Orang Baik

1236 Kata
Seberapa pun kejamnya dunia ini, percayalah masih ada banyak orang baik yang hidup didalamnya ❄❄❄ Hari ini adalah hari minggu. Hari yang paling disukai para pelajar dan  orang-orang yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hari minggu adalah hari yang tepat untuk  menikmati waktu bersantai setelah enam hari melakukan berbagai aktifitas. Jika biasanya anak sekolahan akan bangun siang saat hari minggu,maka tidak dengan Alayya. Alayya sudah bangun sejak jam enam pagi. Itu karena Alayya ingin membantu Bunda nya membuat bermacam jenis kue-kue basah. Mulai dari kue lapis, lemet, buah melaka, dadar gulung dan sebagainya. Sementara Ayah nya sudah pergi ke Toko Roti, letaknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Ya, Orang tua Alayya mempunyai sebuah usaha toko roti. Usaha itu sudah berjalan sekitar tiga tahun yang lalu. Berawal dari teman-teman  Bunda nya dan para tetangga yang sering kali meminta untuk di buatkan kue-kue dan nasi kotak untuk acara sedekah di Masjid dan sejenisnya. Hingga lama kelamaan Ayahnya berinisitif untuk menyewa ruko kecil dan membukakan sebuah Toko Roti untuk Bundanya. Ayah Alayya dulunya seorang karyawan di sebuah perusahaan, namun karena sering sakit-sakitan akhirnya Bunda dan Abangnya menyuruh untuk berhenti. Kini, Ayah dan Bundanya merintis usaha Toko Roti itu bersama-sama. Meskipun begitu Alayya tidak pernah malu. Walapun keluarga mereka termasuk keluarga menengah, Alayya tetap mensyukuri itu. Alayya sangat menyayangi orang tua dan abangnya. "Bun kue-kue ini kapan di antar? " tanya Alayya. "Nanti. Tadi kata yang mesan jam dua harus udah sampai di tempat karena acaranya di mulai jam tiga" jelas Bunda nya. "Emangnya acara apa Bun?" Bundanya tampak berfikir sejenak. "Apa ya? Bunda juga lupa. Syukuran sih kayanya. Tapi gak tau syukuran apa" Alayya mengangguk-angguk. "Alayya, Bunda boleh minta tolong? " "Boleh, Bunda. Minta tolong apa Bun? " Tanya Alayya. "Nanti tolong anterin kue-kue ini ya. Nanti Bunda kasih alamat nya. Bunda nanti siang mau ke toko, bantuin Ayah. Semalam Ayah bilang dapat ketringan. Kan kasihan Ayah kalau ngerjain sendiri" "Yaudah Bun nanti Alayya yang anterin. Bun, Bang Ando kapan pulang?" Ando adalah Kakak Alayya. Ando adalah seorang Dosen. Jarak Ando dan Alayya memang terpaut cukup jauh, sembilan tahun. Menurut Alayya, Ando adalah sosok kakak yang sangat baik, pengertian dan pintar. Ando bahkan mendapatkan Beasiswa penuh sejak SMA. Kakaknya Ando memang masih muda dan sangat jenius menurut Alayya. Di umurnya yang masih muda Ando sudah berhasil mendapatkan gelar Master dan sekarang menjadi Dosen tetap di salah satu Universitas Negeri yang ada di Kota Medan, Sumatera Utara. Terkadang Alayya merasa bahwa ia tidak apa-apanya di bandingkan dengan Ando. Tapi Alayya sangat bersyukur, orang tuaya tidak pernah membanding-bandingkana mereka. Alayya dan Ando saling menyangi, terlebih lagi karena mereka hanya dua bersaudara. Bekerja di luar pulau membuat Ando jarang sekali pulang. Namun, itu tidak pernah jadi masalah buat Alayya dan kedua orang tuanya. Ando sangat rutin menelfon orang tuanya dan begitupun dengan Alayya. "Bunda kurang tau. Coba tanya aja ke Abang langsung. Kan kamu sering telfonan sama Bang Ando kan?" Alayya cengengesan. "Udah seminggu ini Alayya gak pernah telfonan sama Bang Ando. Bang Ando juga gak ada nelfon.” “Mungkin lagi sibuk” ucap Bundanya. “Yaudah deh, nanti Alayya telfon lagi" "Yaudah sana mandi, kan mau ngantar kue. Bunda juga habis ini mau langsung nyusul Ayah" Alayya mengangguk kemudian pergi ke dalam kamarnya. ❄❄❄ Alayya sudah siap di atas motor matic milik Bunda nya. "Bun, Alayya pergi dulu ya" pamit Alayya. Bunda ya  masih sibuk membenarkan letak posisi tempat kue yang di ikat dengan tali karet di jok belakang. Memastikan bahwa tempat kue itu tertutup rapat dan ikatannya tidak longgar. "Iya. Hati-hati. Alamat yang Bunda tulis di kertas tadi udah di bawa kan? " Alayya mengangguk. "Udah Bun. Alayya pergi dulu" "Iya, hati-hati" Di