Another side story

1908 Kata
Side story Lucas sudah di suguhi pekerjaan sepagi ini. Dan Shawn memang datang bukan tanpa alasan yang tidak penting. Melainkan sangat penting.                 Mereka berdua duduk saling berhadapan, Shawn menegakan tubuhnya. Dengan posisi seperti itu ia bisa mengatur nafas.                 Lucas sendiri sedang mengamati dokumen di hadapannya, bukan dokumen Nortwest Corporation.                 Yang Shawn bawa kemari adalah dokumen lain, namun sama pentingnya.                 Sekarang Shawn bisa meraskan keseriusan Lucas bertambah ke level yang lebih tinggi. Laki laki di hadapannya sekarang menatap dokumen lurus lurus dengan tangan yang ditopangkan ke dagu. Mata Lucas bahkan tidak berkedip sedikitpun.                 “Jadi? Menurutmu, bagaimana cara mengatasinya?” tanya Lucas. Jujur saja, setelah mendapatkan informasi ini. Otak Lucas menjadi buntu.                 Shawn berdehem.                 “Sepertinya, anda harus mengumumkan pernikahan anda. Dengan besar besaran.” Usul Shawn dengan tanpa keraguan sedikitpun.                 “Isu ini sudah santer terdengar, terlebih di tempat Nona Rachel-“                 “Nyonya.” Sela Lucas dengan cepat.                 Ah! Mulutku, kenapa kamu bisa salah menyebut PANGKAT istri majikanmu, sih?!                 Shawn berdehem keras, ia bergerak dengan sedikit risih, takut membuat kesalahan lagi,”Maksud saya, anu... Nyonya Rachel...”                 Shawn melihat ekspresi Lucas yang sangat puas karena panggilan Nyonya yang keluar dari mulutnya, jujur saja. Setelah menikah, Shawn belum terbiasa dengan perubahan sikap Lucas yang sangat... berbanding terbalik.                 “Jadi bagaimana?” tanya Lucas dengan tak sabaran.                 “Banyak sekali yang mengira Nyonya Rachel hamil di luar nikah. Karena pernikahan kalian masih belum di umumkan....” jelas Shawn dengan sangat sabar, tapi juga sedikit takut takut kalau Lucas akan kesal atau marah.                 “Benar...” gumam Lucas penuh persetujuan.                 Kepalan tangan Lucas terlihat jelas sampai buku jarinya memutih, ia sangat kesal karena pernikahanya dengan Rachel memang tidak bisa di lakukan sebagaimana mestinya. Di tuntut keadaan dan juga semua bencana yang terjadi. Terlebih sekarang, Rachel sedang hamil.                 “Apalagi sekarang Nyonya sedang hamil, memberitahu publik tentang kehamilan Nyonya akan membuat publik semakin ramai dan semakin mempercayai kalau Nyonya Rachel hamil di luar nikah....”                 Orang orang lebih tertarik pada gosip ketimbang fakta. Toh, orang orang yang membaca koran hanya membaca berita yang mereka mau.                 “Jadi, saya sudah menghubungi beberapa reporter untuk melakukan wawancara.”                 “Reporter?!” seru Lucas, ia memang biasa berhadapan dengan reporter, tapi tidak dengan Rachel,”Apa itu sangat perlu?”                 Shawn sendiri mengangguk yakin,”Kita sebarkan berita kalau anda dan Nyonya menikah secara diam diam. Menikah diluar negeri dan langsung di lanjutkan dengan bulan madu. Dengan begitu, publik tidak akan berasumsi tidak tidak.”                 Lucas berpikir sejenak, kepalanya di gelayuti beban yang sangat berat sampai terasa pening.                 “Tuan?” Shawn mengejar jawaban Lucas,”Bagaimana menurut anda?” tanya Shawn lagi. Shawn tidak menyadari kalau kepala Lucas sedang pusing.                 “Pergi.” Lucas mengayunlan tanga kanannya di udara, mengusir Shawn agar cepat pergi, sedangkan tangan kirinya memijit kepala dengan intensitas cengkeraman lebih banyak dari pada pijatan.                 “Tuan?” tanya Shawn dengan heran, Lucas biasanya langsung menemukan keputusan secara cepat dan tepat.                 “Pergi....” Lucas bahkan sampai harus mengulangi perintahnya.                 Shawn langsung sigap, ia bangun dan menundukan kepalanya. Segera pergi sebelum Lucas benar benar marah.                 “Kalau begitu, saya undur diri.”                 Shawn langsung meninggalkan Lucas, menutup pintu dengan pelan tapi saat Shawn hendak membalik tubuhnya, ia hampir menabrak Rachel.                 “Astaga...!!” pekik Rachel dan juga Shawn secara bersamaan. Pekikan Rachel yang keras itu terdengar sangat keras sampai terdengar ke telinga Lucas.                 “Ada apa?” Lucas membuka pintu dengan panik, ia melihat nampan yang tengah dipegang Rachel hampir saja jatuh dan ekspresi keterkejutan baik Shawn maupun Rachel yang masih jelas.                 “Shawn! Kamu mau menyakiti istri dan anakku?!” Lucas berseru marah, ia memposisikan diri dengan cepat di samping Rachel.                 “Lucas, ini bukan apa apa...” Rachel berusaha menenangkan Lucas yang tengah berada di ambang kemarahannya.                 Sepertinya, hal hal seperti Rachel dan anak adalah hal krusial untuk Lucas sampai wajahnya sepanik sekarang ini.                 “Saya tidak melihat Nona- eh Nyonya.” Tutur Shawn dengan nada tergagap. Ia buru buru meralat dari Nona menjadi Nyonya, ia bahkan tidak bisa bernafas dengan tenang saat Lucas sedang menatapnya seperti sekarang ini.                 “Saya menutup pintu, tapi Nyonya sudah ada di belakang saya secara ajaib.” Shawn menceritakan kembali kejadian yang sebenarnya dari sudut pandangnya. Kata ajaib adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana Rachel bisa dengan tiba tiba ada di belakang Shawn.                 Lucas tidak mempercayai Shawn sedikitpun, di mata Lucas, ucapan Shawn penuh dengan keraguan.                 “Jadi, maksud kamu? Rachel sengaja mengejutkan kamu? Begitu??”                 Shawn ingin mencekik lehernya sendiri, bagaimana mungkin Lucas tidak bisa memahami kalimat sederhana dan menghubungkannya dengan kejadian yang terjadi barusan....                 “Tentu saja tidak, mana mungkin Nyonya sengaja....” bantah Shawn dengan nada mengalah. Sedangkan di belakang bahu Lucas, di sana... Rachel sedang kebingungan dengan sikap Lucas.                 “Lucas...! “ Rachel berseru kesal. “Hentikan!” teriak Rachel.                 Barulah, setelah teriakan kesal Rachel. Pertengkaran tidak penting antara Lucas dengan Shawn berhenti.                 “Aku tidak apa apa, lihat?” Rachel menunjukan tanganya yang bahkan tidak terkena cipratan air panas dari cangkir, Rachel menunjukan tanganya dengan tinggi agar Lucas bisa melihatnya dengan jelas.                 “Kamu puas?” Rachel mendengus kesal,”Shawn tidak salah. Aku sedang mengantarkan minuman ini untuk kalian, tapi saat melihat Shawn keluar aku mendekati Shawn hendak bertanya. Diantara kami, mana ada yang tau kalau akan sama sama terkejut.”                 Setelah mengomel cukup panjang, Rachel menarik nafas panjang dan mendenguskannya dengan lebih kasar.                 “Jadi, hentikan perkelahian Tom dan Jerry kalian...” celetuk Rachel, ia menjadi sekat antara Shawn dan Lucas. Antisipasi agar Lucas tidak lagi punya kesempatan untuk mengomeli Shawn.                 Di sisi lain, Shawn bisa bernafas lega. Tapi itu tidak lama.                 “Apa? Sayang??” Lucas menatap Rachel dengan nanar. “Kamu bilang apa tadi? Tom dan Jerry?”                 Lucas tidak percaya, ia di ibaratkan dengan dua tokoh kartun anak anak yang selalu bertengkar dan kejar kejaran itu. Kedua tokoh utama yang sama sama konyol. Apa di mata Rachel, pertengkaran mereka tadi konyol...?                 “Iya, dan kamu itu Tom.” Rachel menunjuk Lucas lurus lurus.                 Lucas nampak tidak terima telah di juluki sebagai Tom.                 “Tunggu, bagaimana mungkin aku jadi Tom?” Lucas menuntut penjelasan Rachel, setidaknya di pandangan Lucas, ia bisa menjadi tokoh kartun lain yang lebih baik. Kenapa harus Tom?                 Lucas berdiri di depan Rachel, menghalangi jalannya untuk masuk ke dalam ruangan yang tadi di huni Lucas dengan Shawn.                 “Kamu pemarah, jadi kamu sama seperti Tom.” Penjelasan singkat Rachel melukai martabat Lucas.                 Apalagi Lucas mendengar suara Shawn menahan tawa. Menertawakan dirinya.                                 “Ayo Shawn, kita duduk. Aku sudah buatkan teh camomile untuk kita....” alih alih meladeni Lucas, Rachel memilih membuang muka dan mengajak Shawn bersamanya.                 Shawn sendiri bingung... ia harus menuruti Tuan-nya atau Nyonya-nya.                 “Teh Camommile?” Lucas bahkan tidak salah dengar, Rachel membuatkan teh kesukaanya, tapi malah mengajak Shawn.                 “Iya, teh camommile.” Rachel mengiyakan dan kembali menatap Shawn yang antara enggan dan segan untuk mengikuti ajakan Rachel.                 ”Ayo Shawn....” ajak Rachel.                 Sebelum Shawn sempat membuat keputusan, tangan Rachel sudah lebih dulu di tarik oleh Lucas. Lucas membawa Rachel masuk dan langsung mengunci pintu. Mengurung mereka berdua, hanya mereka berdua.                 Mereka saling berhadapan, tanpa ada suara. Tanpa ada percakapan. Hanya saling menatap.                 Dari pada terus menerus berpandangan, Rachel melenggang pergi. Meletakan nampan berisi tiga cangkir berisi teh camommile ke meja dan duduk.                 “Ayo duduk di sini...”                 Rachel menepuk sisi sofa di sampingnya, mengajak Lucas berdamai dan tidak lagi melanjutkan perdebatan konyol mereka seperti tadi.                 Lucas tak tau sihir seperti apa yang sedang memperdayanya.  Padahal Lucas masih ingin merajuk soal sebutan Tom yang Rachel berikan padanya. Tapi kaki Lucas malah melangkah kian mendekat ke arah Rachel. Tapi mendebat Rachel, rasanya membuang buang tenaga. Alih alih melanjutkan perdebatan, hingga pada akhirnya, Lucas sudah berada di samping Rachel, duduk dengan kikuk.                 “Ini, untuk kamu....” Rachel mengambil satu cangkir teh dan mengulurkannya pada Lucas.                 “Lihat, ada tiga cangkir...” Rachel menunjuk dua cangkir lagi yang masih ada di meja.                 “Jangan memarahi Shawn. Aku tidak apa apa....”                 Lucas mendengarkan Rachel, sekarang emosinya sedikit lebih tenang.   Ia menatap cangkir cangkir di meja.                 Sejenak, setelah teh camommile itu sudah ia cicipi, perasaan tenang mulai mengaliri Lucas.                 Dengan tangan kirinya, Lucas meletakan cangkir itu ke meja. Rachel masih diam, tapi matanya terus memperhatikan. Dengan gerakan tiba tiba, Lucas menyandarkan kepalanya ke paha Rachel. Berbaring di sana seperti sudah mendapatkan rasa nyaman.                 Lucas memejamkan matanya sejenak, ia mencium aroma tubuh Rachel yang membuatnya candu. Samar samar, Lucas mendengar Rachel menghela nafas kasar. Dan rupanya benar, helaan nafas Rachel itu membuat Lucas mengernyitkan keningnya.                 “Kenapa kamu menghela nafas seperti orang yang sedang kesal begitu?” tanya Lucas dengan nada menuntut.                 Rachel menggeleng pelan, namun sembari menghela nafas lagi.                 “Tidak apa apa...” ucap Rachel, tanganya mulai menyapu lembut wajah Lucas.                 “Aku merasa, kamu jauh lebih kekanak kanakan dari pada anak anak. Sungguh....”                 Mendengar itu, kini beralih Lucas yang menghela nafas dengan kasar.                 “Aku bukannya kekanak kanakan, sayang ...” Lucas membela harga dirinya,”Tapi—“                 “Tapi kamu ingin menang sendiri, benar sendiri.” Sela Rachel dengan cepat.                 Respon Lucas masih sama, ia menghela nafas kesal dan mengerutkan kening di tambah ekspresi jengkel yang sangat kentara sekali.                 Rachel justru tertawa melihat Lucas yang seperti ini, Rachel mengecup dahi Lucas. Inisiatif. Lucas menarik bibirnya, tak lagi memasang tampang jengkel yang sangat jutek seperti barusan.                 “Kamu benar benar....” geram Lucas sembari bangkit dan menarik pundak Rachel agar mereka saing berhadapan, Lucas menatap lamat lamat wajah Rachel.                 “Kamu tau benar, cara memenangkan perdebatan tanpa mengeluarkan banyak tenaga.” Aku Lucas dengan mata berbinar.                 Rachel memerah seketika mendengar pujian kecil itu,”Itu karena adu mulut dengan kamu itu sangat menyebalkan.”                 Lucas mengangguk paham,”Dengar, aku sedang kesal....” Lucas menarik tangan Rachel, mengecup punggung tangan dengan jemari lentik itu, kemudian Lucas melanjutkan kecupannya itu dan menggigit pelan ujung jari Rachel.                 Rachel mengaduh kesakitan karena gigitan Lucas itu.                 “Itu balasan.” Lucas berkata dengan cepat.                 Lucas segera menarik tangn Rachel dan memeluk wanita itu, memeluk Rachel sangat erat.                 “Aku sangat kesal, karena banyak sekali orang orang yang mengatakan kejelakan kamu tanpa tau seberapa baiknya kamu....” Lucas bercerita dengan nada pelan,”Dan aku sangat kesal sayang... karena yang membuat kamu kesulitan, penyebabnya adalah aku ...”                 “Mereka hanya orang luar...” Rachel menepuk bahu Lucas dan mengusap kepala suaminya itu. “Mereka tidak tau, mereka hanya berspekulasi...”                 Jujur saja, Rachel sudah sangat sering mendengar berita buruk. Gosip miring tentangnya yang memang tidak enak di dengar. Mulai dari gosip yang mengtakan kalau Rachel adalah wanita panggilan, perempuan yang menggoda setiap lelaki. Menjebak Lucas dengan pura pura hamil anaknya. Itu memang gosip murahan, yang bahkan tidak masuk logika. Tapi entah kenapa, berita tidak masuk akal itu justru jadi sebuah hiburan tersendiri bagi orang orang di luar sana.                 “Jujur saja, aku juga tidak terlalu suka bergaul dengan wanita kalangan atas....” Rachel mengakui itu, ia sulit beradaptasi dengan kehidupn kalangan atas yang tidak bisa ia ikuti.                 “Aku lebih suka di rumah, jalan jalan tanpa alas kaki di pagi hari, sibuk di dapur, mencuci baju kamu-“                 “Mencuci baju?” Lucas melepaskan pelukannya, ia benar benar terjeut. Dan jawaban berupa anggukan Rachel, semakin membuat Lucas terkejut.                 Dengan cepat Lucas meraih tangan Rachel kembali, dan membalik tangan itu. Lucas memperhatikan telapak tangan Rachel lamat lamat seolah tak percaya.                 “Shawn ---“ teriakan  panggilan itu di bungkam oleh Rachel. Lucas memelototkan matanya tanda tak terima.                 “Kenapa kamu selalu memarahi Shawn?” tanya Rachel, begitu selesai ia segera menarik tanganya.                 “Karena dia sudah berani beraninya membiarkan kamu mencuci baju....” Lucas menjawab dengan nada kesal.                 “Shawn!!! Shaw—“
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN