Side story

1634 Kata
Side story Rachel berjalan tanpa alas, menapaki rerumputan taman di pagi hari yang disentuh embun. Hawa dingin di telapak kaki Rachel justru yang membuat wanita itu betah berjalan di pagi hari. Menghirup nafas panjang, Rachel menikmati suasana seperti pagi ini memang menyenangkan.                 “Kamu sedang apa?”                 Sebuah suara mengejutkan Rachel.                 Kemunculan Lucas yang tiba - tiba membuat Rachel terkejut, ia sontak berbalik dan menatap laki laki yang masih mengenakan piyama. Yang bahkan tidak di kancingkan dengan benar.                 Rachel mengernyit, karena heran dengan tampilan Lucas ini.                 “Kenapa kamu berpakaian seperti itu?” tanya Rachel sembari menunjuk piyama kusut Lucas, yang bahkan kancingnya tidak di kancingkan dengan benar.                 Lucas menatap arah telunjuk Rachel.                 “Aku langsung mencari kamu saat tau sisi ranjangku kosong....” pengakuan Lucas yang terdengan spontan dan polos itu membuat Rachel tersenyum geli. Ternyata alasan Lucas dengan baju berantakan karena buru buru mencarinya.                 “Bukannya kamu tau, kalau aku senang berjalan jalan di pagi hari?”                 Terlebih setelah hamil, lanjut Rachel di dalam hati.                 Rachel terkekeh, Lucas bahkan sudah tau kebiasaan istrinya itu. Tapi entah kenapa, tiap sisi ranjangnya kosong. Hal yang akan Lucas lakukan adalah bangun dan buru buru mencari Rachel.                 Jemari Rachel yang lentik, perlahan mengancingkan piyama Lucas. Dengan telaten, Rachel membenarkan tampilan Lucas sampai terlihat lebih rapi dari sebelumnya. Menepuk lengan piyama Lucas sampai terlihat lebih baik.                 Melihat tampilan Lucas yang sudah lebih baik dari sebelumnya, Rachel tersenyum puas dengan usahanya.                 “Sudah....” sorak Rachel penuh rasa bangga.                 Tangan Rachel yang ingi melepaskan diri, dicekal Lucas.                 Sikap Lucas barusan tentu saja membuat Rachel terkejut.                 “Kenapa?”                 Lucas justru balik menatap Rachel dengan bingung, mereka saling menatap tanpa memberikan jawaban.                 “Kamu malah tanya kenapa?” tanya Lucas.                 Anggukan polos Rachel membuat Lucas berdecak, ia mempertegas maksudnya dengan mendekatkan bibir. Mendekat, dan makin dekat dengan telinga Rachel.                 “Jangan rapikan pakaianku lagi....” bisik Lucas dengan suara serak.                 Rachel rupanya masih tak mengerti.                 “Aku belum ingin berpakaian.” Aku Lucas, dengan intonasi suara yang sangat rendah. Membangun ketegangan s*****l diantara keduanya.                 Wajah Rachel memerah. Tapi terlambat bagi Rachel untuk mengundurkan diri. Lucas sudah lebih dulu meraih kedua lengan Rachel, mengekang wanita itu dengan memberikan pelukan.  Menyndarkan kepalanya di bahu Rachel.                 Lucas memeluk Rachel,”Berapa bulan usia bayi kita?”                 Rachel membalas pelukan Lucas, mereka saling menghirup aroma tubuh satu sama lain. Meski sudah lama dengan aroma Lucas, Rachel masih belum terbiasa. Aroma Lucas masih saja candu.                 Rachel bergumam tidak jelas,”Aku belum, ah tunggu biar aku hitung....”                 Rachel menjentikan jarinya, menghitung tiap bulan.                 “Bulan ini masuk umur empat bulan....” pekik Rachel dengan gembira. Ia mengusap perutnya.                 “Ah... empat bulan ya.” Lucas mengeratkan pelukannya pada Rachel,”Berarti kita sudah bisa cari tau. Anak kita ini laki laki atau perempuan....”                 Rachel mengangguk, ia sangat antusias dengan usul Lucas barusan itu.                 “Kamu mau anak laki laki atau perempuan?” tiba tiba Rachel bertanya demikian. Sebenarnya, Rachel tidak keberatan anaknya akan terlahit permpuan atau laki laki.                 Rachel tidak mendengar respon Lucas sedikitpun. Lucas hanya diam dan terus menerus memeluknya tanpa berpikir untuk melepaskan diri dari Rachel.                 “Lucas...?” panggil Rachel, ia mulai khawatir dengan Lucas.                 “Boleh aku jujur?” tanya Lucas,”Sebenarnya aku takut kalau anak kita akan terlahir perempuan....”                 Lucas sangat takut, bukan sebuah ketakutan yang membuat Lucas akan membenci anaknya kelak. Bukan juga ketakutan karena Lucas sangat ingin anak laki laki. Bukan! Bukan ketakutan semacam itu yang tengah menghantui Lucas.                 “Kamu lebih menyukai anak laki lak—“                 Lucas menggeleng kuat,”Bukan. Tentu saja bukan.” Bantah Lucas. Pelukan mereka kian mengendur, Lucas sekarang sudah melepaskan Rachel dari rengkuhannya.                 “Kamu tau, seberapa brengseknya aku?”                 Lucas pernah bertanya pada Rachel, dari satu sampai sepuluh. Kebrengsekan Lucas di masa lalu mencapai skor sepuluh! Dan itu tidak dielak oleh Lucas. Bahkan dia mengakui, kalau dirinya bukan orang yang baik.                 Rachel juga mengerti,”Apa hubunganya kamu dengan kebrengsekan kamu di masa lalu. Dengan anak kita ini?”                 “Kamu ingat, bagaimana segala cara yang aku gunakan untuk mendapatkan kamu?”                 Rachel mengangguk, tentu saja ia ingat. Mulai dari bermain biola sebagai pemain pendamping. Dililit hutang, berhutang, jual beli.                 Rachel mengingat semuanya, tapi ada alasan di balik semua itu. Alasan yang membuat Rachel tidak bisa mencap Lucas sepenuhnya b******k.                 Lucas mengamati perubahan ekspresi wajah Rachel, istrinya itu sedang berusaha mengingat dengan jelas banyaknya kejadian yang mereka alami.                 “Aku takut, kalau anak kita nanti perempuan. Dia tau bagaimana cara ayahnya mendapatkan ibunya....”                 Ucapan Lucas jujur, amat sangat jujur sampai Rachel sendiri tidak menyangka Lucas akan berpikir sampai sejauh itu. Itu artinya, Lucas bahkan sangat menyayangi anak mereka yang belum lahir ini, bukan? Sampai memikirkan perasaanya jauh sekali di masa depan.                 Lucas menunduk.                 Semua gambaran buruk kalau ia memiliki anak perepmuan sudah berkecamuk di otaknya.                 “Lebih lebih, aku takut Rachel....”                 Lucas merengek seperti anak kecil, Rachel menatap laki laki tinggi di hadapannya itu. Wajahnya tengah diliputi kegelisaan dan juga ketakutan.                 “Kamu tidak perlu takut Lucas...” ucap Rachel meyakinkan.                 Tapi Lucas tidak semudah itu di yakinkan, Lucas justru menggeleng kuat,”Hal yang paling aku takutkan adalah kalau sampai ia bertemu orang b******k yang menyakitinya....”                 Hukum karma. Lucas tidak pernah percaya pada karma, mitos, dan semua hal yang memang tidak masuk akal. Tapi akhir akhir ini, setelah perut Rachel yang makin membuncit dan membuat Lucas makin percaya eksistensi nyawa di dalam perut Rachel itu. Entah kenapa, ketakutan dan kekhawatiran seperti itu menjadi momok besar untuk Lucas.                 “Sayang...” Rachel justru memeluk Lucas. Respon seperti ini adalah hal pertama yang ia pikirkan untuk menenangkan kegelisahan suaminya.                 “Dia, entah perempuan atau laki laki. Dia akan tumbuh menjadi orang yang baik dan akan bertemu dengan orang baik juga...”                 “Kamu masih belum sadar, bagaimana cara dunia berjalan...” decak Lucas. tentu saja, di dunia ini ada banyak orang baik. Tapi Itu tidak menutup peluang akan adanya orang jahat. Bahkan luka di perut Rachel, sudah jadi bukti yang konkrit untuk membuktikan omongan Lucas barusan.                 Sebaik itukah Rachel?                 Rahcel menggeleng,”Tidak. Percayalah.”                 “Rachel....” geram Lucas.                 “Lucas....” Rachel membalas Lucas dengan menggeram juga.                 Mau tak mau Lucas memilih diam dan mengalah.                 “Baiklah, kamu menang.” Lucas menarik tanganya dan tak lagi memeluk Rachel.                 Baik Rachel ataupun Lucas sekarang tengah menatap suasana pagi. Sekarang mereka tinggal di rumah yang lebih kecil. Walaupun untuk Rachel, rumah yang sekarang ini masih terlalu besar. Tapi tidak sebesar rumah lucas yang dulu, yang bahkan sudah membuat Rachel kelelahan saat menapaki anak tangga untuk menuju ke kamar.                 Pagi yang menyingsing begitu cepat, sinar kemilauan di langit itu mulai luntur berganti warna biru cerah. Hari ini langit terlihat lebih cemerlang dari pada sebelumnya.                 “Ayo masuk, waktu untuk kamu jalan jalan tanpa alas kaki sudah selesai.”                 Ajakan Lucas untuk masuk tidak di gubris Rachel, tapi Lucas dengan cepat menggandeng tangan Rachel,”Ayo masuk, disini dingin...” bujuk Lucas.                 Mau tak mau, Rachel mengangguk,”Ayo masuk. Aku akan buatkan sarapan...”                 “Apa?!” seru Lucas dengan sangat keras.                 “Kenapa?” Rachel malah jadi tak mengerti. Lucas sulit sekali untuk di pahami sekarang ini.                 Lucas mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh,”Yah sarapan bisa di tunda...” gumam Lucas, gumaman yang cukup jelas terdengar. Lucas menatap Rachel,”Ayo kembali ke kamar.” Ajak Lucas.                 Ekspresi Rachel jelas terkejut.                 Rachel membatu saat Lucas menariknya, dengan cepat Lucas berbalik. Ia mengamati Rachel dari atas sampai bawah. Tidak bisa menolak kecantikan Rachel, itu sudah jadi kelemahan Lucas sehari hari.                 Lucas mengecup kening Rachel, kecupan pelan dan beralih ke pipi dan juga mata. Berakhir pada bibir Rachel yang merah. Kecupan kecupan kecil yang Lucas lakukan tentu saja bukan tanpa alasan.                 Lucas sedang menggoda Rachel, memancing Rachel agar merasakan keinginan yang sama dengannya. Betapa Lucas sangat frustasi dengan sifat polos Rachel. Betapa Lucas sangat menginginkan Rachel di saat saat mereka tengah berdua seperti ini.                 Lucas memperdalam kecupannya menjadi ciuman. Lembut dan menghanyutkan. Rachel sadar benar sekarang kalau ia sedang di goda, respon tubuh dan respon otak yang berlawanan membuat Rachel merasa frustasi. Otak Rachel memerintah untuk segera pergi, sebelum Lucas meminta lebih. Tapi tubuh Rachel malah merespon sebaliknya.                 Lucas mengerang,”Katakan...” bisikan berpua perintah itu terdengar.                 “Kalau kamu mencintaiku....” bisik Lucas lagi di tengah tengah ciumannya.                 “Ak-“ Rachel tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Lucas kembali membuatnya gila.                 “Lucas....”                 Lucas mengangguk,”Iya, katakanlah....”                 “Lucas....” Rachel menarik nafas panjang, tanganya mencoba mendorong d**a bidang Lucas agar bisa menjauh,”Lucas.....!!” teriak Rachel karena kehabisan nafas. Dorongan kuat tangan Rachel akhirnya berhasil memisahkan mereka berdua.                 Melihat wajah Rachel yang merah padam dan nafas yang memburu, membuat Lucas menarik seringai puas.                 “Ada Shawn!!!” teriak Rachel dengan kesal juga di liputi rasa malu.                 Wajah Lucas setelah mendengar nama Shawn di sebut berubah panik.                 Rachel sendiri sudah menutupi wajahnya karena malu.                 Lucas memang payah dalam mengkontrol diri!!!                 Rachel langsung berlari meninggalkan Lucas, sedangkan Lucas mencari sosok Shawn.                 Asistennya itu sedang memunggunyinya. Begitu Shawn datang ke rumah dan mencari bossnya itu, Shawn tidak pernah menduga kalau ia akan menemui adegan panas di pagi hari, di taman pula. Dan refleks, Shawn langsung membalikn badan bertepatan saat matanya beradu dengan mata Rachel.                 Lucas ingin meremas kepala Shawn jadi kepingan kecil.                 Melangkah lebar mendekati Shawn, perasaan kesal, dan juga frustasi karena gairah yang tertunda membuat Lucas seperti ingin meledak.                 “Ada apa?” Lucas bertanya dengan nada yang tidak bersahabat.                 Shawn yang menyadari kalau Lucas sudah melihat keberadaanya itu langsung memutar tubuh.                 Yang Shawn hadapi sekarang adalah singa buas.                 Ah tidak tidak....                 Lucas sekarang, adalah singa buas yang tengah mengamuk.                 Ah.... itu lebih sekarang tepat!!!                 “Ada beberapa pekerjaan penting, yang harus saya lapor--- “                 “Ya sudah, ayo cepat....”                 Lucas tak perlu menunggu Shawn menyelesaikan kalimatnya, berjalan dengan perasaan kesal. Lucas bahkan menghentakan kakinya beberapa kali.                 Shawn...!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN