The Evil Symphony
Damian menyetir seperti orang gila, tak memperhatikan sama sekali rambu rambu yang ada. Ia hanya fokus pada tujuannya, menghentikan pernikahan Nadin. Pikirannya melayang pada semua perkataan Natasya, semua perkataan yang menyakitkan tapi juga melegakan. Kalau tak begini, ia takan sadar. Relung hati mana yang sudah terisi oleh Nadin. Ternyata semua relungnya sudah terisi oleh Nadin. Natasya hanya bayangan cinta masa lalu dengan definisi baku. Cinta ya cinta. Tapi Nadin lain, ia cinta baru yang bisa tumbuh dan menguat seiring waktu.
“Nadin ...! Nadin ... “ geram Damian menahan emosi karena kecerobohannya. Mobil terus melaju dan terus bergerak ke tempat pernikahan Nadin. Di semua tempat ia tak ada. Ia hanya muncul di hari pernikahannya.
Mobil terus melaju tanpa henti, menikung dan melaju cepat. Suara deru mobil terhenti dengan tiba tiba, meninggalkan jejak di tanah yang basah. Damian menatap bangunan gereja yang sangat ramai dengan tamu. Ia berlari dengan terus bergumam.
“Ku mohon!! Jangan ucapkan janjimu dulu Nadin .... “ ucap Damian lirih terkena angin. Ia terus berlari menembus kerumunan orang.
“Itu Damian bukan ... ? “ tanya Rachel pada Lucas. Ia melihat pria berjas putih, berlari terburu buru memasuki gereja.
“Dia sudah mengatakannya .. “ ucap Lucas dengan senyuman puas tersungging lebar.
“Apa yang kamu lakukan ...? “ tanya Rachel. Tapi Lucas hanya tersenyum dan mengangkat pundaknya, menarik tangan Rachel untuk masuk ke gereja, melihat Nadin.
Di sisi lain, Damian terus berlari dan masuk tanpa permisi. Ia tak menemukan orang yang di carinya. Matanya terus mencari ke sekeliling, bahkan altar yang harusnya jadi tempat Nadin. Kosong, hanya ada barisan bunga mawar.
“Ku mohon, Tuhan! Jangan sampai aku terlambat ... “ ucap Damian penuh frustasi. Tangannya sudah mengacak ngacak rambutnya sampai tak karuan. Matanya sudah berair dengan air mata penyesalan. Menyesalkan diri sendiri.
“Damian ... ? kenapa kamu terduduk di sini ...? “ suara itu mengalihkan Damian. Ia berbalik dan berhadapan langsung dengan Nadin yang sudah berdiri tegar di depannya dengna gaun pernikahan yang merobohkan pertahanan Damian.
“Kalian sudah menikah ... ? “ tanya Damian. Ia melihat tangan Nadin yang di gandeng oleh laki laki bernama Wisnu itu. Wajah tampan pribumi. Seperti Nadin. Berbanding terbalik dengan Damian yang terdapat garis wajah barat. Mata birunya lebih membuat itu semakin mencolok.
“Kami memang akan menikah ... “ucap laki laki bernama Wisnu itu dengan nada posesif.
“Kami baru mau menuju altar .. “ ucap Nadin lirih tanpa menatap Damian.
“Kami permisi dulu, kamu bisa menunggu dengan Natasya di sana. Sudah ku siapkan kursi untukmu .. “ tangan Nadin terulur ke arah kursi yang sudah di rancang untuk orang yang cedera kaki. Damian terkejut, Nadin ternyata sungguh sunggguh dengan kata katanya tempo hari.
“Apa kamu juga bersungguh sungguh mau menikahinya .. “ suara Damian terbuyarkan dengan bisikan para tamu yang mulai membicarakan calon pengantin itu. Nadin sudah berjalan menuju altar tanpa menungu kata kata lain terucap dari mulut Damian. Laki laki itu menatap punggun Nadin dengan frustasi. Mereka sudah sampai di sana, ucap Damian lirh. Matanya tak teralihkan dari Nadin. Perempuan itu terus menunduk tanpa melihat calon suaminya itu.
