi. "Syauqi lo jalan hati-hati dong!" pekik Dela saat melihat Maira merintih kesakitan sambil memegang kakinya yang terbalut oleh sepatu. "Sumpah gue gak sengaja," balas Syauqi sambil menatap Maira dan Dela. "Makanya lain kali liat, Qi! kasian Mairanya!" imbuh Fitri ikut membantu Maira untuk berdiri. "Mai lo gapapa?" tanya Syauqi khawatir. Takut-takut jika gadis itu tidak bisa berjalan akibat kecerobohannya hanya tidak ingin membuat Bella lama menunggu. Dengan senyuman yang menutup luka, Maira menggeleng kecil pada Syauqi, meski ia merasakan bahwa kakinya sangat nyeri dan sakit jika digerakkan. "Lo bisa jalan gak?" tanya Resa berdiri disebelah kanan untuk memegang lengan Maira sementara Dela ada disebelah kiri. "Aw!" rintih Maira lagi saat gadis itu hendak berjalan namun baru di gerakkan sedikit saja sudah sakit dan itu semakin membuat Syauqi merasa bersalah. "Sakit, kayaknya terkilir," "Anteri Maira pulang, Qi!" desak Dela, wajahnya cemas saat melihat Maira merintih kesakitan. Syauqi yang berdiri tidak jauh dari Maira, hanya menghela napas. Ini salahnya yang tidak hati-hati. "Oke gue anterin dia pulang! Tapi bentar," tandas Syauqi sambil merogoh ponsel disaku celananya. Ia harus bertanggungjawab atas kesalahannya. Syauqi tidak tahu pasti, entah ini kebetulan atau memang semesta sedang bermain. Baru saja ingin mengirim pesan pada Bella ponsel Syauqi mati akibat habis daya. Dan itu membuat Syauqi mengeluarkan kata-kata mutiara didalam hatinya. Setiap kali ingin mengabari Bella selalu saja ponselnya mati. Benar-benar indah! "Ayo Mai, gue anterin pulang," ucap Syauqi pada Maira dan tentu saja gadis itu mengangguk. Kapan lagi dirinya bisa dekat dengan teman masa kecilnya dan cinta pertamanya. Bahkan Maira masih ingat saat Syauqi mengatakan menyukai dirinya ketika mereka berumur 15 tahun. "Maafin aku, Bella." *** "Tambah lagi, Bell?" Ciko menuangkan kembali minuman di botol pada gelas kecil yang di pegang oleh Bella. Gadis itu sudah menghabiskan 2 botol minuman alkohol itu. Efek dari minuman itu tentu saja sudah Bella rasakan. Terlebih lagi suara musik dj yang menggema dan lampu yang minim akan pencahayaan membuat Bella semakin tidak tentu arah. Sudah lama ia tidak mengunjungi tempat ini semenjak dirinya menikah bersama Syauqi dan tentang ancaman yang Syauqi berikan ketika ia kembali ke club. Pusing serta tubuhnya yang lemah membuat Bella harus menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Sementara tangannya masih setia memegang gelas berukuran kecil yang sudah terisi kembali dan Bella meneguk lagi hingga tandas tidak peduli seberapa besar efeknya, yang Bella inginkan adalah melenyapkan bayangan Syauqi berboncengan bersama Maira dan seharusnya ia yang ada di jok belakang motor Syauqi. Bukan gadis suci itu! "Bell, mau balikan sama aku?" itu adalah pertanyaan yang ke sepuluh Ciko lontarkan pada Bella. "Lo jahat, gue gak mau! Gue udah suka sama orang lain!" kata Bella sambil meletakkan gelas kecilnya di meja dengan kasar. Tentu saja Ciko sudah mendapatkan penolakan yang bertubi-tubi dari Bella sejak dari kafe hingga ke club sampai larut malam. Ciko mendesah pelan melihat Bella yang mabuk, terlihat saat Bella mulai membanting kembali punggungnya di sandaran dan memejamkan matanya. Namun, mulut