Sinopsis : Bastard Husband and Cold Wedding
Alva kehilangan jati dirinya. Atau bahkan kembali menjadi Alva yang dahulu dibenci banyak orang. Namun, Alva hanya melakukan hal itu kepada satu orang, yaitu Rabella yang berstatus sebagai istrinya sekarang.
"AKH! SAKIT!"
"s**t! Kau masih perawan?!" Tanya Alva, terkejut melihat darah di kondom yang digunakannya, lalu menatap wajah penuh air mata milik Rabella.
Rabella hanya dapat terisak menatap Alva dengan sendu. "Apa itu aneh? Apakah kita pernah melakukannya dulu?"
Alva terdiam, terlintas dipikirannya jika ia harusnya bermain pelan dengan wanita di bawahnya. Namun, mengingat apa yang dilakukan Rabella padanya, membuat Alva hanya menatap dingin tanpa belas kasih. "Selamat datang di neraka, sayang."
Dan Alva menggenjot dirinya di dalam Rabella dengan cepat dan keras tanpa mempedulikan jeritan dan tangis Rabella yang memenuhi seluruh ruangannya. Bahkan Alva melakukan secepat dan sekeras yang ia bisa, membuat Rabella tersiksa dan gemetar kesakitan karenanya.
***
Rabella kehilangan seluruh ingatannya ketika terbangun dari pingsannya yang tiba-tiba itu. Dia bahkan tidak dapat mengingat orangtua dan namanya sendiri. Yang ia tahu, ia sudah menikah dengan lelaki bernama Alva. Namun sepertinya Rabella dulu buta atau bahkan terpaksa menikah dengan Alva. Karena sungguh, walaupun Rabella kehilangan seluruh ingatannya, tidak mungkin Rabella menikah dengan seseorang seberengsek Alva.
"Kau bukanlah manusia. Kau adalah monster! Aku bukan b***k seks-mu yang bisa kau buang dan kau siksa setiap kau ingin!"
"Monster? Bukankah itu sangat dangkal artinya? Lebih dari itu, sayang. Aku adalah Iblis. Dan aku, memiliki kuasa untuk mencabut nyawa manusia lemah sepertimu."
Rabella tidak tahu apa yang diperbuatnya dahulu. Apakah dia berselingkuh dari Alva sehingga membuat lelaki itu dendam hingga ingin membunuhnya?
***
Prolog
Mata itu perlahan terbuka. Yang dia lihat hanyalah sebuah tempat buram dengan cahaya yang terlalu terang sehingga ia hanya dapat menutup kembali matanya dan membukanya berkali-kali, mencoba membiasakan dirinya dengan cahaya yang menyerobot masuk itu.
"Sayang, kau sudah bangun?" Sapaan pertama yang terdengar kala ia membuka mata. Matanya kemudian beralih ke arah samping, dan mendapati wajah wanita paruh baya yang menatapnya lembut dan hangat. Matanya terlihat sembab seolah habis menangis. Dia menampakkan jarinya di depan mata, kemudian menggerakkannya ke kanan kiri, membuat matanya harus mengikuti gerak jari itu. "Kau sudah sadar rupanya."
Napas berat terdengar di telinganya ketika dia mencoba membuka mulutnya. "Sa-saya," dia berdeham, mencoba menetralkan suaranya yang serak. "... Di mana?"
Wajah wanita paruh baya itu mulai terlihat sangat jelas seiring berjalannya waktu. Dia juga menyadari ada pria paruh baya di samping wanita itu sedang menatapnya dalam diam namun tersirat kekhawatiran di sana.
Matanya kemudian bergulir, mendapati ada pasangan lainnya, lalu ada seorang pria yang sedang menatapnya dengan tatapan mengerikan.
"Kamu di rumah sakit, Sayang. Kamu sudah tak sadarkan diri selama 3 hari," jawab wanita paruh baya itu dengan senyum lembutnya.
Matanya kemudian berkedip beberapa kali, kemudian menatap wanita paruh baya itu. "Anda..., Siapa?"
Wanita itu terlihat kaget. "Apa?"
Yang ditanya hanya menelan ludahnya dengan susah payah. "Kenapa..., Aku berada di rumah sakit?"
Wanita paruh baya itu menatap pria dingin di sampingnya dengan kaget. Beberapa saat kemudian, wanita paruh baya itu kembali menatapnya. "Kau tidak ingat kejadian itu dan..., Kami?"
"Hah! Omong kosong apa ini?!" Pekik pria mengerikan tadi.
"Anna, coba periksa dia." Kata wanita paruh baya lainnya yang ada di sana.
Anna, wanita paruh baya lembut itu makin mendekat padanya. Menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Kau tahu siapa namamu?"
Pelan, kepalanya menggeleng.
"Umur?" Tanya Anna, mendapatkan gelengan kembali. Anna terlihat syok dan menatap si dingin kembali. "Darren..." Lirihnya, lalu menangis kencang. Pria bernama Darren segera memeluk tubuh Anna yang terguncang hebat.
Tekanan di bahunya membuatnya meringis dan menatap ke samping. Dia mendapati pria mengerikan itu sedang menatapnya dengan sangat tajam. "Dengar. Kau, adalah Rabella. Istriku."
"Alva! Apa yang kau lakukan?!" Pekik pria paruh baya yang lainnya.
Rabella hanya bisa menatap mata tajam itu yang masih terarah padanya.
"Kita menikah 3 hari yang lalu. Denganku. Alva. Alva Damian Phillips."
"Alva!!"
Rabella mengedipkan matanya beberapa kali. "Namaku..., Rabella?"
Alva mengangguk. "Rabella Reinhard."
Saat itu, tubuh Rabella kembali lemas. Namanya terasa sangat membebaninya sehingga membuat Rabella hanya dapat mengikuti kegelapan yang menariknya dengan kuat.