PART 65

820 Kata
Kila melotot. Ia berusaha melepaskan tangannya, namun tak bisa. Tenaga Abian lebih besar. "Wah! Pajak jadiannya dong!" "Kalian serasi banget!" "Bu Warni! Pesan bakso sepuluh mangkok buat saya, tapi Abian yang bayar!" "Gila! Gue gak nyangka!" "Woy! Dasha di kemanain kalau lo jadian sama Alesya?!" Dada Dasha terasa penuh. Sesak. Bukannya memakai botol inhaler, Dasha malah membuang botol itu ke sampah. Biar lah sesuatu buruk terjadi padanya. Ia sungguh tidak menyangka. Semuanya akan terjadi di luar dugaannya. Melihat Dasha terkapar tidak sadarkan diri, Dania yang kebetulan lewat di samping Dasha seketika ia berjongkok kemudian menggendong temannya itu menggunakan tangan. Keadaan kantin begitu riuh. 1 pihak meneriakkan tentang pajak jadian, sedangkan 1 pihak lagi berteriak histeris melihat keadaan Dasha. Mobil ambulance datang. Dasha segera dibawa ke rumah sakit. Kila yang melihatnya begitu sedih dan marah. Ia tahu, Dasha pingsan akibat melihat Abian mengakui dirinya sebagai pacar di depan semua murid. Parahnya lagi, Abian masih terlihat mengenakan cincin tunangan. Cowok itu memang gila. Kila tak pikir. Plak! Tangan gemetar Kila menampar rahang Abian cukup keras. Tenaganya kini terkuras habis. "Gara-gara lo Dasha penyakitnya kambuh!" "Lo gak punya hati!" "Hargai Dasha sekali atau sehari aja! Apa susah berbuat kaya gitu?!" "Mulai sekarang, lo jangan dekat-dekat gue lagi! Gue gak sudi punya pacar kaya lo!" "Hari ini... lo udah buktiin lagi ke gue kalau lo bukan cowok baik-baik." Kila berbalik badan. Melihat Naufal berdiri di depannya, Kila langsung memeluk tubuh Naufal cukup erat. "Dasha.... ini semua gara-gara gue...." isak Kila masih di dalam dekapan. Naufal mengelus rambut pacarnya itu. "Bukan salah kamu, sayang. Semua ini salah dia.." mata Naufal menatap tajam Abian. Abian menggertakkan gigi. Rahangnya mengeras. Tidak, ini bukan saatnya menghajar Naufal. Ia berbalik badan, memilih pergi. ********** Dewi berlari ke arah ruangan tempat anaknya di rawat. Raut mukanya begitu panik. Takut terjadi apa-apa pada puteri ke satunya. Dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu langsung dicegah Dewi. "Anak saya... anak saya baik-baik saja kan, Dok? Dia enggak apa-apa kan?" "Maaf." Dewi membulatkan mata. "Ma--maksud Dokter a--apa?" "Detak jantung pasien sudah tidak ada," Dewi membekap mulutnya. Tubuhnya seketika menjadi lemas. Dia tersungkur ke bawah. Harapannya kini sudah hancur. Mimpinya untuk melihat Dasha menjadi wisuda dan menikah nanti kini menjadi mimpi saja. Tak bisa menjadi kenyataan. "Tante, gimana? Dasha baik-baik aja? Dok, kenapa Dokter diam aja?" cecar Kila begitu sampai di dekat mereka. "Kamu... siapa?" tanya Dewi dengan suara parau. "Aku temennya Dasha, Tante. Dasha baik-baik aja kan?" Dewi menangis kembali. Kila dibuat panik. Ia dibantu Naufal untuk berdiri. "Dok, teman saya gak apa-apa kan?" "Teman kamu... udah tiada." Kila syok. Tubuhnya hendak tersungkur, namun ditahan oleh Naufal. Detik kemudian, para suster keluar sembari mendorong ranjang yang ditutupi oleh kain putih. Dewi berteriak histeris sedangkan Kila menenggelamkan wajahnya di d**a Naufal. Ia tak sanggup melihat semua ini. Namun... kain putih itu perlahan terbuka. Menampakkan wajah pucat Dasha. "DASHAAA!" Kila membulatkan mata. Ia seketika mendesau lega setelah tahu kejadian Abian mengakui dia sebagai pacarnya dan Dasha meninggal ternyata hanyalah sebuah MIMPI. Nafas Kila tak beraturan. Keringatnya bahkan membasahi dahinya. "Lo sih, tidur mulu." ujar Dania seraya menyodorkan 1 botol air putih. "Buat lo." Kila buru-buru meminum air putih itu hingga habis tak tersisa. "Dasha mana?!" "Ada apa, Kil?" Dasha bertanya. Ia hendak duduk, tetapi Kila memeluknya dengan erat. Mereka berdua jadi terheran-heran. "Lo kenapa?" tanya Dasha. "Maafin gue." Kila meneteskan air mata. Dasha tahu karena ia merasa pundaknya basah. "Lo kenapa hey? Kok tiba-tiba nangis gitu?" Kila melepaskan pelukan. Ia mengusap air matanya. "Gue... gue mimpi lo meninggal tau gak, gara-gara Abian." Dasha malah terkekeh. "Gak mungkin dan gak akan pernah terjadi. Dia sama gue udah baikan sekarang, Kil." "Beneran?" Dasha mengangguk cepat. "Kirain gue lo mimpi dikejar orang gila." timbrung Dania. "Iya. Gue pernah mimpi kaya gitu. Tapi orang gilanya..." "Siapa? Siapa?" "Lo." jawab Kila tanpa dosa. Tawa Dasha pecah saat itu juga. "Jahat lo ya!" ****** Ternyata mimpi yang dialami Kila benar-benar terjadi. Banyak perempuan menempel-nempel pada Naufal bak semut. Kila menatap malas. Ia jadi tak tertarik untuk makan. "Buat gue aja ya. Makanannya." Dania hendak mencomot, tetapi Kila langsung menampik. "Ish. Galak amat lo." dongkol Dania. "Teman-teman, gue minta perhatiannya sebentar." Naufal tiba-tiba angkat suara. Kila terperangah. Sudut bibirnya perlahan terangkat. Mungkin... ini sudah waktunya! Naufal mendekati Kila. Para murid kontan memberi jalan. Setelah sampai di depan Kila, ia beralih berdiri di samping Gadis itu. Kemudian menarik pinggang Kila membuat jarak mereka terkikis. "Kila pacar sekarang pacar gue." ujar Naufal membuat pipi Kila merah merona. "Eh, tapi gimana sama Lusi?" "Hah, serius?" "Aduh! Harapan gue hancur!" "Wait! Sumpah demi apa?!" "Oh my gosh! Mimpi buruk!" "Huwaaaaa... emak! Calon mantu mu selingkuh!" "Heh! Gila lo." Mata Lusi memanas. Hatinya juga. Ia tak bisa melihat ini lebih lama. Dengan menangis sesegukan, ia berlari menjauh dari kantin. Fardo. Kakaknya itu pasti bisa membalaskan rasa sakit hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN