bc

Saviena Santriwati tomboy

book_age16+
340
IKUTI
2.0K
BACA
drama
comedy
sweet
humorous
like
intro-logo
Uraian

"Kenapa harus pesantren sih mah...pah..., nggak ada sekolahan yang lain apa?" protes gadis tanggung itu kepada kedua orang tuanya. "Viena nggak mau mondok mah...pah...Viena punya sekolah impian sendiri" lirih gadis itu sambil meneteskan air matanya karena dia sudah tidak ada cara lagi untuk membatalkan niat orang tuanya untuk memasukkanya ke pesantren.

"Mohon maaf ya de, mama sama papa tidak punya pilihan lain selain memasukkan Ade ke pesantren, karena menurut papa itu pilihan terbaik untuk Ade saat ini" jawab papanya tanpa melihatnya. Sebenarnya mereka juga tidak tega untuk memasukkan anak bungsu mereka ke pesantren. Tapi mereka harus melakukannya karena tidak ingin anak mereka bertingkah tomboy di saat sudah dewasa nanti.

Karena sudah tidak bisa lagi membujuk orang tuanya untuk membatalkan niatnya, akhirnya Saviena pun memilih masuk ke kamarnya di lantai dua. Akhirnya dia harus mengubur mimpinya untuk bersekolah di tempat yang sama dengan kedua sahabatnya.