“Dengan Puji Tuhan .. “ seorang Pastor muncul dan mulai memimpin upacara pemberkatan pernikahan. Mata Damian memperlihatkan kilatan lain. Laki laki itu berlari menyeruak ke arah altar. Membuat Damian sukses menjadi pusat perhatian semua pasang mata.
“Jangan menikah dengannya kumohon!! “ teriakan Damian menghentikan pemberkatan pernikahan. Ia nekat menghentikan pernikahan mereka. Mata Nadin membuncat dan mata Wisnu tak kalah kaget, melihat kegilaan Damian yang menghentikan pernikahannya yang bahkan belum di mulai.
“Apa yang kamu lakuka, pergilah .. “,bisik Nadin dengan nada terusik. Terusik dengan tindakan Damian yang menggoyahkan pendiriannya.
“Jangan mencoba mengganggu apalagi menghentikan pernikahan kami .. “ ucap Wisnu dengan nada dingin. Ia sudah menganggap Damian sebagai rival saat Nadin memperhatikan langkah Damian, saat laki laki itu berlari seperti orang gila ke dalam gereja.
“Jangan menikah dengannya Nadin! Kamu bahakan tak mencintai laki laki ini. Apa kamu mau menyiksa dirimu sendiri .. ? “ teriak Damian penuh dengan amarah.
“Sebaiknya jangan ikut campur, ini bukan urusanmu. Urus saja urusanmu sendiri .. “ Wisnu tak kalah emosi, ia semakin marah dengan lontaran kalimat Damian yang mencoba menghentikan pernikahannya.
“Apa kamu tidak lelah .. ? Duduklah Damian, kamu kelelahan berlari barusan .. “ Nadin tak menggubris ucapan Damian. Ia malah tak menjawab Damian, hanya mengutarakan omong kosong dan berlalu, berbalik menghadap pastor yang kebingungan dengan peristiwa yang di saksikannya ini.
“Apa kamu tidak akan mendengarkanku .. ? Jangan menikahi dia, jangan buat dirimu sendiri tersiksa ... “
Mata Nadin memperlihatkan kilatan amarah dan juga keputus asaan, “Lebih tersiksa mana denganku yang selama bertahun tahun terus ada di sampingmu, tapi kamu hanya memikirkan satu wanita.... “ tusuk Nadin dengan nada sedatar mungkin. Membuat Damian terhenti, jantungnya seakan merosot jatuh ke bawah sana. Tak berdetak dan tak lagi hidup.
“Lebih baik aku hidup tanpa merasakan apa apa. Tersiksa takan membuatku sakit hati, bersamamu hanya ada sakit hati. Karena berada di hubungan yang salah, berada di posis yang salah, tak bisa menuntut juga tak bisa keluar. Terlalu mencintaimu juga membuatku buta.... “ senyum getir menelusuk bibir Nadin. Mengingat semua kebodohannya dahulu. Cinta datang dengan kebinasaan. Semakin besar cintamu, semakin besar luka yang menjadi resikonya dan perlahan membinasakan.
“Aku akan menikahimu! Menikahlah denganku, kumohon Nadin..... jangan jauhi aku seperti ini .. “ ucap Damian dengan memelas. Mencoba membujuk Nadin dengan segenap dirinya. Nadin tak berkutik. Semakin membuat Damian frustasi.
“Kalau kamu berniat menikahi Nadin, di mana kamu sejak dulu .. “
“Sibuk dengan cintanya yang lebih besar .. “ ucap Nadin menyahuti Damian. Kata kata Nadin barusan seakan mematahkan semua harapan Damian. Ia seperti tak melihat harapan lain. Celahnya untuk masuk ke dalam kehidupan Nadin sudah di tutup rapat rapat oleh wanita itu. Menolak eksistensi Damian di dalamnya.
“Kamu benar .. “ ucap Damian dengan putus asa, tubuhnya sudah berbalik hendak meniggalkan Nadin. “ Aku tak bisa di maafkan, aku menyakitimu terlalu dalam. Pernyataan cintaku padamu, benar benar tak berarti saat ini ... “
“Tapi Nadin, di tinggalkanmu selama seminggu ini, jauh lebih menyakitkan dari ketidak hadiran Natasya selama bertahun tahun. Tapi aku siap kehilangan, sekarang saat aku sadar. Kamu dengan definis cinta yang tak terhingga. Kamu sudah tak mengharapkan cinta dariku lagi .. “
Lucas melihat pemandangan keduanya, ia terus menatap Damian lekat lekat.
“Bukan begini rencananya .. “ celetuknya khawatir.
“Apa yang kamu rencanakan .. ?” tanya Rachel yang tak tau apa apa dengan kata kata yang di maksud Lucas.
“Aku mengatakan semuanya pada Natasya, tapi dia mungkin terlambat mengatakan ini pada Damian .. “ ucap Lucas dengan tangan terpagut di dagunya. Usahanya untuk sahabatnya itu sia sia. Mereka mungkin tak di takdirkan bersama. Celetuk Lucas di dalam hatinya.
( Flasback )
Lucas membuka pintu ruangan Natasya dengan pelan. Ia menyelundup masuk tanpa suara. Membuat Natasya was was dan akhirnya bernafas lega saat melihat kalau itu adalah sosok Lucas yang mendekatinya.
“Kamu sudah merasa baik ... ?” ucap Lucas mencoba berbasa basi. Ia melihat kondisi Natasya yang lemah.
“Aku sudah sadar, ini level yang lebih baik dari koma .... “ senyuman Natasya membuat semuanya menjadi lebih ngilu di hati Lucas.
“Damian belum tau kan ... ? “ tanyan Natasya dengan nada khawatir.
“Dia takan tau sampai waktunya .. “ ucap Lucas lirih. Tak seharusnya ia menyembunyikan ini dari sahabatnya sendiri.
“Dia mencintai Nadin, maafkan aku Natasya, Damian juga mencintaimu. Tapi aku bisa melihat Damian yang lain saat ia jatuh cinta pada Nadin. Dia menjadi sosok yang berbeda, tak lagi larut dalam kesedihan .. “, ucap Lucas mencoba menjelaskan.
Natasya tersenyum pilu, matanya sayu tanpa alasan. “ Setiap hari aku merasa sakit ini semakin memburuk .. “ ucap Natasya tanpa ada raut wajah ketakutan.
“Terimakasih sudah menutupinya dari Damian, aku sangat takut karena dia juga dokter. Tapi kamu sudah membantuku .. “ ucap Natasya. Ia menatap keluar jendela, tak ada Damian di sana. Ia menyuruh Damian berlibur sehari tanpa harus merawatnya karena ia ingin bertemu dengan Lucas secara diam diam.
“Aku takan membelenggunya dalam kekecewaan karena umur singkatku ini .. “
“Aku tak bermaksud untuk membuatmu berada di posisi ini Natasya, tapi—“
“Aku sudah menerima cintanya sebanyak ini, bahkan sampai aku mati nanti. Dia akan tetap mencintaiku, dengan defini baru mungkin .. “
“Jadi apa yang harus ku katakan pada Damian, Lucas .. ? “ Natasya bangkit dan mendekatkan diri pada Lucas.
“Katakan padanya, kalau anak yang kamu kandung itu bukanlah anak Damian ... “ nafas Natasya tertahan, ia hampir menangis mendengar usulan Lucas barusan, “ Apa itu akan berhasil .. ? dia akan meniggalkanku setelah mendengar ini ...? “, tanya Natasya mencoba meyakinkan.
“Dia selalu bingung dengan perasaanya, entah kamu atau Nadin. Dia selalu berpikir, bukan merasakan. Dia selalu terbelenggu dengan kesalahannya di masa lalu .. “ ucap Lucas dengan membuagn perasaanya jauh jauh. Ia tau, Natasya terluka. Tak mudah, untuk berbohong besar di akhir usia Natasya yang tak lama lagi. Tapi, Damian juga berhak bahagia. Dia tak boleh hidup dalam penyesalan kalau sampai membiarkan Nadin menikah dengan orang lain.
“Kamu benar, dia sudah mencintauku cukup lama. Tanpa diminta, tanpa harus di tuntut. Sekarang giliranku, untuk membiarkannya bahagia, walaupun aku berbohong, anaku tetaplah anaknya. Anak itu sudah tak ada, tak harusnya jadi belenggu ... “
Di sisi lain, Natasya masih membaringkan tubuhnya, memunggungi pintu dengan punggung yang terus terguncang.
“Maafkan aku, tapi kamu juga berhak bahagia. Terimaksih sudah mencintaiku selama ini dengan sepenuh hatimu ... “ ucap Natasya parau, tangis dalam diam. Adalah tangisan paling menyesakan.
“Hidupku terlalu singkat untuk terus bersamamu ... “ bisik Natasya sembari menahan rasa sakitnya sendirian.
Semua ingin hidup yang lama. Tapi bagaimana mereka yang hidup dengan singkat..? Pernahkan kamu memikirkan harapan mereka, yang tak lagi bisa berharap untuk terus hidup?
*** 000 ***
Damian berbalik dengan frustasi dan keputus asaan yang terpancar dari dirinya, Lucas hanya melihat sahabatnya itu dari jauh. Sekeras apapun usahanya dengan Natasya. Waktulah yang mereka lawan. Cinta Damian dan Nadin, ada di waktu yang salah. Kehadiran Nadin di waktu yang salah, berada di antara Natasya dan Damian.
Waktu yang seharusnya di musuhi Damian, ia yang butuh waktu lama untuk membuktikan definisi cinta barunya untuk Nadin. Yang ternyata, defisini yang tak terjelaskan. Cintanya untuk Nadin tak terhingga.
“Jangan pernah buatku menyesal karena telah memilihmu .. “Damian berpaling dengan keterkejutan, “ Nadin ... ? “ wanita itu beranjak meniggalkan Wisnu yang menyaksikan Nadin dengan tatapan tak percaya.
“Jangan buat aku menyesal selau kembali lagi padamu ... “ ucap Nadin sekali lagi. Cinta memang butuh pengorbanan. Pengorbanan Nadin untuk Damian, pengorbanan Damian untuk Natasya, dan sekarang takdir membutuhkan Natasya untuk turut andil pengorbanannya untuk Damian.
“Jangan menikah dengan orang lain ... “ bisik Damian dengan parau.
“Aku tidak keberatan menjadi istr—“
“Kamu satu satunya yang akan ku nikahi dalam hidupku ... “ ucap Damian memotong kata kata Nadin yang belum terselesaikan. Perempuan itu hanya terdiam tanpa suara. Akhirnya, cintaku yang sangat besar padamu, mengalahkan besar cintamu pada Natasyamu. Cintaku menang Damian, cintaku akhirnya ada di ruang hatimu yang paling luas. Batin Nadin.
Nadin masih melihat Damian dengan tatapan tidak percaya. “ Jangan mengasingkanku dari hidupmu, terasingkan darimu. Benar benar membuatku kesakitan dalam kesepian ... “
Dengan senyuman puas, Lucas terus menatap Damian dan Nadin yang masih berpelukan di depan sana. Mata Rachel tak bisa di abaikan, ia menangis tanpa tau bagaimana harus berhenti. Melihat Damian dan Nadin yang beranjak ke altar dengan senyuman dan satu deifinisi cinta yang sama sekarang. Kamu cintaku, aku mencintaimu, sesederhana itu, tapi sangat rumit untuk mengertikanmu.