Dua bulan sebelum kematiannya Elina. Jeno terus memperhatikan Elina yang terlihat resah sedari tadi. Matanya fokus pada ponsel sambil sesekali mengacak-ngacak rambut karena kesal. Padahal mereka sedang pergi liburan ke tempat air terjun yang cukup jauh dari Jakarta. Udara disana sangat sejuk dan membuat hati terasa adem. Namun tidak bagi Elina. Hati dan otaknya sedang berapi-api. “Sibuk apa si Lin?” tanya Jeno sambil mencoba mengintip kearah ponsel Elina. Ia tidak bisa menunggu Elina lebih lama lagi. Elina tidak merespon sama sekali. Ia bahkan tidak sadar Jeno berbicara. “Lin,” panggil Jeno lagi yang membuat Elina tersadar. “Maaf Jen, kenapa tadi?”Elina menengok kearah Jeno. Bukannya langsung merespon, Jeno malah menghela nafas. Minat membalas Elina sudah hilang entah kemana. I

