bc

Al Maghribi

book_age16+
103
IKUTI
1K
BACA
adventure
killer
witch/wizard
tragedy
straight
ambitious
supernature earth
weak to strong
like
intro-logo
Uraian

Jenna Moonglade, penyihir cantik yang harus menerima kesialan saat mencuri Pedang Ekor Naga dari Pangeran Benyamin, pewaris Kerajaan tempat matahari tenggelam, Al Maghrib. Ia dimanfaatkan oleh Benyamin sebagai boneka perang, jiwanya terikat pada pedang Al Maghribi yang membuatnya tanpa sadar memiliki kekuatan mengerikan untuk membantai musuh-musuh Al Maghrib dalam perluasan wilayah kekuasaan.

Dalam perjalanan memperluas kekuasaan Al Maghrib ke kerajaan tempat matahari terbit (Al Masyriq) ia bersama-sama Benyamin harus menghadapi berbagai macam rintangan yang menjaga di sepanjang jalan.

Mampukah Jenna melepaskan jiwanya dari jerat pedang Al Maghribi dengan memburu Raja Al Masyriq?

chap-preview
Pratinjau gratis
Tungku Penyihir Tua
POV Jenna  Api berkobar di tungku tempat penyihir tua itu meramu racun. Seperti biasanya, tak peduli musim apapun ruangannya begitu panas layaknya nafas naga.  Bau menyengat bahan-bahan sihir bercampur dengan udara pengap yang menjijikkan. Keringat dan uap racikan racun itu menyatu di kulitku, lengket dan busuk.  Penyihir tua itu menatapku dengan ekspresi curiga dan mencemooh. Matanya kelam dan mematikan seperti racun.  Wajahnya mengkerut seperti kulit jeruk busuk. Legenda mengatakan bahwa dia pernah cantik, aku tak percaya itu.  "Malam ini, menyelinaplah ke kamar Pangeran Benyamin, curi pedang yang dulu pernah menjadi milik kami yang berharga!" Suaranya tinggi sambil terbatuk.  Aku telah mencuri berkali-kali sebelumnya, tapi aku belum pernah begitu berani mendekati istananya, yang kudengar pangeran itu sangat berbahaya. "Apa kau sedang mengejekku, Nak? Kenapa kau diam saja." Ia menggeram, mencondongkan tubuhnya ke depan di kursinya yang disusun dari tulang-tulang musuhnya. Suaranya berubah menjadi desisan beracun. "Beraninya kau?" "Tidak Nenek."  Sebenarnya aku ingin bermaksud begitu. Tapi tidak ada orang waras yang berani menghinanya secara terang-terangan.  Tidak ada yang lolos dari maut jika berani, tulang-belulangmu akan digunakan untuk menambal istananya yang berlubang.  Ia duduk kembali sambil menggerutu dan cemberut, "Jika bukan ejekan, maka pancaran di wajahmu yang pucat itu sudah pasti adalah kebencian." Tentu saja aku membencinya, kami semua membencinya dan sekaligus sangat takut padanya. Tidak ada seorang pun yang lebih berbahaya dari pada perempuan tua di hadapanku ini.  Tapi aku tidak sebodoh itu untuk mengakuinya, "Aku selalu mengabdi padamu Nenek, seperti yang lainnya." Aku telah terlatih berbohong, keahlian yang diperlukan untuk bertahan hidup di hutan terkutuk. "Memang sudah seharusnya begitu, bodoh! Kadang-kadang aku merasa hanya aku satu-satunya perempuan yang masih memiliki akal sehat di sini. Para perempuan bodoh, itulah yang ada di sekitarku sekarang."  Dia kembali menusukku dengan tatapan dingin, "Aku tak ingin mendengar omong kosong tentang kegagalanmu malam ini!" "Nenek sudah memastikan pedang itu ada di sana?"  Pedang pusaka yang konon bisa membuat para naga tunduk, dan mengandung cerita-cerita tidak masuk akal lainnya.  Dia bisa mencium benda-benda yang berharga seperti burung bangkai yang dengan cepatnya mencium aroma busuk.  Ucapanku mengundang tawa mengerikan darinya, "Ada bisikan di telingaku bahwa pedang-pedang dengan kekuatan mengerikan itu baru saja kembali ke istana setelah lama memburu Raja Al Masyriq ke Timur Laut." Tangannya yang seperti cakar elang menegang di lengan kursinya.  Keringat mengalir dari ujung rambutku seperti tetesan darah karena cahaya api kemerahan. "Bagaimana jika nanti aku yang ganti diburu?" Dahinya mengkerut dalam, "Bagaimana jika aku mengingatkanmu bahwa Raja Al Maghrib lah yang dulu menghabisi orangtuamu dan karena kecerobohan ibumu pedang itu jatuh di tangan mereka."  Aku tidak bisa menutupi perasaan marah yang muncul karena mendengar tragedi dari kejahatan itu.  "Perbuatan ibumu dulu itu seperti infeksi, yang membuat sakit seisi hutan. Cepatlah pergi dari sini bersama Mercy. Dia yang paling terlihat masih mempunyai sedikit akal sehat." Telunjuk kurus keriputnya mengacung ke pintu. "Ya Nenek." Aku membungkuk dalam-dalam sebelum pergi. Pintu kuno yang tebal menggelegar, menutup di belakangku.  Aku bersandar pada dinding, menghirup udara segar dan bersih. Pakaianku basah kuyup, bau busuk menguap. "Jenna!" Suara yang sangat kukenal mendesis. Aku berpaling mengikuti asal suara itu. Sebuah bayangan melongok di balik pintu. Samar-samar cantik dan mematikan seperti ular.  "Hanya pengecut yang bersembunyi di balik pintu." Aku mendengus. Dia menarikku ke dalam ruangan tempat menyimpan ramuan, botol-botol dengan cairan warna-warni berjajar di bufet. Aromanya membuat perut melilit.  Dia melepaskan cengkramannya pada lenganku dengan jijik, "Hhmm … katakan padaku, apakah nenek membicarakanku?" "Ugh, tentu saja. Kau cucu kesayangannya. Kau ditugaskan menguntit di belakangku, sementara aku mempertaruhkan nyawa mencuri pedang Ekor Naga." "Aku menolak menguntit di belakangmu." Ia berteriak.  Aku mendorongnya ke dinding dalam satu hentakan, aku menutup mulutnya dengan telapak tanganku hingga ia tidak punya kesempatan untuk berteriak lagi.  "Mulutmu lebih cepat daripada otakmu. Kau membantah perintahnya. Kau ingin jadi orang berikutnya yang dia cakar sampai tembus ke tulang?" Ia menatapku dengan mata menyipit jahat, "Atau kau yang akan lebih dulu mendapatkannya Jenna, mengingat kemungkinan kecil kau berhasil malam ini." "Katakan lagi, aku bersumpah akan mengajarimu cara berbicara yang baik. " Aku berjalan keluar, ia bergegas mengikutiku. "Tunggu!" "Untuk apa? Aku tidak sedang ingin berdebat." Dia menaikkan suaranya ke volume yang berbahaya, "Aku berdoa kau akan gagal." Aku mengayunkan tanganku untuk mencengkeram kerah bajunya, namun dia mundur dengan cepat di luar jangkauan. "Aku memperingatkanmu Mercy, jaga mulutmu."  Meskipun ada dorongan untuk menyerang mulutnya yang suka berkata seenaknya sendiri, aku menyurutkan niatku. Terlibat perkelahian dengannya adalah hal yang sangat berbahaya. Aku tidak akan mengambil resiko, ia penyihir murni, sedangkan aku campuran. Dia menakutkan dengan hidungnya dan dagunya yang runcing, bahkan di usianya yang belum genap dua puluh tahun.  Aku melanjutkan langkah kakiku, melambat di belokan tajam menuju taman. Ia berlari membuntutiku sambil mengeluarkan kipas bulu gagaknya.  Pakaiannya terlalu panas untuk digunakan di siang hari, korsetnya ditarik begitu kuat hingga membuatnya kesulitan bernafas. Ia ingin selalu diperhatikan, perpaduan antara kesombongan dan keanggunan.  Ia tersenyum jahil dari balik bulu merak, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berwajah masam. Gadis itu sungguh sangat menyebalkan.  Kipasnya memukul bahuku pelan, "Baiklah, rencanakan pencurian nanti malam sebaik mungkin. Aku tidak akan mengganggumu lagi." "Gaya bicaramu terdengar sangat mirip dengan nenek."  "Mulutmu sangat kejam, Jenna. Kau samakan aku dengan wanita penuh keriput itu." Ia memukul bahuku lebih keras, lalu berjalan dengan kesal, lupa menggoyangkan pantatnya seperti biasa.  *** Sampai hampir tengah malam Mercy belum juga muncul, entah tersesat di mana dia. Aku sudah mulai bosan. Akhirnya Mercy terlihat datang setengah berlari, mendorong beberapa pelayan yang menghalangi jalannya. Dia menciptakan kekacauan dengan baju-baju kotor yang tercecer di lantai.  "Kau bukan Nenek, kan?" Aku melirik kursi biasanya nenek duduk. "Kau jadi terlihat sangat mirip dengannya di kursi itu."  Ia tertawa, "Hei kata-katamu membuatku layu! Aku jadi tahu kenapa nenek sangat tidak suka padamu." "Dia tidak pernah senang dengan siapapun, kecuali kau Mercy, cucu yang sempurna." Dia mencengkram lenganku dan menarikku lebih dekat, suaranya turun menjadi bisikan. "Apakah penampilanku sekarang juga sudah sempurna?" "Mer, kau sama sekali tak terlihat seperti kaki tangan pencuri. Kau lebih mirip dengan w***********g. Kau akan menghadiri pesta dansa atau merampok?" Aku heran dengan gaunnya yang berlebihan.  "Tidak masalah lidahmu mengataiku seperti itu, aku memperhitungkan jika kita tertangkap nanti paling tidak pangeran itu akan mempertimbangkanku sebagai kekasihnya. Kau tak tahu betapa repotnya aku mempersiapkan ini semua." "Kalau begitu nanti kau akan menungguku di balik tembok, membawamu ke dalam sama saja dengan bunuh diri. Aku akan mengambil pedang itu dengan cara apapun yang diperlukan, nenek telah memberiku perintah."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Rise from the Darkness

read
8.5K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.9K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook