CEO - 1
Jangan tanya namanya. Cukup lihat dari dekat. Kenal dia dengan hati yang tulus. Niscaya, kalian akan mengucap sumpah serapah.
~~~~~
"Iya, Mas. Terus, Mas ... lebih cepat lagi. Adek sudah tidak tahan, Mas. Arrrrggghhhhhh!"
"Arrgghhhh!"
Teriakan membahana mewarnai kamar yang sudah porak-poranda. Novi, gadis bergigi kelinci itu tumbang. Direbahkan tubuhnya di atas seprei yang kusut. Keringatnya bercucuran. Sambil mengatur napas yang tersengal, matanya melirik pada lelaki yang juga berbaring jantan di dekatnya. Tubuhnya lebih bercucuran lagi. Rintih lega dan desisan, masih terdengar mengiringi detak jantung yang berpacu.
"Yang barusan, nikmat banget."
"Hem."
Seorang lagi laki-laki di sebelah Novi, duduk berselonjor kaki. Raut lelahnya kentara jelas. Buliran keringat menghiasi wajah tampannya. Sama-sama mengatur napas, ia menarik tissu tak jauh dari jangkaunnya. Membersihkan sisa yang menempel di tangan. "Gimana? Udah kan?" tanyanya.
Novi mulai bangun dari tidur terlentangnya. "Iya, Mas. Makasih ya. Mas hebat deh."
"Udah biasa. Aku pulang kalau begitu. Biarkan saja Ryan tidur."
"Iya, Mas CEO. Hati-hati di jalan."
Lambaian tangan Novi mengiringi langkah kaki Mas CEO yang berlalu. Pintu kamar ditutup kembali. Novi bangkit dari tidurnya, lantas berjalan ke kamar mandi. Melirik sejenak pada Ryan yang mulai memejamkan mata. "Nah, kalau ada Mas CEO kan jadi beres. Nunggu Mas Ryan ambil tindakan dulu, kelamaan. Aku ambilin air buat bersih-bersih ya?"
"Hem. Makasih, Vi. Sarapan besok aku beliin nasi tumpang kesukaanmu."
"Okelah. Seminggu ke depan tapi."