tengah perjalanan Alayya mengeryit saat merasakan ada yang berbeda ketika menaiki motor nya. Alayya pun menepikan motornya dan berhenti di sana. Di cagakkan nya motornya kemudian ia turun. Alayya hampir saja mengeluarkan u*****n dari mulutnya saat melihat ban belakang motornya bocor. Alayya melirik jam yang ada di pergelangan tangan kirinya. "Udah hampir jam dua" gumam nya. Alayya kesal, tapi sepertinya nasib baik datang setelah nasib buruk yang di alaminya. Di sebrang jalan yang letaknya agak sedikit jauh, ada sebuah bengkel. Alayya bernapas lega. Di dorongnya motornya menyebrangi jalan dan menuju ke arah bengkel itu. Dan Alayya berdecak kesal saat nasib buruk itu datang lagi padanya. Bengkel yang di datanginya sangat ramai. Alayya mengedarkan pandangannya berharap menemukan bengkel yang lain. Tapi nihil, daerah itu hanya di penuhi oleh pedagang kaki lima. "Permisi, Mas" kata Alayya. Pria yang sedang membenarkan mesin mobil itu pun melihat ke arahnya. "Iya Mbak, ada apa?" tanya pria itu. "Ini Mas, ban belakang motor saya bocor" "Ooh letak aja di situ Mbak. Mbak duduk aja dulu di sana" "Mas, kira-kira lama lagi nggak?" tanya Alayya pelan. "Aduh gimana ya Mbak, ya gitulah. Mbak bisa lihat sendiri kalau disini masih rame." jawab montir itu dengan senyum kecil. "Mas, tolong tempelin ban motor saya dulu. Saya harus anterin ini" Alayya menepuk-nepuk tempat kue yang terikat di jok belakang motornya. "Ini pesanan orang Mas, jam dua harus udah sampai" "Waduh Mbak, saya gak bisa. Yang lebih dulu datang, itu yang duluan saya tangani. Saya takut kena marah Bos saya. Maaf banget ya Mbak"  jawab Montir itu tak enak pada Alayya. Kepala Alayya pusing sekarang. "Tolong saya Mas". "Maaf Mbak, tap-" "Ada apa?" tanya seorang pria. "Ooh gak ada apa-apa Mas. Mbak ini ban nya bocor. Mbak nya minta duluan, tapi saya gak bisa. Takut kena marah si Bos. Yang udah dari tadi datang aja belum saya kerjain. Montir yang lain juga pada sibuk" Pria itu mengangguk mengerti. Pria itu melirik Alayya yang sedang tertunduk. "Jadi mobil saya udah selesai belum?" Montir itu mengangguk. "Oh udah, Mas" "Oke makasih. Saya sudah bayar tadi" Montir itu pun pergi. "Alayya?" panggil pria itu. Alayya mengangkat kepalanya. "oh Yuda" Yuda adalah ketua kelasnya. Selain Atifa, Yuda adalah orang yang sangai baik dan ramah padanya. "Ban motor lo bocor?" tanya Yuda memastikan. Alayya mengangguk lemas. Yuda melirik tumpukan kotak kue yang ada di motor Alayya. "Ini mau di antar?" tanya Yuda menunjuk tumpukan kotak kue itu. Lagi-lagi Alayya hanya bisa mengangguk. "Butuh tumpangan?" tawar Yuda. Mata Alayya berbinar seketika mendengar tawaran itu. "Serius? Beneran?" tanya Alayya bersemangat. Yuda tertawa pelan kemudian mengangguk. "Iya serius" "Tapi apa gak pa-pa? Gak ngerepotin?" Yuda menggeleng dengan senyum kecil di bibirnya.  Seketika Alayya tersadar. Ia memandang Yuda yang ada di hadapannya dari atas sampai bawah. “kamu mau pergi ya? Rapi banget” Tanya Alayya. “enggak. Gue mau balik ke rumah. Jadi, mau nggak?”Alayya tampak berfikir sejenak. Jika ia menolak, kue-kue ini tidak akan sampai ke tempat tujuannya dan resiko terbesarnya adalah konsumen akan kecewa dan tidak akan mempercayai Bunda nya lagi. "Iya aku mau." putus Alayya pada akhirnya. Yuda pun mulai memasukkan kotak kue itu ke dalam jok belakang mobilnya. Alayya juga ikut membantu Yuda. "Mau ngapain?" tanya Yuda saat Alayya ingin duduk di jok belakang mobil. "Mau masuk" jawab Alayya dengan wajah polosnya. Yuda membuka pintu depan mobil. "Masuk. Duduknya di depan aja" kata Yuda menatap mata Alayya. "Ta-tapi aku-" "Gak papa, duduk di depan aja" Dengan langkah berat Alayya masuk ke dalam jok depan mobil. Yuda pun menutup pintu mobilnya. Kemudian berlari mengintari bagian depan mobil dan duduk di depan kemudi. Dan mobil pun melaju, mengantarkan Alayya ke tempat tujuannya. Dalam hati tak henti-hentinya Alayya bersyukur bahwa ternyata di dunia ini masih banyak orang baik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN