setelah kejadian itu aku tak pernah lagi menyapanya aku tak pernah lagi ingin bertemu atau sekedar melihat nya ada yang sakit di dalam sana namun tak ada yang mau menjadi teman untuk berbagi semua rasa sakit nya , aku tetap menyibukkan diriku di pondok santri putri sesekali aku tidak pulang untuk pergi ke astah astah leluhur , aku cukup bahagia dengan santri santri putri di sini mereka menurut ku terlalu sopan .
"Ning di panggil bunyai di dhalem" akuengangguk melangkah pasti menuju dhalem umik , aku juga jarang mengunjunginya setelah kejadian itu aku tidak ingin umik tau kalau aku habis menangis
"eh.... Mira kemari duduk di dekat Gabriel" aku terhenyak masih ada bekas luka di hatiku , umik tidak mungkin mengerti , wajah ku menjadi masam seketika . kenapa harus ada dia?
mata ku terbelalak ketika dia berjalan mendekatiku dan menggenggam tangan ku aku di bawa nya mendekat dan duduk di sofa .aku mencoba tersenyum menatap umik. senyum yang di paksakan.
" Gabriel sudah pergi ke luar kota selama 2 hari ,lihat dia bawa sesuatu untuk mu"
aku kaget mulut ku sedikit terbuka . reflek tadi. aku mencoba menetralkan wajah ku seketika. aku bahkan tidak tau kalau dia pergi . mungkin kah aku se terpuruk itu ?
"aku bawakan ini untuk mu" aku mencoba tersenyum lagi tapi aku tetap tidak berani menatap matanya , atau aku akan kembali terluka.aku melihat beberapa baju baju syar'i dan hijab hijab panjang dengan ukuran ku . tapi ada satu hal yang menarik penglihatan ku ada satu kotak hitam agak panjang dan lebar yang indah , entah apa isinya .
"bawa itu dan temani Gabriel beristirahat , dia terlihat lelah " ucap unik lembut
"assalamualaikum mik" ucap ku dan mas Gabriel serempak
"waalaikum salam"
aku melangkah gontai membawa barang barang tadi beberapa santri putri menghampiriku dan menggambil barang barang itu , aku semakin sadar status ini terlalu tinggi untuk ku miliki , aku tetap tidak akan bahagia , jika suamiku hatinya bukan milikku.
aku memasuki kamar dan tentu saja bersama dia , keadaan terasa begitu canggung untuk ku entah dengan dia.
dia mendekat memegang erat kedua bahuku ,tatapan mata zamrud nya seakan membuat ku terhipnotis ,aku tidak bisa marah.aku luluh.
"Amira aku kemarin terlalu kasar dan ...... " dia menghela nafas panjang"aku minta maaf" aku merasa kata maaf itu terlalu sulit untuk nya , aku mengerti bahwa dia hanya simpati .
"tidak perlu . jenengan tidak salah " ucapku seraya menepis tangan nya aku bergegas duduk di tepi ranjang menjauhi nya , ku lihat sekilas dia menggambil kotak hitam itu , dia berjalan mendekat dan duduk di sampingku .
"aku pernah mendengar kau suka dengan India , aku juga ingat kau yang memaksa memakai hena saat hari pernikahan kita " dia terkekeh , aku malu, bagaimana dia tau?
" aku ke luar mencari ini untuk mu " ucapnya seraya membuka kotak itu , yang kupikirkan adalah sari yang membuat sebagian dari tubuh ku akan terbuka tapi ternyata tidak . ini adalah perhiasan yang biasa ada di serial serial tv India yang selalu aku impikan , tangan ku tidak bisa berhenti untuk mengaguminya , tapi seketika aku sadar ini semua tetap terasa hambar jika hanya jiwa nya yang bersama ku tidak dengan hatinya.
"suka?aku tidak menjawab,mencoba menyadarkan ku , akan posisiku dan aku tidak perlu terlalu senang , ini semua hanya karna simpati.
"maaf Gus aku masih ada pengajian bersama santri putri"
aku pergi meninggalkan nya sendiri , tidak tau apa dia marah atau tidak , yang jelas air mata ini kembali jatuh mengenai pipi ku , untuk apa aku mendapat status dan kehormatan jika akhirnya aku harus di tinggalkan.