gadis itu seakan ingin mengatakan sesuatu. "Sya.. Sya.. Syauqi.." sekian lama tertahan akhirnya nama itu lolos dari mulut Bella. Bibirnya membentuk lengkungan saat nama Syauqi kembali ia sebut. Ciko yang mendengar itu mendadak tidak terima saat ada nama pria lain yang Bella panggil disaat dirinya bersama Bella. Penyesalan selalu datang di akhir! Itulah yang dirasakan oleh Ciko. Ia menyesal dulu telah memutuskan Bella hanya karena gadis lain yang lebih menarik dan lebih cantik dari Bella. Namun, saat dirinya kembali ke Indonesia, ia melihat perubahan besar dalam diri Bella. Gadis itu bertambah cantik, tubuhnya makin berisi, dan terlihat sangat sexy menurut Ciko. Dan Ciko menginginkan Bella sekarang! "Kamu mau tidur, Bell?" tanya Ciko pelan, seraya mendekatkan wajahnya disamping wajah Bella. Menatap lapar pada leher jenjang Bella dan bibir mungil yang merah dan basah. Sangat membangkitkan jiwa Ciko. Bella diam, gadis itu kian menggeliat kecil saat tangan Ciko membelai lembut anak rambut Bella disela tengkuknya. "Gue mau tidur! Jangan sentuh gue berengsek!" pungkas Bella menepis kasar tangan Ciko. Seandainya itu adalah Syauqi, sudah dipastikan Bella akan menerkam habis Syauqi. Pria itu satu-satunya pria yang berani menolak pesonanya dan segala macam godaan yang Bella lakukan. Ciko tertawa kecil, tawa yang begitu menakutkan. Sangat menantang adrenalin dalam dirinya. "Aku anter kamu ke kamar, sayang," suara Ciko kian melembut meski terendam akibat suara musik dj yang keras dan beberapa orang-orang sedang menari di dance floor bersama pasangan masing-masing. b******u dan lain sebagainya. Bella tidak merespon. Kepalanya sudah cukup berat dan bayangan Syauqi memenuhi kepalanya. Ia sungguh menginginkan Syauqi saat ini. Memeluk pria itu atau bahkan mencium Syauqi dengan puas. Ciko mengangkat tubuh indah Bella menuju kamar atas. Seringai liciknya muncul kala melihat Bella lemah dan tak berdaya dalam gendongannya. Sungguh, Ciko sudah tidak sabar. *** Sudah puluhan kali Syauqi melangkah maju mundur di loby apartemen hanya untuk menunggu Bella, sambil menatap layar ponselnya. Gadis itu hilang entah kemana. Dan Syauqi tidak bisa menemukan secercah harapan tentang dimana Bella berada. Belasan pesan dan panggilan sudah Syauqi coba namun satu pesan pun tidak ada yang dibalas Bella, bahkan nomornya juga tidak aktif. Setelah mengantarkan Maira tadi, Syauqi langsung lekas menuju halte kampus. Namun saat sampai, ia tidak menemukan Bella sama sekali. Syauqi gelisah ditempat sambil mengacak rambutnya dengan satu tangan. Ia sudah berjanji akan menjaga Bella. Bodoh! Itu kata yang tepat untuk Syauqi. Galang Aldhe Pratama Istri lo mabuk di club! Lo bertengkar sama dia? Buruan lo kesini, istri lo dibawa cowok ke kamar! Satu pesan dari Galang membuat seluruh sel-sel ditubuh Syauqi langsung aktif dan bergerak cepat. Tidak menunggu lama Syauqi langsung berlari menuju parkiran sambil merogoh sakunya untuk mengambil kunci mobil Bella. Gadis itu telah berbohong padanya, jika mobilnya mogok dan untung tadi Syauqi mengeceknya. Hati Syauqi mengatakan ia akan membunuh orang yang berani menyentuh Bella. Bayangan buruk tentang Bella terus mengiang jika ia terlambat datang ke club. Dan beda dengan otaknya yang mengatakan bahwa