Pada akhirnya, Lucas tidak membiarkan Rachel lari begitu saja.
Sekarang, Lucas tengah berada di bath up. Dengan Rachel yang sudah setengah basah. Saat Rachel hendak berlari, Lucas malah memeluk Rachel dan membuat tetesan air dari tubuhnya ikut membasahi Rachel.
Duduk di bath up berisi air hangat dengan wajah merengut. Lucas sudah meneteskan beberapa tetes aroa theraphy sehingga uap yang menguar dari kamar mandi beraroma seperti teh.
“Gosokan punggungku sayang ...” pinta Lucas dengan nada sangat riang,”Aku mau mandi...”
Cuma mandi. Lucas membatin.
Lucas mengulurkan spons mandi yang masih kering, Rachel tidak langsung menerima spons mandi itu meskipun Lucas mengulurkannya tepat di depan wajahnya. Sebagai bentuk responnya, Rachel justru memasang tampang kesal tanpa harus di tutup tutupi.
Sekarang Rachel sepenuhnya basah, dan hanya ada satu handuk kering yang ada di ruangan ini. Kalaupun Rachel nekat keluar dan menjelajahi lantai, itu hanya akan meninggalkan jejak basah. Sedangkan Lucas tidak bisa di ajak untuk bekerja sama.
Rachel meminta Lucas untuk menyudahi kegiatan mandinya, keluar dan mengambilkan handuk untuk Rachel. Tapi jawaban Lucas malah santai. Aku keluar kalau kamu keluar.
“Aku mau keluar ...” celetuk Rachel.
“Tentu, setelah kamu mandi ...” sahut Lucas dengan tampang seolah tidak peduli dengan kedongkolan Rachel akan sikapnya.
Dengan leluasa, Lucas masuk lagi ke dalam bath up. Mengulurkan spons lagi ke Rachel tanpa perlu menghadap ke wanita yang tengah dongkol itu.
Lucas menghela nafas,”Oke, setelah ini aku akan ambilkan handuk untuk kamu...”
Sedetik setelah Lucas mengatakan itu, spons di tangan kirinya di sambar Rachel dengan cepat.
Perlahan, Rachel meraih botol sabun cair. Mengambil beberapa tetes sabun dan membasahi spons sampai berbusa. Dengan gerakan tangan yang lembut, Rachel dengan telaten menggosok punggung Lucas.
Tangan mungil yang tengah menggosok punggung dengan sangat lembut itu membuat Lucas malah berimajinasi lain, selain mandi tentunya. Apalagi sebelum meminta di gosokan punggungnya. Lucas sudah memperhatikan piyama Rachel yang basah, yang justru memberikan pemandangan yang tidak biasa. Pakaian basah yang menempel erat dengan kulit Rachel. Memberikan ilusi yang di luar dugaan.
Rachel tengah fokus menggosok menggosok punggung Lucas sampai ia tersadar dengan keadaan. Lucas yang berkali kali menggertakan giginya dan menolak untuk menengok ke belakang. Ruangan sempit dengan kondisi yang tidak mendukung untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.
Rachel mengitari kamar mandi.
Meletakan spons mandi di tepian bath up dan langsung beranjak dari kubangan air itu.
“Lucas, aku mau keluar saja sekarang. Akan aku ambilkan handuk baru untuk kamu...”
Lucas membalikan badan, boxer yang ia kenakan sudah basah dan tidak bisa menutupi apa yang ada di baliknya. Dengan langkah perlahan, tetesan air menyertai tiap langkah Lucas. mendekat dan kian dekat.
Melihat Lucas yang makin dekat, Rachel malah semakin merasa panik. Entah kenapa, dari pada lari, tubuh Rachel malah seperti terpaku dengan lantai dan menjadi kaku, seperti papan kayu.
Tangan Lucas mengusap pipi Rachel, menyentuh wajah Rachel, dengan bilik mata yang terus mengamati Rachel dengan tatapan lapar.
“Kamu seperti kelinci yang takut terperosok ke dalam perangkap ...” Lucas terkekeh dengan geli mendengar kiasannya sendiri itu.
Mulut Rachel mengatup, ini bukan situasi yang tepat untuk tertawa lepas.
Rachel menepis tangan Lucas yang hendak mengusap dagunya, “Lucas, aku basah...”
“Hem hem ...” jawaban Lucas, singkat dan tidak membantu.
Tapi Rachel terus melanjutkan, “Aku mau ganti pakaian ...” rengek Rachel.
Dengan pandangan yang tak di gubris, sekarang bahkan Lucas sudah tidak lagi fokus ke wajah Rachel. Tapi ia sudah mengamati leher jenjang istrinya itu. Rachel merasa malu di perhatikan dengan pandangan seperti sekarang ini.
“Kenapa...?” tanya Lucas, Rachel menatap tak mengerti, tangan Lucas tanpa permisi sudah mencoba menanggalkan pakaian Rachel. Satu persatu kancing piyama yang Rachel kenakan terlepas.
“Lucas...” Rachel tau, apa yang Lucas inginkan. Bukannya ia tidak mau, tapi Lucas yang tidak akan pernah berhenti kalau Rachel lengah sedikit saja.
“Hem hem...” sahut Lucas, menyahuti panggilan namanya dengan geramn kecil dan mendekatkan wajahnya. Mengecup leher jenjang Rachel tanpa berniat untuk berhenti. Tangan Lucas yang masih terus berusaha melepaskan setiap helai pakaian Rachel. Dan berhasil. Satu penghalang sudah di singkirkan.
Atasan piyama Rachel dibiarkan jatuh begitu saja, sedangkan Lucas mulai mengecup bahu Rachel. Dengan kecupan kecupn kecil, kecupan basah yang sulit untuk di tolak.
Setelah selesai, dan melihat tubuh Rachel yang setengah t*******g dan di tambah jejak jejak merah yang baru saja di buat. Lucas tersenyum dengan puas. Ia senang dengan pemandangan di depannya ini.
Kini Rachel hanya memalingkan wajahnya, karena malu dan juga tidak tau harus bagaimana lagi.
Lucas gemas sekali dengan pemandangan sekarang ini, tapi hasratnya sudah di ujung tanduk. Tidak memberikan waktu pada Lucas untuk menikmati pemandangan ini lebih lama lagi.
Gerakan yang sangat agresif, Lucas menarik Rachel. Mengecup bibir Rachel, berlanjut dengan lumatan dan ciuman panjang hingga Rachel terengah.
“Kamu tidak keberatan kalau kita melakukannya di sini?” tanya Lucas dengan suara yang sudah sangat serak dan nafas yang terengah.
Sedetik ...
Dua detik ...
Tiga detik ...
Lucas tidak bisa menahan waktu yang berjalan dengan lambat, Lucas mengejar jawaban. Membuat Rachel memandangnya.
Rachel mengangguk pelan, dan itu adalah tanda persetujuan.
Senyuman kemenangan, senyum puas yang sangat mengembang. Lucas langsung mengecup puncak d**a Rachel. Mengangkat tubuh Rachel ke dalam pelukannya.
Menyingkirkan penghalang terakhir, “Angkat sebelah kaki kamu ...” ucap Lucas, lebih ke pada perintah. Rachel menatap kebingungan.
“Lakukan saja...” perintah Lucas di tengah cumbuannya. “Sekarang ...”
Dan Rachel melakukannya, ia mengangkat salah satu kakinya. Memberikan akses bagi Lucas untuk memsukinya.
Rachel yang terkesiap, karena Lucas sepenuhnya sudah siap. Dan akhirnya, acara mandi pagi hari ini, berakhir dengan kemelut panas dengan Rachel yang terus di buat setengah menjerit karena perasaan nikmat penyatuan keduanya.
***
Dengan rambut yang setengah basah, Rachel duduk di depan cermin. Tengah mencoba merias diri. Lucas sedang berdiri di belakang Rachel, memegang hari dryer dan telaten mengeringkan rambut panjang Rachel.
Mereka berdua baru keluar dari kamar mandi setelah satu setengah jam berada di dalam sana.
Sekarang sudah pukul sebelas tepat. Saat mereka turun nanti, bukan lagi sarapan yang akan mereka makan, tapi makan siang.
“Kamu membuat Shawn menunggu sia sia ...” desah Rachel, merasa bersalah karena ia juga ikut andil di dalamnya.
Lucas malah mengangkat bahu tidak peduli, “Siapa suruh dia datang ke rumah ini sepagi tadi? Kalau dia tidak datang, kita juga tidak akan melakukannya di kamar mandi ...”
Lucas berhenti mengoceh dan kembali fokus mengeringkan rambut Rachel. Mencium aroma shampo yang Rachel gunakan, membuat Lucas betah berlama lama menyentuh rambut istrinya itu. Entahlah hormon apa ini yang tengah bekerja. Padahal shampo yang mereka gunakan tadi adalah merk yang sama.
“Sudah ...” seru Lucas dengan senang, saat melihat hasil kerja nya. Rambut Rachel yang kering sempurna.
Lucas meletakan hair dryer di atas meja, ia mengecup Rachel untuk yang terakhir kali sebelum berpamitan untuk pergi.
“Aku kan pergi dulu, aku akan bawa makanan untuk makan siang nanti ....” Lucas segera memberitahu sebelum Rachel khawatir tentang makan siangnya.
Rachel mengangguk mengerti dan dia di hadiahi kecupan di dahi lagi.
“Hati hati ...” pesan Rachel untuk Lucas. Lucas sudah di ambang pintu itu hanya mengangguk dan segera turun.
Rachel melirik ke arah ponselnya, mengambil benda persegi panjang itu. Men – tap layar ponsel dan mendapati kalau Nadin sudah mengirim banyak sekali pesan spam.
Isi pesannya kebanyakan hampir sama. Menanyakan di mana Rachel, sedang apa dan alasan kenapa terlambat. Dan pesan terakhir adalah ancaman kalau Rachel sampai terlambat menemui Nadin.
Rachel meringis, entah alasan apa yang harus ia berikan kali ini. Semua gara gara Lucas, Lucas yang tidak punya kontrol diri yang baik itu.
***