gambar by: id.pinterest.com

chap-preview
Pratinjau gratis
Masuk pesantren
"Kenapa harus pesantren sih mah...pah..., nggak ada sekolahan yang lain apa?" protes gadis tanggung itu kepada kedua orang tuanya. "Viena nggak mau mondok mah...pah...Viena punya sekolah impian sendiri" lirih gadis itu sambil meneteskan air matanya karena dia sudah tidak ada cara lagi untuk membatalkan niat orang tuanya untuk memasukkanya ke pesantren. "Mohon maaf ya de, mama sama papa tidak punya pilihan lain selain memasukkan Ade ke pesantren, karena menurut papa itu pilihan terbaik untuk Ade saat ini" jawab papanya tanpa melihatnya. Sebenarnya mereka juga tidak tega untuk memasukkan anak bungsu mereka ke pesantren. Tapi mereka harus melakukannya karena tidak ingin anak mereka bertingkah tomboy di saat sudah dewasa nanti. Karena sudah tidak bisa lagi membujuk orang tuanya untuk membatalkan niatnya, akhirnya Saviena pun memilih masuk ke kamarnya di lantai dua. Akhirnya dia harus mengubur mimpinya untuk bersekolah di tempat yang sama dengan kedua sahabatnya. Di bawah di ruang keluarga kedua orang tua Saviena, hanya bisa menarik nafas melihat kelakuan anak bungsu mereka yang kekeh untuk membatalkan niat mereka untuk memasukkannya pesantren. Pada hal semua kebutuhan untuk Saviena pesantren sudah mereka persiapkan semua. Mereka tinggal berangkat saja besok kalau Saviena sudah siap. Esok harinya Saviena pun sudah siap untuk berangkat, walau dengan berat hati tapi dia tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan orang tuanya. Saviena diantar oleh kedua orangtuanya dan sopir pribadi keluarga nya. Sedangkan ketiga orang kakaknya tidak bisa mengantar karena ada kegiatan di luar rumah. Sedangkan di tempat lain, ada seorang anak bernama Hasan Maulana yang baru lulus sekolah dasar. Pemuda tanggung yang baru berumur 14 tahun ini berasal dari sebuah desa di daerah Propinsi Banten tepatnya di Kabupaten Pandeglang. Orang tuanya adalah petani, hidupnya lumayan berkecukupan. Hasan mempunyai empat orang sahabat satu laki-laki dan tiga orang perempuan. mereka berteman sejak dari kecil, main, sekolah, dan mengaji pun mereka bersama-sama. Ya mereka adalah Khoirul Amiin dipanggil Amiin, Nurhayati dipanggil Tati, Hasanah dan Bariah Hari ini adalah hari yang dinanti- nantikan oleh Hasan yaitu kembali ke sekolah tapi bukan sekolah dasar yang selama enam tahun ini dia jalani. Ya hari ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di sekolah barunya, Madrasah Tsanawiyah (setara SMP) swasta yang ada di desanya yang cukup terkenal karena sekolah tersebut juga mempunyai pesantren. Banyak santri dari berbagai daerah yang mondok di sana. Di sekolah barunya bukan hanya jenjang SMP saja tapi juga jenjang SMA atau Madrasah Aliyah. Ia memilih sekolah ini karena jaraknya lebih dekat dari rumah juga karena banyak pelajaran agamanya. Kata orang tuanya biar tambah ilmu agamanya dan biar irit ongkos juga karena bisa jalan kaki. Selain karena dekat ia ingin punya teman yang berbeda daerah, karena teman Sekolah Dasarnya semuanya tetangga atau anak dari desa lain yang dekat dengan kampungnya. Jarak ke sekolah dari rumah hanya sepuluh menit. Banyak tetangga teman satu kelasnya yang sekolah di sana menambah semangatnya untuk bersekolah. Empat orang teman dekatnya alias sahabatnya juga bersekolah di sana Amiin, Hasanah, Nurhayati dan Bariah. Ketika sampai di sekolah mereka berlima langsung melihat papan pengumuman dan nama mereka berlima ada dalam satu kelas yaitu kelas tujuh Khodijah. Mereka sangat senang karena selain satu sekolah mereka juga satu kelas. Kebetulan angkatan mereka ada tiga kelas, yaitu kelas tujuh Khodijah, kelas tujuh Fatimah dan kelas tujuh Aisyah. **** Bel berbunyi menandakan aktivis di sekolah akan dimulai, mereka berlima dengan teman sekelasnya keluar menuju lapangan untuk ikut melaksanakan upacara bendera. Saat di lapangan ketika melewati petugas upacara Hasan mendengar bisik-bisik mereka bahwa dirijen (pemimpin lagu) tidak bisa hadir karena sakit. Hasan pun berlalu ikut berbaris dengan teman sekelasnya. Saat barisan sudah rapi salah seorang siswa perempuan dari barisan kelasnya di tarik ke depan oleh kakak kelasnya untuk menjadi dirijen, untungnya ia tidak menolak saat diminta tolong untuk menjadi petugas upacara dadakan. Upacara bendera pun berjalan dengan hikmat tanpa ada kendala apa pun. Dalam amanat pembina upacara yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah mengucapkan selamat bergabung kepada para siswa baru di sekolah itu. Setelah upacara selesai dan barisan dibubarkan semua kembali ke kelas masing-masing termasuk Hasan dan para sahabatnya. Hasan tidak duduk dengan salah satu sahabatnya, tetapi duduk dengan Yusuf. Ternyata Yusuf adalah salah seorang santri dari pondok pesantren sekolah ini. Tak berapa lama waktu berselang masuk seorang guru ke dalam kelas mereka. "Assalamualaikum....selamat pagi anak-anak!" sapa guru tersebut antusias. "Waalaikum salam...pagi pak!" jawab mereka serempak dengan semangat. "Apa kabar kalian hari ini....?" tanya guru tersebut dengan nada semangat. "Luar biasa....tetap ceria Allahu Akbar...!" jawab mereka kompak. "Wah kalian kompak sekali ya...seperti sudah lama berteman....perlu dipertahankan itu". kata guru tersebut memuji kekompakan mereka. Mereka sekelas pun tersenyum baru sadar atas kekompakan yang mereka buat. "Baik seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang, perkenalkan nama saya Satria Permana, kalian cukup memanggil saya Pak Satria. Dan saya adalah wali kelas kalian di kelas tujuh Khodijah ini dan sekaligus guru bidang studi biologi di sekolah ini" kata pak Satria memperkenalkan dirinya. "Sudah punya anak pak?" tanya salah seorang siswa yang duduk paling depan "Saya punya dua orang putra dan satu orang istri" jawab pak Satria. Dan mereka sekelas pun tertawa mendengar jawaban wali kelasnya itu. "Cukup ya perkenalan dari saya" kata pak Satria. "Ya pak....!" jawab mereka kompak. "Baik agar kita kenal satu sama lain silahkan maju ke depan kelas satu persatu mulai dari barisan sebelah kanan untuk memperkenalkan diri "titah Pa Satria. Satu persatu siswa maju ke depan kelas memperkenalkan diri masing-masing. Saat Hasan dan Yusuf sibuk bercanda maju seorang siswa perempuan yang memperkenalkan dirinya. " Assalamualaikum..."salam siswa tersebut. "Waalaikum salam..."jawab mereka kompak sekelas termasuk pak Satria. "Perkenalkan nama saya Saviena Jelita, panggil aja Viena" kata Viena sambil tersenyum . Hasan pun langsung mengangkat kepalanya melihat ke depan. "Bukannya dia anak perempuan yang jadi dirijen tadi", batin Hasan. Siswa sekelas mulai mengajukan pertanyaan, " Asalnya ti mana neng, geulis pisan euy" (asalnya dari mana neng, cantik banget), karena dia tidak mengerti apa yang temanya tanyakan dia hanya tersenyum, seketika Hasan bengong melihat Saviena karena senyumnya manis banget ditambah dia punya lesung pipi yang menambah kadar manisnya jadi lebih menurut Hasan. Tanpa sadar Yusuf berkata manis banget ya San senyumnya, tapi Hasan tidak mau mengakuinya " manis naon cewek tomboy doang Kitu, lihat Tah lengen baju di gulung lain di kancing, teu aya manis-manis na ( manis apanya cewek tomboy kayak gitu, liat tuh lengan bajunya aja digulung bukan dikancingin, ga ada manis-manisnya). "Maksudnya asalnya dari mana", Bariah menjelaskan ke Saviena arti dari pertanyaan dari temannya tadi. "Oh...saya dari Jakarta, semoga kita bisa berteman" kata Saviena. "Jangankan jadi teman neng Saviena jadi kabogoh urang ogeh, urang daek" ( jangan jadi teman neng Saviena jadi pacar saya juga, saya mau ) Amiin sahabat Hasan menimpali. Kelas pun rame seketika karena ulah Amiin, akhirnya Pak Satria menengahi dan dilanjutkan perkenalan ke siswa yang belum berkenalan. ****** Bel istirahat pun berbunyi Sejak perkenalan di kelas tadi teman laki-laki sekelas Hasan selalu membicarakan Saviena, menurut mereka Saviena itu walau tomboy tapi orangnya asyik, sangat manis dan enak di pandang. Saat pemilihan ketua kelas tadi pun Saviena yang menjadi ketua kelas. Hasan nggak habis pikir dengan teman sekelasnya. "Apa hebatnya coba Saviena itu" pikirnya. Saat Hasan sibuk memikirkan Saviena, ternyata orang yang saat ini ada dipikirannya lewat di depannya, "permisi" kata Saviena ke Hasan sambil tersenyum. Hasan tidak menjawab hanya bengong aja " benar manis pisan" batin Hasan. "Ih apaan sih nggak jelas banget tu orang, kesurupan kali, pada hal gue bersikap ramah kan biar nggak di bilang sombong tapi di cuekin" dumel Saviena sambil berlalu tanpa di sadari oleh Hasan yang masih bengong , pada hal Saviena sudah jauh dari Hasan . "Wooy ...kenapa kamu San? " kata Yusuf yang baru datang dari kantin. "Naon" kata Hasan yang baru sadar dari lamunannya. "ih parah kamu San" kata Yusuf. Yusuf geleng-geleng kepala lihat tingkah b**o Hasan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook