Saling menjaga.

1972 Kata
The Evil Symphony                   Lucas berjalan perlahan menuju ke studio tersembunyinya di dalam apartemen. Langkahnya begitu ringan sampai tak bersuara di tengah malam itu. Semua lampu sudah di matikan. Rachel sudah di pastikan tidur dengan pulas. Ini, saatnya Lucas mencoba bermain Biola.                 “Aku harus mencobanya .. “ bisik Lucas pada dirinya sendiri. Tangannya sudah meraih Biola The Lady Tenant. Biola yang biasa ia gunakan saat di apartemen.                 Alunan musik mengalir dari gesekan Biola itu. Tangan Lucas berusaha keras menahan rasa sakit itu. Pergelangan tangan Lucas seolah tak bisa lagi merasakan gesekan Biola di setiap jari jarinya. Lucas meringis kesakitan. Tangannya sudah mencapai batasnya. Tiba tiba cengkeraman itu mengendur. Suara sumbang, untuk pertama kalinya keluar dari permainan Lucas. Si pemain Biola nomor satu di dunia itu. Gagal memainkan musik yang merdu.                 “ s**l ...!! “ teriak Lucas dengan frustasi. Ia memegang tangan kananya sendiri. Ada bekas luka di sana, tapi lukanya tak hanya meniggalkan bekas. Juga memberikan rasa putus asa.                 “Sekarang harus bagaimana ...?! “ tanya Lucas lagi pada dirinya sendiri. Tangan itu mengacak ngacak rambut dengan frustasi. Tapi mata Lucasberkilat lagi.                 “Akan kucoba lagi .. “ tangan Lucas menyambar Lady Tenan itu. Sekarang Lucas mencoba memaintakan instrumen yang lebih sederhana lagi. Permulaan yang bagus, Lucas bisa mengimbangi rasa sakitnya saat bermain dengan ritme yang pelan. Lucas mulai menikmati permainanya.                 Seettt. Tangan Lucas bergetar lagi. Tremornya kembali muncul. Membuat Lucas terhenti. Ia yang mulai menikmati permainanya. Kini berjalan keluar dari studio dengan kekecewaan yang sangat besar.                 “Tidak bisa, tidak akan bisa .. “ ujar Lucas sambil berlalu. Rasanya, sebagian dirinya diambil paksa dan di hancurkan tepat didepan Lucas. Tapi Lucas hanya bisa diam. Tiba tiba, terselip ide gila.                 “Tidak! Aku sudah tak bisa melakukannya ... “ ujar Lucas meragukan ide gilanya sendiri. Ia masuk ke dalam kamar dan menyelusup ke dalam selimut. Ia teringat tangan satunya lagi yang tiba tiba sakit saat ia bermain dengan semangat bersama Rachel di kantornya.                 “Kamu dari mana .. ? “ tanya Rachel dengan suara setengah  mengantuk. Ia terbangun karena Lucas yang memeluknya secara tiba tiba.                 “Makan mangga, aku juga mengidam. Sepertinya aku hamil sepuluh bulan .. “ ujar Lucas di belakang telinga Rachel.                 “Konyol.... “ tepis Racel dengan senyum masam saat mendengar alasan Lucas.                 “Tidur, jangan bangunkan anakku tengah malam begini .. “ Lucas menghardik Rachel. Menarikan selimut untuk menutupi Rachel agar tak kedinginan.                 “Mungkin dia ingin mengelilingi apartemen .. “ ucap Rachel dengan asal. Matanya kembali mengantuk setelah obrolan tak pentingnya dengan Lucas.   Tak lama, mata itu terpejam dan tertidur. Bermimpi bersama Lucas di ladang  bunga matahari. Di sinari cahaya terik matahari. Tapi Lucas yang ada di sana sedang memasang wajah murung.   *** 000 ***                   “Kamu kenapa .. ? “  tanya Rachel sembari mendekati sosok Lucas yang murung di hadapannya.                 “Aku tidak bisa lagi—“ suara itu terputus. Sosok Lucas perlahan menghilang. Mula mula tanganya, kemudian seluruh tubuhnya. Visi Lucas benar benar lenyap.                 “Lucas ..?! “ Rachel terbangun saat sosok Lucas menghilang dengan sempurna. Ia merasa mimpi buruk barusan, bukan sekedar mimpi buruk. Tapi juga sebuah pertanda.                 “Tapi pertanda apa .. ? “ bisik Rachel sembari membalikan badanya. Melihat Lucas yang tertidur tanpa beban. Rambut yang hampir menyentuh daun telinga. Bahkan, satu hal yang Rachel sadari. Lucas belum bercukur. Kumis Lucas terlihat kasar karena belum di bersihkan. Biasanya, Lucas sangat rajin membersihkan diri sebelum ke kantor.                 “Apa yang kamu sembunyikan .. ? “ tanya Rachel pada Lucas yang sedang tertidur. Tak ada jawaban pastinya.                 “Apa karena kamu sedang kelelahan, atau kamu memang sedang menyembunyikan sesuatu .. “ Rachel mengusap wajah itu perlahan. Garis wajah yang tegas. Yang semakin pas dengan tatapan tajam Lucas. Rachel dengan kejailannya, memencet hidung Lucas dengan keras.                 “Jangan sembunyikan apapun dariku seperti sebelumnya ... “ Rachel kembali menutup mata. Sebelumnya kamu berbohong tentang kondisiku, semoga sekarang tak ada yang kamu sembunyikan lagi. Apa lagi berbohong tentang kondisimu kepadaku. Batin Rachel, ia kemudian memeluk Lucas dengan erat. Mimpinya barusan, membuatnya khawatir.   *** 000 ***                   Rahcel tak bisa marah ataupun mengamuk. Setiap saat Lucas sulit sekali untuk di usir dari sisinya. Setiap ia marah. Lucas bukannya pergi, tapi hanya diam dan pergi ke balkon. Setelah itu, kembali lagi untuk menempel pada Rachel sepanjang hari.                 “Aku mau pergi menemui Jarvis di perusahaan .. “ ucap Lucas pada Rachel untuk berpamitan.                 “Iya, baiklah .. “ jawab Rachel dengan antusias tinggi. Membuat Lucas merengutkan wajahnya.                 “Kamu senang aku tinggal .. “ sindir Lucas saat melihat Rachel sangat antusias saat ia berpamitan.                 “Aku-- ?  Tid—ak ... “ sergah Rachel. Tapi Lucas memaklumi, istrinya itu juga bisa muak kalau ia menempel terus padanya.                 “Aku pergi dulu .. “ ucap Lucas sembari membuka pintu apartemen dan segera menutupnya. Rachel tak sempat menjawab Lucas. Ia terlalu senang akhirna bisa sendiri. Tapi kemudian, bel berbunyi tak lama setelah Lucas keluar.                 “Dia tidak jadi pergi .. ?! “ seru Rachel kecewa bercampur heran, “ Dia pasti baru melangkah beberapa jauh dari sini. Kenapa harus berubah pikiran secepat ini .. “                 Rachel berjalan ke arah pintu, marah tapi juga gemas. Ia kemudian melihat ke arah monitor. Ada sosok laki laki yang berdiri di ambang pintu.                 “Bukan Lucas .. ? Tapi siapa ... ? “ Rachel nampak menimang untuk membukakan pintu. Trauma dengan pertemuannya dengan Ramses.                 “Maaf, anda siapa .. ? “ tanya Rachel pada mikrofon penghubung keluar pintu.                 “Dokter Tuan Lucas .. “ jawab laki laki itu dengan tenang. Rachel mengernyit. Ia tak telalu paham dengan dokter di keluarga Lucas. Yang ia tau hanya Damian.                 Klek. Keycard di tap dan pintu terbuka. Rachel menyambut tamunya itu dengan senyum ramah, “Dokter, silahkan masuk .. “ ujar Rachel mempersilahkan dokter itu untuk duduk di dalam.                 “Terimakasih ... “ ucap sang dokter sambil mengikuti langkah Rachel. Ia kemudian duduk di sofa ruang tamu, Rachel tanpa di minta langsung membuatkan minuman. Ia kembali ke ruang tamu dengan secangkir teh camomile.                 “Silahkan dokter, di minum .. “ ucap Rachel mempersilahkan tamunya itu untuk meminum teh buatannya.                 “Terimakasih .. “ dokter itu langsung mengambil cangkir teh dan meniup uap panas itu. Rambut yang putih karena uban itu tak menutupi tubuh bugar dokter yang sudah tua itu.                     “Saya kemari hanya untuk memberikan obat tremor untuk Tuan Lucas, dia bilang tremor tangannya semakin memburuk akhir akhir ini .. “ ujar sang dokter dengan tenang dan meletakan cangkir tehnya. Rachel hanya menjadi pendengar yang baik. Tanpa tau poin pembicaraan ini.                 “Saya akan pergi untuk waktu yang lama, saya sangat merasa buruk saat tau kabar bahwa tremornya semakin tak terkendali .. “dokter itu menghela nafas panjang. Tangannya mengulurkan bungkusan obat.                 “Sangat di sayangkan, Violis bertalenta seperti dia. Tak bisa bermain lagi ... “                 “Tid—ak? Bermain lagi--- ? “                 Rachel terkejut dengan ucapan dokter di depannya, “Apa dokter ini, spesialis saraf .. ? “ tebak Rachel sembari berdo’a bahwa ke khawatirannya ini hanyalah piikiran buruk tak beralasan. Seolah kehawatirannya terhubung dengan mimpi buruknya.                 “Benar, obat ini untuk menenangkan tremornya. Katakan pada Tuan Lucas, untuk meminumnya secara rutin untuk mengurangi tremornya ... “ sang dokter beranjak berdiri. Tak memberikan penjelasan lain pada Rachel.                 “Kalau begitu, saya permisi .. “ ucap sang dokter mengundurkan diri. Rachel masih terdiam tak percaya. Lucas, tak pernah menyentuh Biola bukan karena ia sedang tak mau. Tapi karena ia tak bisa. Tangannya cedera.   *** 000 ***                   Rachel semakin menyadari keanehan Lucas akhir akhir ini. Tak pernah lagi ia lihat Lucas menyentuh Biola di depannya. Terkadang Lucas bahkan menutupi tangan kananya seolah ada yang harus di sembunyikan.                 “Itukah arti mimpiku kemarin malam .. “ terka Rachel. Wajah Lucas yang sendu dan perlahan menghilang.                 “Kenapa kamu selalu menutupinya sendirian – “ Rachel mulai terisak. “Pasti sangat berat--- “. Rachel teringat saat Biola Melodynya rusak. Tak bisa bermain, adalah hal paling menyedihkan untuknya.                 Sedangkan Lucas. Dia bahkan menutupi lukanya sendirian, menahan depresinya tanpa sandaran orang lain, “Aku istri yang buruk .. “ Rachel mulai mengutuki dirinya sendiri.                 “Rachel ... ? Kamu di mana ... ? “ suara Lucas yang baru saja pulang dan langsung mencari cari keberadaan Rachel.                 “Kamu kenapa menangis .. ? “ Lucas tak tau kenapa ibu hamil bersikap aneh. Karena hormon pastinya. Tapi keanehan Rachel saat ngidam, menuntut makan mangga. Tapi, menangis diam diam. Bukanlah masalah hormon lagi.                 “Hei! Sayang—“ Lucas mendekati Rachel yang masih terduduk di sofa tanpamenatapnya sedikitpun. “ Jangan menangis, apa perutmu sakit .. ? “ tanya Lucas saat ia mulai khawatir kalau Rachel kesakitan.                 Rachel hanya menggelengkan kepala, “Tidak --- “                 “Jadi, kenapa kamu tiba tiba menangis .. “ tangan kanan Lucas sudah terulur untuk mengusap air mata Rachel. Tapi tiba tiba tremornya meneyerang. Ia langsung menarik kembali tanganya. Rachel melihat tangan Lucas yang gemetar dan langsung di tutup tutupi.                 “Kenapa kamu selalu berbohong – “ dengan cepat Rachel menarik tangan kanan Lucas dan mengusap tangan yang bergetar hebat itu.                 “Kam—u tau? “ Lucas sangat terkejut saat Rachel tengah menatap tanganya yang masih bergetar itu.                 “Kenapa kamu selalu seperti ini, saat kamu menutupi kondisiku, sekarang. Kamu menutupi kondisimu ... “                 Rachel menatap lekat lekat tangan itu, Lucas hanya tersenyum pasrah. Tak ada kekecewaan. Tak ada kemarahan. Ia pasrah dengan apa yang tengah menimpanya itu.                 “Aku tak pernah mau membuatmu khawatir .. “ bisik Lucas dengan suara lemah. Semua yang ia lakukan hanya tak ingin membuat Rachel khawatir.                 “Saat kamu berada di sampingku, biarkan aku yang menanggung semua keresahan dan kekhawatiran ini .. “                 Bukannya terharu, Rachel justru mendengus sebal dan memencet tangan Lucas yang masih bergetar hebat itu.                 “Sakit Rachel...! “ pekik Lucas yang tak menyangka akan di aniaya istrinya sendiri itu.                 “BODOH! MENYEBALKAN! KERAS KEPALA! SOK KUAT !! “ Rachel meneriaki Lucas dengan mata memerah dan menahan tangis. Dengan cepat Lucas menarik tangannya dan memeluk Rachel ke dalam pelukannya.                 “Aku yang merasa kesakitan, tanganku yang terluka. Kenapa kamu yang menangis sedih .. “                 Bisik Lucas pada Rachel yang masih menangis sesenggukan, “Dokter it—u  bilang .. “ Rachel menarik nafas dalam. Dadanya ikut sesak seolah beban Lucas juga terbagi menjadi bebannya. “ Kamu tidak bisa bermain lagi .. “ Rachel menyelesaikan kalimatnya penuh dengan kerja keras.                 Mencoba agar tak menangis lebih deras lagi. Tapi tangan Lucas sedang mengusap punggungnya. “Tidak apa apa .. “ bisik Lucas dengan tenang. Wajah pasrahnya tak terlihat. Ia juga merasa sesak saat tau kalau tangan kananya terluka sangat parah. Rencana Ramses  memang sempurna. Secara otomatis. Saat ia mengumumkan kemundurannya dari dunia musik. Ramses lah yang berada di posisi pertama.                 “Tidak apa apa, kita akan cari jalan keluarnya  bersama sama. Aku minta maaf karena selalu seperti ini .. “                 Lucas mengeratkan pelukannya, Rachel masih terisak dalam rengkuhannya. Tanpa kata kata. Mereka saling menguatkan dan menepis lukanya masing masing. Mencoba mengahadapi kenyataan bersama.                 “Bagaimana nanti kedepannya .. ? “ Rachel sudah berhenti terisak. Matanya merah karena menangis cukup lama.                 “Apa yang kedepannya .. ? “ Lucas mengerutkan keningnya. Tak paham.                 “Kalau kamu benar benar, tak bermain Biola lagi ... “ Rachel meneguk ludahnya. Sangat tak suka dengan ucapanya sendiri, “ Konsersmu bulan ini .. ? Bagaimana kamu menghadapinya, tiketnya sudah terjual habis beberapa bulan yang lalu ... “                 “Apa yang harus di suguhkan olehku .. ? Tangaku bergetar terus tanpa terkendali, apa mereka lebih suka melihat tremor tanganku dari pada uang mereka kembali ... “                 Sekali lagi, Lucas berbicara dengan wajah pasrah. Seolah, itu bukan lagi beban. Tapi hanya bisa diterima. Tak bisa di gugat.                 “Apa kamu sudah yakin, kamu mampu berhenti bermain Biola. Kita bisa cari cara lain untuk menyembuhkan tanganmu ... “                 Rachel selalu sama. Datang dengan harapan. Tapi Lucas yang sudah tak punya harapan untuk dirinya sendiri. Tangan kananku, terluka parah Rachel. Aku sendiri yang memotongnya. Batin Lucas sendu. Tapi ia malah melemparkan senyuman pada Rachel.                 “OKE! Kita cari cara dan pengobatan alternatif lain ... “ serunya dengan keras. Rachel tersenyum senang. Di otak Lucas. ia sudah memikirkan ide gila. Tapi, dirinya sendiri yang meragukan itu.                 “Kalau begitu, jangan tutup tutupi lagi tanganmu saat tremornya kambuh ... “                 “ Apa yang akan kamu lakukan kalau tremorku kambuh seperti tadi .. ? Menangis ... “ ucap Lucas dengan nada becanda yang menohok.                 “Jangan becanda, aku seruis. Kalau tanganmu kambuh lagi, biarkan aku merawatnya ... “                 Lucas tersenyum bahagia. Kamu sudah merawat semua keseluruhan diriku. Jiwaku dan ragaku. Kamu membuatnya hidup dan bahagia. Terimakasih, karena sudah datang kembali ke hidupku dengan cara yang tak biasa. Terimakasih sudah menemukan kembali diriku yang terpuruk di dalam sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN