The Evil Symphony
Lucas membawa Rachel dan Alberth ke dalam mobil yang ia bawa tadi.
“Masuklah, cepat ..! “ ucap Lucas memerintah Rachel untuk segera masuk dan pergi ke tempat yang aman. Lucas sudah duduk di kemudinya. Ia beriap menjalankan mobilnya. Tapi tiba tiba tangannya terhenti. Tangan kananya gemetar dan tak bisa di kendalikan.
“Lucas, kamu kenapa .. ? “ tanya Rachel dengan ekspresi khawatir.
“Aku tidak apa apa .. “ ucap Lucas dengan nada meyakinkan.
“Cepat pasang sabuk pengamanmu, kita ke rumah sakit .. “
Lucas langsung menyalakan mobil dan menyetir. Lucas pengemudi yang handal. Tapi Rachel tau ada yang tak beres dengan Lucas. Lucas menyetir dengan tangan kirinya. Sepanjang jalan ia menyembunyikan tangan kananya yang terus gemetar tanpa bisa di kendalikan. Rasa takut menjalari tubuh Lucas.
Aku pasti bisa, ini bukan hal berat. Gumam Lucas pada dirinya sendiri. Ketakutannya nyata. Sekarang, tangan kananya tak lagi terasa. Tapi tiba tiba tangan itu menyentuhnya.
“Akan kuhentikan dulu pendarahan di tangannmu .. “ ucap Rachel dengan ekpresi melindungi yang keibuan. Wajahnya membuat Lucas terpana. Lucas menjadi menyadari sesuatu.
Tangan kirinya masih fokus menyetir, tapi Lucas bersuara “Aku mengalah .. “ ucapnya dengan lembut, tangan Rachel masih mencoba menghentikan pendarahan tangannya.
“Apa yang kamu katakan, kita tidak ada di tengah pertandingan .. “ Rachel pikir Lucas sedang bercanda. Matanya terfokus untuk menghentikan pendarahan Lucas.
“Lahirkan anak kita Rachel .. “ ungkap Lucas dengan suara sendu. Untuk pertama kalinya, Lucas mengakui kehadiran anak mereka berdua. Membuat Rachel tertegun.
“Aku baru menyadari satu hal, apa yang membuatku jatuh cinta padamu .. “ Lucas menggantung kalimatnya. Membelokan mobil ke arah kiri. Menuju rumah sakit terdekat.
“Kamu sangat lemah lembut, sifatmu sangat keibuan. Karena itu Tuhan memberikan kesempatan untukmu, menjadi seorang ibu .. “
“Lu– cas .. “ ucap Rachel dengan air mata yang membuat suaranya tertahan. Nafasnya tesendat.
“Jangan sampai, anak ini nantinya tak melihat ekspresi khawatir ibunya. Tak merasakan kasih sayang ibunya .. “
Lucas berhenti berbicara. Tuhan yang memegang semua kendali dunia. Karena itu di dunia ini tak ada yang pasti. Yang pasti di dunia ini adalah ketidak pastian. Lucas menyerahkannya ke tangan Tuhan. Biar Tuhan-Nya yang memegang kendali hidupnya.
Yang Damian bilang itu benar, akan kucari semua yang terbaik. Yang bisa menyelamatkan kalian berdua. Setidaknya, salah satu kalian. Batin Lucas, ia sudah mencoba untuk ikhlas dengan keputusan Tuhan nantinya.
“Bawa mereka berdua ke dokter Damian .. “ ujar Lucas pada seorang perawat.
“Kamu .. ? “ Rachel menatap Lucas. Alberth yang tak sadarkan diri sudah di tandu ke ruang perawatan.
“Aku akan menemui dokter lain, biar Damian yang merawatmu .. “ ucap Lucas sambil berlalu. Pendarahan tangannya sudah berhenti berkat Rachel. Sekarang laki laki itu, menuju ke ruangan dokter. Motoriknya yang harus di periksa. Setiap luka meninggalkan jejak. Dan luka Lucas, jejaknya tak terlihat jelas. Tapi, ketakutan Lucas beralasan.
“Anda seorang Violis, atau pemain Celo ..? Atau seorang dokter bedah .. ? “ tanya sang dokter saat selesai memeriksa Lucas. Laki laki itu terkekeh. Karena salah satu tebakan dokter itu tepat.
“Kenapa anda bertanya seperti itu dok .. ? “ tanya Lucas penasaran. Dokter itu hanya tersenyum bijak, ubannya sudah rata. Usianya sudah senja tapi tubuhnya bugar bukan main.
“Saya sudah sering memeriksa saraf di tangan pasien seperti anda. Kalau ada kalus di tangan, menyeluruh dan sangat kasar. Biasanya, mereka orang yang sangat bekerja keras. Biasanya buruh .. “, ucap dokter itu dengan santai dan memeriksa laporan Lucas dengan teliti.
“Kalau tangannya halus, biasanya mereka orang yang bekerja dengan pemikiran dan menyuarakan mulut mereka. Banyak pekerjaan seperti itu, tak bisa di persempit spesifiknya pekerjaan apa.. “ dokter itu menuliskan sesuatu.
“Bisa anda rasakan sentuhan di sebelah sini .. ? “ dokter itu hanya mendapat jawaban tidak dari gelengan kepala Lucas. Ia kemudian menuliskan sesuatu lagi.
“Tapi kalus di tangan anda, hanya ada di beberapa jari. Itu bukan kalus yang wajar. Berarti anda terbiasa aktif dengan tiga jari itu. Saya tebak, anda pemain Biola, Celo atau dokter bedah ... “
Dokter itu duduk kembali, menghadap Lucas dan bersiap mengatakan hasil pemeriksaanya. Tapi Lucas masih penasran dengan kelanjutan ceritanya.
“Jari anda kalus karena terkena senar Biola, atau Celo. Tapi kalau anda dokter, dokter bedah maksud saya. Anda terbiasa memegang alat bedah, melakukan operasi dan kalus itu saat menjahit pasien .. “
Lucas diam diam mengagumi kejelian dokter itu karena profesinya. “ Saya memang seorang violis .. “ ucap Lucas mengakui profesinya sekaligus mengakui kebenaran dari kata kata sang dokter.
Wajah sang dokter menjadi dingin tak berekspresi lagi. Lucas juga sudah tau lumayan banyak apa yang akan di dengarnya. Profesinya juga membuatnya tau, apa yang boleh di lakukan dan yang tak boleh di lakukan. Seorang Violis, tak boleh melukai tanganya.
“Kalau begitu anda dalam masalah .. “ ucap sang dokter mengembalikan profesionalismenya kembali.
“Saya juga tau, “ ucap Lucas dengan berlapang d**a. Sang dokter terkejut dengan ekpresi Lucas.
“Bukankah, siapa nama anda barusan .. ? “ sang dokter memeriksa rekap medis Lucas.
“Lucas Norwest .. ?! “ ucap sang dokter terkejut saat membaca nama lengkap Lucas, “Anda ada di posisi pertama dalam daftar pemain Biola dunia .. “ucap sang dokter mencoba meyakinkan dan menenangkan dirinya tentang identitas pasiennya itu.
“Benar ... “ucap Lucas tenang.
“Anda bisa saja, tidak bisa— ber-main lagi .. “ sang dokter terbata bata dengan kata katanya. Tak kuasa melihat pemain nomor satu dengan bakat dan talenta super. Di akui semua musisi di dunia. Sekarang ada di hadapannya dengan satu fakta menarik. Tak bisa bermain Biola lagi.
“Saraf yang terpotong sudah di jahit, tapi terluka cukup parah .. “ dokter itu hendak membesarkan hati Lucas. Memberikan harapan positif.
“Saya sudah tau, speanjang jalan. Tangan saya terus gemetar tanpa alasan. Saya hanya sedang mencoba membuat diri saya lebih baik .. “
Lucas memandangi tanganya yang masih terlihat bergetar. Tremor. “Setiap luka meninggalkan jejak .. “ ucap Lucas dengan lirih. Lukanya, ada di dalam sana. Sakitnya terasa sampai ulu hati.
“Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menghentikan tremor karena saraf yang terluka itu .. “,dokter itu kemudian memberikan arahan pada Lucas. Tapi yang Lucas tau, konsernya di Yunani kali ini. Mungkin tak lagi di tunda, seperti bulan lalu. Bisa saja di batalkan. Dan takan ada konser konser lainnya.
“Terimakasih dokter, saya akan rutin berkonsultasi masalah tangan saya ini ... “ Lucas menngucapkan salam dan pergi meninggalkan ruangan. Ia berjalan menuju ke ruangan Damian. Rachel sudah menunggunya.
“Dia akan khawatir kalau aku tak segera kesana menemuinya .. “ Lucas berjalan dengan manahan sakit tangan kananya. Tapi tangan itu terus bergetar tanpa bisa di kendalikan. Ia sekarang menyesal. Dulu, ia bermain tanpa jiwa. Sekarang, saat ia mungkin takan bisa bermain Biola lagi. Lucas benar benar ingin bersungguh sungguh menyertakan jiwanya dalam setiap permainan.
“Sudah kamu periksa Rachel dengan baik baik .. ? “ Lucas langsung menodong Damian dengan rentetan pertanyaan.
“Hei! Jangan seperti kakek tua! Aku dokter muda dengan lisensi yang nyata! “ Damian meniggalkan Rachel dan Lucas di ruanganya.
Ia harus memeriksa Natasya sebelum besok, perempuan itu ingin pergi menemui orang yang ia cintai katanya. Padahal itu hanya alasan, untuk meninggalkan Damian bersama Nadin. Dan mangkat ( Meninggal ) dengan tenang.
“Bagaimana tanganmu .. ? Apa kata dokter .. ? “ tanya Rachel menyelidik. Lucas tersenyum tenang, membuat Rachel mengerdipkan matanya.
“Kata dokter, aku baik baik saja. Hanya perlu beberapa obat untuk menghilangkan sakitnya .. “ ujar Lucas mencoba menenangkan. Ia duduk di samping Rachel. Memeluk wanita itu dengan satu tangannya. Menutupi kembali tangan kananya yang masih terus bergetar.
“ Aku jadi ingin membatalkan konser di Yunani .. “ ujar Lucas masih memeluk wanita itu. yang ia lihat sekarang adalah punggung Rachel.
“Kenapa sangat tiba tiba .. ? “ ucap Rachel dengan ekspresi bingung.
“Aku mau menemanimu saja, menemani kamu sampai aku memastikan kalian berdua selamat .. “ Lucas menghirup nafasnya dengan berat. Tapi menghembuskannya dengan pelan pelan.
“Dan kamu takan bermain sampai sembilan bulan .. ? Konyol .. “ gurau Rachel dengan tawa kecil. Tiba tiba Rachel menarik tubuh Lucas menjauh. Ia teringat Jarvis. Sangat mengerikan saat melihat Jarvis dengan pistol di tangannya.
“Apa Jarvis benar benar mafia .. ? “ tanya Rachel seolah masih tak percaya dengan memorinya, Jarvis memegang pistol dengan entengnya.
“Aku sudah pernah mengatakannya, dia memang mafia .. “ ucap Lucas dengan enteng.
“Lalu kenapa kamu bisa berurusan dengan Jarvis .. ? ehm—maksudku, kenapa bisa dia yang datang menyelamatkan kita. Bukan Shawn .. ? “
Rachel masih ngeri dengan Jarvis dengan pistolnya, Ramses dengan belatinya.
“Kamu melakukan transaksi, barter .. “ ucap Lucas dengan enteng. Tanganya sudah tak lagi bergetar karena sudah lumayan lama setelah meminum obat dari dokter.
Obatnya bekerja, batin Lucas. Tangan kanannya kini beralih pada rambut Rachel, menyisir lembut rambut itu dengan sela sela jarinya.
“Apa yang kamu tukarkan dengan Jarvis, dia mafia—“ ucap Rachel tak percaya. Ia takut Lucas menukarkan sesuatu yang fatal dengan Jarvis. n*****a misalkan?
“Keselamatanmu .. “ ujar Lucas dengan tenang, kemudian melanjutkan, “ Aku meminta dia untuk selalu siap saat kamu dalam bahaya, langsung datang dan menylamatkanmu ”
“Menyelamatkanku .. ? “ tanya Rachel dengan nada bingung tapi lega. Bukan seperti pikiran buruknya. Tapi jawaban Lucas, lebih dari sekedar manis. Amat sangat manis malahan.
“Saat aku pertama kali bertemu dengan Jarvis di pesta, aku bertemu dia untuk bekerja sama melindungimu ... “
Lucas mengingat adu alotnya dengan Jarvis yang tak mau melindungi Rachel walaupun saham Nortwest yang ia tawarkan. Jarvis tetap tak mau.
“Saat kamu tidak suka denganku .. “ ucap Rachel dengan masih ketidak percayaan di matanya. Itu hari hari dimana ia banyak berdebat dengan Lucas. Seolah saling menebarkan kebencian satu sama lain.
“Kamu salah! “ bantah Lucas dengan nada mendominasi. “ Saat aku berjalan menghampirimu, bermain Biola bersamamu. Saat itu aku mengatakannya tanpa suara, kalau aku peduli padamu .. “
Rachel tersanjung dengan ucapan manis yang baru saja di ucapkan Lucas padanya. Pertemuan pertamanya dengan Lucas saat audisi dengan di iringi rusaknya Biolanya. Sangat berkesan dengan artian sesungguhnya. Lucas teringat Saat alunan nada Caprice No. 24 itu mengalir di permainannya dengan Rachel. Lagu dengan kisah cinta yang berawal dengan manis, di bubuhi misteri, menggiring opini kalau cinta akan berakhir dengan sendu. Tapi nyatanya, ada kebahagiaan di sana. Walaupun, kisah mereka tak di mulai dengan manis.
“Biolaku rusak .. “ gurau Rachel. Ia teringar Biolanya, Melody. Yang rusak saat ia tengah bermain.
“Kamu pandai memainkan Biola rusak .. “ ujar Lucas dengan nada setengah mengejek dan setengah memuji.
“Tidak lucu ... “
Rachel jadi teringat Biola rusaknya yang bernama Melody itu. Biola pertama sepanjang hidupnya. Tak ada kesempatan, apalagi untuk bermain dengan Biola ayahnya.
“Kita pulang, sudah ada orang yang kusuruh untuk menjaga si Luthief itu .. “ ajak Lucas dengan manja pada Rachel.
“Namanya Paman Alberth .. “ desak Rachel dengan nada sedikit menghardik tapi bergurau.
“Baik Nyonya .. “, Lucas mengalah. Dan Rachel tersenyum senang. Ia menarik tangan Lucas.
“Ahh--- “ seru Lucas kesakitan.
“Maafkan aku Tuan .. “ gurau Rachel sembari mengamati tangan Lucas.
*** 000 ***
Sudah hampir beberapa minggu ini, Lucas berhasil menutupi kondisi tangannya dari Rachel. Ia pandai, menutupi semuanya. Rachel sendiri sangat bingung. Beberapa minggu ini Lucas lengket sekali dengannya. Tak pernah ia melihat Lucas bermain Biola lagi. Konsernya, belum ada tanada pasti. Entah di tunda atau di batalkan.
“Kamu tidak mau pergi ke suatau tempat .. ? “ tanyan Rachel saat ia sudah muak karena Lucas terus menereus berada di sisinya. Melindungi Rachel sampai masuk ke kamar mandipun harus di temani.
“Aku mau menjaga kalian berdua .. “ ucap Lucas dengan manahan Rachel agar tak bangkit dari sofa. Kepalanya tersandar pada paha Rachel.
“Perusahaan sudah di pegang Jarvis, aku mau jadi pengangguran yang jadi milyader .. “ gurau Lucas dan menenggelamkan rasa khawatirnya dengan berbaring nyaman pada Rachel.
“Lalu kenapa kamu sering bepergian tiap akhir minggu .. ? “ tanya Rachel dengan nada menantang juga menginterogasi.
Aku menemui dokter, batin Lucas. “Kamu kenapa bertanya .. ? Cemburu kalau aku bertemu wanita seperti Angela ... ? “ Lucas menaikan sebelah alisnya.
“Tidak .. “ bantah Rachel dan beranjak pergi dan membuat kepala Lucas terbentur pada sofa.
“Sakit Rachel .. “ ujar Lucas sembari mengusap kepalanya dan merasakan rasa sakit. Rachel terheti di depan kulksa pandangan matanya hampa. Ia tak punya stok mangga muda lagi.
“Gudangmu kehabisan atau di curi .. “ selidik Lucas saat melihat tatapan hampa Rachel di siang hari di depan kulkas. Setiap siang, entah kenapa Rachel selalu makan mangga muda.
“DI curi Lucas, di curi anakmu .. “ bisik Rachel dengan nada tak percaya. Ia sudah membeli banyak mangga dan habis dalam hitungan hari.
“Aku takut, anak kita nanti akan mengeluarkan kata kata yang masam .. “ komenta Lucas saat Rachel menuduh anaknya pencuri melalui makan lewat mulut ibunya.
“ Keturunan dari ayahnya .. “ balas Rachel dengan telak. Lucas menghela nafas, mengalah.
“Biar kubelikan mangga lagi untukmu .. “, ujar Lucas dengan sigap mengambil kunci mobil. Meniggalkan apartemennya dan pergi ke swalayan. Laki laki dengan pesona tak terbantahkan itu, akan memilih buah buahan dengn kantong tersampir di tangannya. Rachel terkekeh membayangkan itu.