ia akan memarahi Bella habis-habisan karena gadis itu telah melanggar peraturan yang dibuat. Mobil merah kilat menyala itu melaju di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Syauqi tidak peduli jika ada u*****n untuk dirinya yang mengendarai mobil seperti orang gila di malam hari begini. Yang ada di pikiran Syauqi adalah Bella! Bella! Hanya Bella! *** Ciko tersenyum puas saat melihat Bella lemah dalam keadaan mabuk. Pria itu dengan hati-hati meletakkan tubuh Bella di ranjang. Kepalanya merunduk dengan mata yang menatap lapar Bella. Tangannya terangkat untuk membelai rahang Bella yang begitu mulus. "Lo gak mau balikan sama gue? Berarti lo siap gue bikin lo jadi milik gue!" gumam Ciko dengan suara berat miliknya. Dengan tak sabar Ciko perlahan melepas jaket bomber yang Bella kenakan membuat tanktop putih yang Bella kenakan terpampang jelas dimata Ciko. Matanya bersinar menatap penuh minat pada tubuh Bella yang indah, putih dan mulus. "Damn you, Ciko!" gumam Bella dengan tenaga yang tak seberapa. Bella menepis kasar tangan Ciko yang hendak mengusap bibirnya. Dan membuat tawa jahat keluar dari mulut Ciko si berengsek! "Slowly, baby!" balas Ciko tak kalah sarat akan hasrat. Melihat Bella yang mulai berontak membuat Ciko langsung mencengkram kuat kedua lengan Bella. Gadis itu tidak punya tenaga untuk sekedar berteriak atau menendang kemaluan Ciko. Ia terlalu lemah ketika mabuk. "Bibir yang merah!" kata Ciko saat wajahnya begitu dekat dengan wajah Bella. Hasrat untuk mencicipi begitu kuat dalam diri Ciko, tak tanggung Ciko langsung melepas jaket hitamnya yang terasa risih dan menganggu kesenangannya. Ciko yang ingin melepas kaos merah ditubuhnya langsung tertunda. Saat suara bantingan pintu yang berbentur langsung dengan tembok dan suaranya sangat memekikkan telinga Ciko. Pria itu langsung menoleh kepalanya pada pintu kamar yang terbuka. "b******n!" Syauqi yang melihat raut terkejut diwajah Ciko langsung memberikan bogeman kuat pada rahang Ciko. Membuat pria itu tersungkur disudut pintu. Tidak sampai situ Syauqi lagi-lagi mendekat dan menarik kuat kaos merah Ciko dan melayangkan kembali pukulan-pukulan keras. Pukulan itu terkumpul satu energi dan Ciko bisa merasakan pukulan itu sangat kuat dan menghentam hidungnya hingga mengeluarkan darah. "Berani lo sentuh istri gue, b******n!" sentak Syauqi dan kembali memberi pukulan pada rahang Ciko. Pria itu sudah tidak kuat untuk melawan Syauqi. Amarah Syauqi sangat berkobar dikedua matanya. Rahangnya juga ikut mengeras bahkan pukulan pun Syauqi layangkan kembali tepat pada pipi kiri Ciko. Syauqi benar-benar marah saat melihat istrinya hampir dilecehkan oleh orang lain selain dirinya. Bahkan dirinya sendiri pun belum pernah menyentuh Bella terlebih dahulu. "Istri?" beo Ciko dengan sisa tenaga yang ada, menatap bingung pada Syauqi saat menyebut Bella sebagai istri. "She is my wife, b******n! Gue ngejaga istri gue dan lo malah mau rusakin dia! Berengsek!" bentak Syauqi. Ia berdiri dengan kedua tangan terkepal kuat. Matanya menyiratkan betapa bencinya ia dengan Ciko. "PERGI LO! Sekali lagi gue liat lo sama istri gue, gue gak segan-segan buat patahin leher lo!" bentak Syauqi marah sambil menunjuk pintu keluar mengisyaratkan Ciko harus pergi sekarang juga. Tanpa berkata sepatah pun, Ciko langsung pergi berlari terbirit-b***t keluar kamar. Setelah kepergian Ciko, kaki Syauqi langsung mengayun pada ranjang dimana Bella berada dengan mulut yang meracau memanggil namanya. Syauqi bisa melihat wajah lelah dan mabuknya Bella. Diambilnya jaket bomber Bella yang tergeletak dilantai lalu memakaikan pada tubuh Bella meski sedikit susah. "Ayo pulang, Bella!" kata Syauqi dingin sambil menarik tubuh Bella untuk duduk. "Syauqi..." gumam Bella. Ketika bisa merasakan suara pria yang ia sukai menggema ditelinganya. "Iya ini gue!" Bella terkikik geli dalam mabuknya. Matanya menatap binar pada Syauqi yang bediri didepannya menunggu dirinya untuk berdiri. "Aku mau kamu, Syauqi!" lirih Bella,sempoyongan untuk menghambur ke tubuh Syauqi yang memakai kaos hitam. Syauqi mendesah berat, walaupun hatinya begitu marah melihat Bella datang ke club. Namun, ia tidak kuat saat melihat lemahnya Bella ketika mabuk. "Gendong," seru Bella merentang kedua tangannya dihadapan Syauqi, mengisyaratkan bahwa Syauqi harus menggendongnya. Lagi dan lagi Syauqi mendengus kesal. Walaupun begitu, Syauqi tetap meraih pinggang Bella dan mengangkatnya. Sementara Bella, ia langsung mengaitkan kedua kakinya di pinggang Syauqi, tangannya juga melingkar indah dileher Syauqi. Kepalanya ikut tenggelam dibahu pria itu. Dan Syauqi menggendong Bella layaknya anak kecil. Satu tangan Syauqi memegang erat pinggang Bella agar tidak jatuh dan satu tangan lagi meraih tas Bella di atas nakas. Kemudian membawa Bella keluar dari tempat terkutuk yang sangat Syauqi camkan untuk tidak di injak. *** "Syauqi... Aku mau kamu!" "Syauqi kamu bohong sama aku!" "Kamu ingkarin janji kamu sama aku!" Bella terus meracau di pundaknnya. Membuat Syauqi harus sabar. Satu tangan Syauqi lekas membuka pintu kamar setelah membanting tas Bella di sofa ruang tamu. Kakinya berjalan mendekati ranjang, lalu meletakkan tubuh Bella hati-hati. Kemudian beralih menuju kaki Bella untuk membuka sepatu gadis itu yang tampak risih di mata Syauqi. "Syauqi, kenapa kamu lebih milih pulang sama Maira daripada aku?" Mendengar racauan itu, Syauqi langsung menatap pada Bella. Ia tahu sekarang apa yang membuat Bella berakhir di club, karena dirinya yang mengingkari janji. Syauqi berjalan mendekati Bella, lalu duduk ditepi ranjang sambil menatap mata Bella yang perlahan terpejam dan racauannya pun semakin terendam. Satu tangan Syauqi terangkat untuk menyingkirkan anak rambut Bella yang menutupi wajah cantiknya. "Maafin aku, Bella. Aku hampir gagal jagain kamu," gumam Syauqi dengan perasaan bersalah karena sudah membuat gadis itu menunggu untuk kesekian kalinya. "Mulai dari sekarang aku bakal lebih prioritas-in kamu lebih dulu," lanjutnya. Kepala Syauqi sedikit merunduk, dan memiring ketika mendekat pada wajah Bella. Lalu menempelkan bibirnya pada permukaan bibir Bella. Tidak ada hisapan atau lumatan hanya menempel dan Syauqi segera melepaskannya. Takut-takut jika Bella bangun dan meminta lebih, tahu sendiri jika otak Bella itu m***m jika bersamanya. "Goodnight." sebuah kecupan singkat Syauqi layangkan di kening Bella. Kemudian ia berdiri dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Bella.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN