The Evil Symphony
Ramses tergopoh dalam perlariannya. Ia terluka tapi itu tak cukup untuk menghentkannya. Rasa bencinya pada Lucas sudah menjadi pemantik semangatnya untuk membalas dendam pada Lucas.
Penghinanaan, merendahkan, merebut semua yang di miliki, di tambah arogansi Lucas yang pernah di tunjukan pada Ramses. Adalah bahan bakarnya untuk melakukan semua hal nekat ini.
Sampai ia melihat Rachel yang masuk ke dalam rumah yang ia tahu, milik seorang Luthier yang ia kenal. Ramses juga seorang Violis. Lucas merendahkan mimpi Ramses. Pemusik biarlah menjadi pemusik. Ketika kamu mengusiknya, dendam dan ambisi punya kesamaan. Tak bisa di hentikan.
Ramses mendekati rumah itu, ia tak bisa menggunakan mobilnya lagi. Terlalu riskan untuk terlacak Lucas. Suara pintu di ketuk malam malam. Rachel menjadi gugup.
Apa itu Lucas ... ? batin Rachel menentangnya. Tapi suara ketukan pintu tak terhenti. Rachel beranjak dan mendekati pintu. Samar samar ia melihat sosok tinggi mirip Lucas. ia semakin ketakutan, tapi tiba tiba suara lain muncul.
“Paman Alberth, buka pintunya ... “ suara itu meyakinkan Rachel. Kalau sosok di luar sana, bukanlah Lucas. Rachel membuka pintu.
“Silahkan mas--- “ Rachel terkejut melihat sosok tinggi di depannya. Sosok yang ia lihat di apartemen Lucas tempo hari. Sosok yang menculiknya, sedang menyeringai puas melihatnya.
“Kam—“
“Ramses .. “ucapnya dengan nada dingin dan penuh penekanan. Pikiran Rachel melayang, ini bukan kali kedua ia bertemu dengan Ramses. ia juga pernah bertemu dengan Ramses sebelumnya. Di kantor Lucas!! laki laki yang tersenyum ramah di dalam lift.
Sontak, menyadari kedatangan bahaya. Rachel langsung menutup pintu. Tapi, s**l! Ramses terlalu cepat menahan pintu. Ia sudah masuk ke dalam rumah. Menyebarkan aura dinging di seitarnya.
“Kamu mau apa ...?! “ tanya Rachel sembari menjauh dari Ramses.
“Ada apa Rachel .. ? “ Alberth muncul karena mendengar kegaduhan di ruang depan. Ia tak menyadari Ramses sedang bertamu di rumahnya.
“Ramses .. ? “
“Paman Alberth, selamat malam .. “ sapa Ramses dengan senyum dan seringai yang tak bisa di artikan ramah. Mengerikan.
Sekarang aku akan memberikan pelajaran pada Lucas, artinya kehilangan harapan. Batin Ramses, di tangannya sudah terulur belati kecil tajam. Sekali bungkam, nyawamu bisa hilang.
“Ikuti yang aku mau, dan duduk tenang di sudut sana .. “ perintah Ramses sembari menodongkan belatinya yang berkilau terkena cahaya, menambah efek kengerian yang tak terkira. Rachel dan Alberth tergopoh mengikuti perintah Ramses. laki laki itu menelfon seseorang.
“Lucas ... ? Apa kabar, kamu sedang kesulitan mencariku bukan ... ? “
“Di mana kamu! Dasar kurang ajar! Jangan bersembunyi, dan hadapi aku ke sini .. “ suara Lucas penuh dengan emosi saat tau Ramses yang memanggilnya.
“Kita bertemu di sini saja, aku bersama orang yang kamu cintai. Bagaimana Rachel, kamu mau bertemu dengan Lucas bukan ... ? “
“Kep --- “ Ramses menutup panggilannya. Ia fokus menatap Rachel dan Alberth. Ia dengan sigap mencekal keduanya dengan tali dan mengikat mereka rapat rapat.
*** 000 ***
“s**l! s**l s**l! “ Lucas menggila, ia sedang di perjalanan mencari Rachel. Dan ia tak perlu lagi mencari perempuan itu. Dia bersama Ramses, yang artinya bahaya.
“Shawn, retas ponselku. Ramses baru saja menelfonku, dia menawan Rachel. Cari tau posisinya sekarang dari panggilan telfonnya beberapa menit yang lalu .. “ Lucas menunggu jawaban Shawn. Ia menuggu laporan Alberth.
“Tuan, sudah ketemu! “ seru Shawn dengan semangat, “ Posisi terakhirnya ada di dekat Hotel Glory, jaraknya tidak lumayan jauh. Ada bangunan tua bergaya veteran di sana, milik seorang Luthief bernama Albert. Saya akan kirim posisinya supaya anda kesana, saya juga akan mengiriim bantuan .. “
“Jangan .. “ sergah Lucas saat ia mendengar kata bantuan, “Ramses kabur sendiri dan melakukan ini sendirian. Aku takut kalau ia terkepung, ia bertindak kegabah dan melukai Rachel .. “
“Tapi .. “ Shawn hendak mendebat.
“Aku punya bantuanku sendiri .. “ guman Lucas. Ia kemudian mematikan telfonya. Bergerak cepat ke lokasi yang sudah di kirimkan Shawn padanya.
*** 000 ***
Mata mereka bertemu, Lucas memandang Ramses dengan tatapan penuh amarah. Sebaliknya. Ramses dengan tatapan puas. Ia memiliki kartu AS Lucas.
“Ikuti perintahku, dengan itu Rachel bisa selamat ... “ Ramses sudah memata matai Lucas. ia juga tau kalau Lucas menikah diam diam dengan Rachel. Ia juga yang membocorkan masalah kandungan Rachel pada Angela. Karena secara tidak langsung, Ramses lah orang yang mendalangi penculikan itu. Yang membuat perut Rachel tertembak.
“Apa maumu .. ! “ umpat Lucas dengan nada tak sabaran. Matanya gamang, melihat belati berkilau tajam itu di tangan Ramses.
“Kalau kamu mau harta, ambilan. Jangan membuatku marah, segera lepaskan Rachel ... “ Lucas mentap Rachel, megnisyaratkan bahwa semuanya akan baik baik saja. Walau pada kenyataanya, Lucas bahkan tak tau kemana arahnya.
“Aku pernah bilang padamu, untuk tidak menjadi manusia yang arogan, merendahkan orang lain, juga merasa di atas angin. Aku pernah berjanji padamu, aku akan megnajarinya padamu. Rasanya kehilangan seseorang, ingat? Saat kamu dengan mudahnya mengancamku di lelang waktu itu, sekarang bercerminlah! Lihat dirimu yang ketakutan ini .. “ tawa Ramses memenuhi ruangan. Kepuasan saat melihat Lucas degnan keterpojokannya membuat Ramses senang.
“Yang aku mau hanya melihat keputus asaan darimu, tapi aku cukup pintar Lucas. Karena aku belajar darimu. Ketika kamu menyakiti seseorang, dendam dan ambisi punya kesamaan. Tak bisa di hentikan “
Ramses mendekatkan dirinya pada Rachel. Alberth sendiri sudah tak sadarkan diri karena di pukul saat mencoba menghubungi polisi. Mata Rachel terbelalak. Belati berkilau itu, sedang di dekatkan pada urat lehernya.
“Kamu takut bukan .. ? “ tawa Ramses kembali meledak. “ Aku yang menculik Rachel waktu itu, tapi sayang sekali. Kalian tak mati saat itu juga ... “
Mata Rachel berair, “Kumohon, jangan sakitiku .. “ bisik Rachel memohon. Matanya meneteskan air mata.
“Ku dengar dari Angela, bahkan kamu sudah hamil sekarang ini .. ?” ucap Ramses menyayangkan.
“Ramses hentikan! Katakan apa maumu, dan hentikan semua ini ..
Lucas yang sejak tadi tertahan. Ragu ragu untuk mendekati Ramses. ia tertahan tanpa bisa berbuat apa apa sampai bantuannya datang. Bantuanku segera datang, ucap Lucas membatin. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“Aku sudah bilang, aku mau melihat keputus asaan di dalam dirimu .. “
Klang....
Sebuah belati lain terlempar ke arah Lucas. “ Lukai tanganmu Lucas ayolah .. “
Ucapan Ramses barusan di sertai gerakan tanganya yang menggoreskan belati ke tangan Rachel. “Hentikan Ramses!! “
Kini tangan Rachel mulai berdarah karena terluka.
“Setiap kamu mengulur ngulur waktu, Rachel yang akan ku gores ... “
Lucas mengambil belati itu dengan ragu ragu sembari mengulur waktu sampai bantuannya datang. “Cepat!! “ bentak Ramses. Mengagetkan Rachel dengan rasa sakit di pergelangan tangannya.
“Apa kamu gila! Hentikan ...!! “ teriakan Lucas saat melihat pergelangan tangan Rachel mengeluarkan darah.
“Cepat kalau begitu .. “, ucap Ramses dengan senyum menahan amarah. Lucas mengambil belati itu dengan cepat. Semoga kamu datang tepat waktu, batin Lucas sembari menjulurkan belati itu ke tangannya.
“Ah! Tidak di sana .. “ sergah Ramses saat melihat tangan mana yang hendak di lukai Lucas.
“Jangan buang buang darahmu Lucas, potong saja saraf motorikmu .. “
Lucas membelalak. Permintaan Ramses semakin tak masuk akal. Tapi tangan Ramses lagi lagi menggoreskan belati pada nadi Rachel membuat perempuan itu memekik kesaitan.
“Kamu melakukan hal yang sama .. “
“Melakukan hal yang sama untuk meruntuhkan mimpimu .. “ bisik Ramses pada Rachel. Dia membisikan sesuatau pada Rachel.
“Jangan Lucas ..! jangan lakukan itu .. “
“Cepat lakukan ...! “
Suara Ramses dan suara Rachel bersautan. Tapi hanya tuntutan Ramses yang di dengar Lucas. dengan sekali sayatan. Tangan kanannya mengucurkan darah segar. Tapi Lucas tak nampak ketakutan. Ramses tersenyum puas. Ia pemain Biola dengan urutan nomor dua di dunia. Melihat apa yang akan terjadi pada Lucas. Ramses terlampau bahagia sampai tak menyadari, pistol tertodong oleh Jarvis.
“Kamu datang tepat waktu .. “ ucap Lucas.
*** 000 ***
( Flashback .. )
“Kamu masuk diam diam, Jarvis .. “ ungkap Lucas di dalam telfon sembari menuju lokasi Rachel.
“Aku sedang mengurus urusan genting lain, aku akan terlambat. Bayar aku dengan harga yang mahal kalau begitu .. “
“Ini bukan masalah Ramses lagi, ini tranksaksi yang kita buat waktu itu .. “ gumam Lucas mencoba mengingatkan Jarvis pada apa yang telah mereka tukarkan satu sama lain.
“Maksudmu melindungi Rachel ... ? “ seru Jarvis kaget. Entah keadaan genting apa yang membuat ia harus segera menyelamatkan Rachel.
“Iya .. “ Lucas ingat saat ia membawa Rachel ke pesta Jarvis. Memberikan kata k********r pada Rachel supaya perempuan itu tak curiga padanya. Bertransaksi gelap dengan mafia kelas kakap seperti Jarvis hanya untuk meminta Jarvis melindungi Rachel.
“Iya, dia dalam bahaya. Dimanapun kamu berada sekarang. Cepatlah tepati tranksaksi kita, karena aku mempercayaimu .. “ ucap Lucas sembari menutup telfon. Lokasinya sudah terkirim ke Jarvis. Sekarang, ia hanya harus melakukan perannya.
*** 000 ***
Lucas tersenyum pelan, ia melihat wajah Ramses yang ketakutan karena pelatuk Jarvis sudah teratrik sepenuhnya. Hanya tinggal melepaskan pelatuk itu. Maka, Ramses akan mati.
“Jarvis .. “ gumam Rachel tak percaya. Ia tak pernah melihat Lucas memegang pistol. Tapi Jarvis memegang pistol dengan aura pembuhun.
“ Rachel, aku memang mafia .. “ senyum Jarvis degan riang karena melihat wajah syok Rachel penuh dengan pertanyaan.
“Aku terbiasa membunuh, benar bukan. Ramses ..? “. Ia kemudian beralih menatap Ramses dengan senyuman mematikan.
“Cepat bawa Rachel dan laki laki ini pergi, aku harus memberikan dia pada orang yang akan memberikannya pelajaran .. “
Lucas mengangguk pelan, ia berlari mendekati Rachel dan membuka ikatannya.
“Ayo kita ke rumah sakit sekarang .. “ ajak Lucas sembari membawa tubuh tak sadarkan diri Alberth. Darah di tangan Lucas masih mengalir.
“Lukamu .. “ ucap Rachel saat melihat tangan kanan Lucas bergetar dan tak henti hentinya mengucurkan darah.
“Cepat .. “
Ramses melihat pemandangan di depannya ini, ia tak berani bergerak, tapi juga marah karena lagi lagi melihat Lucas bisa mendapatkan takdir yang baik tanpa kehilangan sediktipun.
Saat Lucas sudah menjauh dan memasuki mobil, Ramses berusaha berlari dan melarikan diri. Tapi ia terhenti.
Duar...!!
Suara pistol melumpuhkan kaki Ramses. Tiba tiba segerombolan orang dengan paras yang menakutkan mendekati Ramses.
“Siapa kalian!! “ bentak Ramses dengan nada ketakutan.
“Kami orang yang anda bayar untuk sengaja anda bunuh .... “ ucap seseorang dari belakang. Pengemis yang menunjukan jalan keluar dari gedung tua itu muncul dengan penampilan gangster dan pancaran aura yang berbeda.
“Kami hanya ingin memberikan pelajaran, uang memang benda tukar. Tapi kesetiaan yang sudah kami berikan pada anda, lalu anda khianati. Juga harus di bayar dengan nilai yang berbeda.. “ laki laki itu menekan kaki Ramses yang tertembak. Membuat Ramses berteriak kesakitan.
“Bawa dia, kita perlihatkan padanya. Bagaimana cara kita membalas budi pada Tuan Lucas dengan kesetiaan kita ... “